Part 4

314 16 2
                                    

Keesokan harinya aku bercerita kepada Jessie.

"Jes, kemaren si Nico nganterin gue pulang, terus dia pake ngatain gue cabe cabean lagi. Uh.. Nyebelin banget.. Nggak lama setelah dia nganterin gue, dia bbm gue katanya mau ngomong jujur tapi gue nggak tahu maksudnya apa." jelasku panjang lebar.

"Ngomong jujur. Hmm.. Ada yang nggak beres. Boleh nggak gue lihat bbm dari dia?" Jessie curiga sesuatu.

"Nih, maksudnya nggak beres apa jes?" tanyaku penasaran. Tetapi jessie tidak menjawab dan sibuk memperhatikan handphoneku.

Jessie POV
"Kok ada yang nggak beres, ya? Kayak ada kata kata yang mengganjal gitu. Dari tanda baca dan kalimat ini kalau diucapkan seperti mengungkapkan perasaan. Wah jangan jangan Nico mau nembak Sheina." gumamku dalam hati.

Jessie POV end.

Jessie mempresentasikan hasil analisanya. Dan tentu saja, Sheina sangat terkejut dengan apa yang diucapkan Jessie. Bagaimana Jessie benar? Apakah ini akhir penantian panjang selama dua tahun ini?

Tak terasa hari yang dimaksud Nico telah tiba. Aku mencoba untuk bersikap seperti biasanya. Tapi apa daya, hati ini tak tenang. Aku grogi, latihan pun tidak fokus dan konsentrasiku mudah buyar.

Saat istirahat, Nico menghampiriku yang sedang duduk di ayunan sambio membaca novel Student Guides Book for Dummies dan berkata, "nanti jangan pulang dulu, ya. Gue mau ngomong sesuatu."

Deg!
Aku salah tingkah. Jantung ini terasa hampir ingin copot. Aku ingin teriak sekencang yang ku mau. "Jessieeeee....!!!! Help me"
Teriak ku dalam hati

Sepulang latihan, aku menunggu Nico di tempat yang tadi dia bilang.
nico datang membawa bunga dan cincin. Benar kata Jessie, Nico mengungkapkan perasaannya padaku. Jujur aku sangat senang. Penantian ku selama dua tahun berakhir sampai disini.

"Sheina, i really like you. And i love you so much. Would you be my girlfriend?" Nico berlutut dihadapanku. Sambil menyerahkan bunga dan cincin.

"Yes, i will. I love you too, Nico " jawabku sangat gugup.

"Thanks ya Sheina. Gue anter pulang, yuk." ucapnya sambil tersenyum sangat manis. Aku hanya mengangguk.

Sampai dikamar, aku menangis terharu. Rasanya ingin teriak. Ingin berada di tempat terbuka dan teriak sekuat kuatnya.

Akhirnya, ku hapus air mata bahagia ku ini dan segera turun untuk makan malam karena keluarga ku sudah menunggu.

Wah... Sheina.. Iri deh, jangan lupa PJ lohh.. Hehehe
Gimana readers? Nice or bad?
Tap the star, guys!
Arigatou.

Best Friend vs BoyfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang