Bab V ;; Cahaya kehidupan

9 3 0
                                    

   Sudah satu minggu Raden bersekolah disana tanpa membuat onar sama sekali. Melainkan dirinya sudah dikatakan sebagai murid kesayangan guru. Dia genius dan aktif. Ambisinya sangatlah tinggi. Merasa dirinya harus bisa semua hal. Begitulah Raden. Dia juga dikatakan sombong oleh orang yang sama sekali tidak pernah berbicara dengannya. Semua sifat buruk diarahkan padanya karena selalu dilihat tidak tersenyum. Wajahnya juga terlihat tidak ramah.

   Pagi ini adalah hari jumat. Raden melakukan aktifitas biasanya sebelum pergi ke sekolah. Tak lupa ia menyiapkan baju olahraga miliknya karena hari ini mendapatkan pelajaran itu. Dirinya menyelesaikan semua hal yang biasa di rumah dan pergi ke sekolah. Suasana hatinya bisa dibilang cukup baik. Dia mulai merasa nyaman dengan lingkungan sekitarnya dan orang-orang yang sangat memperdulikannya. Menurutnya Inikah kebahagiaan.
   Saat diperjalanan ingin ke sekolah. Raden mendapatkan pesan dari temannya Thea.

"Orang gila ini lagi." Gumamnya.

   Raden sama sekali tidak membaca pesan Thea itu. Hingga kini dirinya sudah sampai di sekolah. Dan seperti biasa banyak yang menyapanya saat perjalanan menuju ke kelas tapi tetap dihiraukan. Entah apa yang dimaunya. Kini sampailah ia di kelas. Hanya ada teman dekatnya saja. Tidak ada mau membuka obrolan selain Thea.

"Baca pesannya dong, penting tau." Kesalnya

   Raden membuka pesan dari Thea yang dikirimnya pada saat ia diperjalanan tadi.

Thea
   Lo disukain sama cewe dari kelas bawah pojok sebelum kamar mandi.

   Namanya Dira, lumayan lah ya pinternya.

"Apa apaan ini?" Ucap Raden mengerutkan keningnya.

   Thena yang ikut kesal menjelaskan bahwa ada yang menyukai Raden. Padahal menurut Raden mengapa ada orang yang menyukainya. Aneh sekali perempuan itu. Dirinya baru saja pindah. Ya dia masilah seorang murid baru. Rasanya perempuan itu tidak benar-benar menyukainya. Mungkin hanya kebetulan.

