Aku duduk di sebuah ayunan bersama Jessie. Kali ini, bukan novel yang ku genggam seperti biasanya. Ku genggam handphone ku sambil tersenyum dari tadi.
Tanpa sadar, Jessie sedang menceritakan pujaan hati barunya. Raka Nurcahyadi. Tetapi, aku masih sibuk mengetik sambil tersenyum. Ya, aku dan Nico asyik bercanda walaupun via Line.
"Shei, menurut lu, Raka gimana? Dia baik nggak? Dia ganteng, kan? Manis lagi....." Jessie mendeskripsikan Raka panjang lebar, disertai senyum sumringah dan mata berbinar-binar. Namun aku tidak menggubrisnya dan terus asyik dan dengan gadgetku.
"Sheina! Loe denger gue nggak sih? Sini handphone loe. Gue simpen dulu. Dan loe duduk manis denger cerita gue." oceh Jessie geram."Apaan sih, Jess! Bentar dulu dong! Kan gue belum selesai ngetik. Loe nyebelin banget sih!" ucapku tak kalah geram.
"Loe kenapa sih? Biasanya loe antusias kalo gue lagi cerita. Tapi kenapa sekarang loe nggak nanggepin gue sama sekali?! Loe inget nggak sih? Waktu loe lagi naksir naksirnya sama Nico. Loe cerita panjang lebar dan masih gue tanggepin." Jelas Jessie yang memang merasa aku berubah belakangan ini.
"Tapi jes..."
"Cukup ya, belakangan ini gue udah cukup sabar ngadepin loe yang kaya gini. Lo berubah sejak lu jadian sama Nico! Gue lebih suka lo dulu. Sheina yang sibuk sama novel bertumpuk tumpuk. Bukan Sheina yang sibuk sama pacarnya dan ngelupain sahabatnya. Lo berubah Shei. Lo lupa temen! Nih HP lo. Chat-an aja sana sepuasnya. Dan nggak usah inget gue lagi" kata Jessie dengan mata yang berkaca-kaca lalu pergi.
Aku hanya bisa tertunduk lesu dan merenungkan apa yang dikatakan oleh Jessie. Air mataku mengalir. Aku menyesal dengan perbuatanku.
"Sudahlah, jangan menangis, semua ini tidak akan berlangsung lama. Tenanglah Sheina, semua akan baik-baik saja."
Ucap seseorang yang menepuk pundakku dari belakang."Samuel?! Nga..ngapain..hiks..lu..disini?!" ucapku menahan tangis.
Samuel duduk di sebelahku. Ku rebahkan kepalaku yang penuh penyesalan ke dalam pelukannya. Sangat hangat. Jauh lebih nyaman dibanding di dekat Nico. Samuel membiarkanku menangis sampai bebanku sedikit hilang.
"Tenang ya Sheina. Semua manusia pasti mungkin berubah kok." ucap Samuel yang seperti malaikat yang datang menolongku.
"Makasih ya Sam. Lu selalu ada buat gue. Selalu bisa bikin gue tenang. Boleh nggak gue pinjem bahu lo sebentar lagi. Gue masih ada rasa penyesalan di diri gue."
"Kapanpun buat lo Sheina. Apapun dan kapanpun keadaan lo, gue akan selalu ada buat lo."
Sam tersenyum sangat manis. Membelai rambutku lembut seakan semua baik baik saja.
"Sini, gue hapus air mata lo. Gue nggak mau air mata lo habis. Emang air mata bisa di isi ulang? Hahaha" ledek Samuel.
"Nah, gitu dong ketawa. Kan lo lebih manis kalo ketawa. Yaudah yuk pulang. Gue anter lo ke rumah"
Samuel menggandeng tanganku menuju mobilnya. Sungguh, sangat nyaman berada di pelukannya. Membuat aku yakin jika semua masalah pasti ada jalan keluarnya.
Gimana readers? Nice or bad?
Tap the star yuukk..
Arigatou.