   Jam pelajaran kini dimulai. Yang pastinya kelas Raden mendapatkan pelajaran pertama yaitu olahraga. Semua siswa dan siswi bergegas mengganti baju mereka di kamar mandi milik sekolah. Begitu juga Raden dan temannya, mereka serempak pergi ke kamar mandi bersama. Di kamar mandi mereka terpisah, karena disana ada kamar mandi khusus perempuan dan laki-laki. Mereka selesai mengganti baju dengan cepat. Juga pastinya semuanya cepat-cepat untuk pergi ke kelas lagi menaruh baju yang sebelumnya dipakai lalu turun ke lapangan sekolah yang sangat luas dan bersih juga. Hal yang pertama dilakukan adalah lari mengelilingi lapangan sebanyak lima kali putaran. Semuanya biasa melakukan hal itu dan aman-aman saja bagi mereka. Kegiatan yang harus dilakukan kedua adalah mereka diajari untuk bermain basket. Itu hal kecil bagi Raden, karena di panti ia biasa bermain basket dengan anak-anak yang ada di sana. Banyak teknik yang diajarkan oleh guru olahraga tentang permainan bola basket. Raden bisa mengikutinya dan mempraktekkannya dengan baik. Hingga kini seluruh siswanya diminta untuk membuat kelompok atau regu yang beranggotakan lima orang keseluruhannya. Argan bingung, kelompok mereka hanya ada empat orang saja. Jadi terpaksa mengambil orang lain untuk bergabung. Pertandingan itu dimulai dan pastinya kelompok Raden ditunjuk sebagai kelompok satu. Kelompok satu dan dua bermain lebih dulu. Semua bermain dengan cukup baik, tentunya Raden. Dan pastinya kelompok satu yang menjadi pemenangnya. Semua anggota berbangga hati walau tadi sempat terjadi kecurangan. Kini kelompok lain yang bermain. Jadi Raden dan tiga orang temannya duduk di tempat teduh sembari melihat kelompok lain bermain dengan seru. Ingin rasanya ia main lagi. Rasanya seru, dia sangat senang. Seakan cahaya kebahagiaan menerangi hidupnya lagi.
   Bel sekolah tiba-tiba berbunyi yang menandakan bahwa siswa dan siswi sudah boleh beristirahat. Kelas Raden juga kini sudah boleh beristirahat juga mengganti baju mereka. Raden dan beberapa temannya memutuskan mengganti bajunya terlebih dahulu agar saat selesai beristirahat tidak repot lagi untuk mengganti baju lagi ke kamar mandi sekolah.
   Selesai mengganti baju Raden, Argan, Thea, dan Thena memutuskan segera berbelanja ke kantin karena telah berjanjian untuk tidak membawa bekal dan serempak untuk memesan makanan di kantin sekolah. Yang bertugas mencari tempat duduk adalah Thena, dan yang lain memesan makanan. Ternyata antrean di kantin tidak terlalu padat. Thea dan Thena memesan makanan yang sama yaitu soto. Argan hanya memesan nasi goreng agar simple. Raden pastinya membeli ayam geprek kesukaannya. Di panti dia selalu membeli ayam geprek jika sempat. Rindu sekali masa-masa itu.
   Istirahat itu cepat sekali selesai. Thea merasa malas memasuki kelasnya. Kenapa? Ya pastinya karena Thea sangat tidak menyukai pelajaran bahasa inggris. Sebaliknya Argan, dia lumayan suka dengan pelajaran bahasa Inggris tapi tidak menyukai gurunya. Guru bahasa Inggris itu dikenal sebagai guru yang sangat tidak ramah juga galak. Pelajaran bahasa Inggris itu berjalan lumayan baik di awal. Hingga akhirnya kini mereka semua diminta untuk membuat sebuah kelompok yang berisi empat anggota dalam kelompoknya masing-masing. Mereka diminta untuk membuat sebuah cerita apapun yang pastinya memiliki  pesan moral di akhir ceritanya. Juga pastinya mereka harus mengarangnya bersama tanpa menyontek di internet. Raden akan mudah karena ia hebat soal membuat cerita seperti ini. Mungkin tidak perlu waktu seminggu untuk menyelesaikannya. Tentunya hanya perlu satu hari. Tapi rumitnya mereka harus membuatnya dengan bahasa Inggris. Raden tidak merasa pusing akan hal itu. Melainkan dia merasa bahagia dan senang akhirnya bisa membuat cerita kembali seperti dulu. Memang Raden sangat suka membuat cerita saat merasa bosan di panti asuhan karena pastinya ia tidak memiliki kegiatan lain selain bermain, makan, mandi, tidur, dan bangun. Seperti bukan manusia.

"Jadi kerja kelompoknya dimana?" Tanya Thena.

"Usul nih, mending kita ke Raden saja? Pastinya dia kaya kan?" Centil Thea menaik turunkan alisnya menggoda.

   Semuanya menyetujui usul dari Thea. Mereka semangat untuk menanti kerja kelompok itu. Sebaliknya Raden dia merasa malas karena berpikir pasti mereka akan sangat berisik dan rusuh nanti di rumahnya.

"Kenapa harus di rumah ku?"

"Sudahlah, setuju saja." Pinta Thena.

   Tidak bisa menolak lagi, akhirnya Raden menyetujui usul dari Thea tadi. Mereka juga menentukan untuk kerja kelompok besok. Pada saat pulang sekolah langsung berangkat ke rumah Raden bersama supirnya. Sebenarnya Raden senang akan ada orang yang ingin datang dan belajar bersamanya saat pulang sekolah. Tapi jujur dia merasa malu entah kenapa. Mungkin sikapnya dengan teman-temannya kini mulai berubah drastis dan lebih mulai terbuka bersama mereka tidak seperti awal bertemu. Sangat canggung dan Raden juga sangat sedikit berbicara, hanya merespon dengan anggukan jika setuju dan gelengan jika tidak setuju. 




to be continued
_see you in the next chapter_

















  
 

Dimana Aku, Bunda Ayah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang