Drrrttt... drrrttt...
Handphoneku bergetar, menandakan ada pesan untukku. Siapa ini? Nico? Akhirnya orang ini memberi kabar.Nico Jerrico : PING!!!
Sheina Nada : hey, akhirnya ada kabar.
Nico Jerrico : hehe iya.
Sheina Nada : kok jawabnya gitu? Kenapa?
Just read. Huft! Nyebelin ya tu anak. Kayanya ada yang beda ya? Kenapa hubungan ini terasa beda dan tak ada yang menganggap satu sama lain?
Di sore yang damai ini, aku memutuskan untuk berjalan-jalan ke taman. Kaos yang bertuliskan "wanna be free" sesuai dengan mood ku saat ini. Tak lupa celana training agak ketat selutut berwarna biru langit, sepatu converse yang warnanya senada dengan pakaianku, dan tak lupa slingbag berkarakter stitch telah melekat di tubuhku.
Taman yang tentram. Melepaskan segala beban di pundak. Memandang orang-orang berjalan dengan senyum bahagia. Sayangnya, aku berjalan sendirian. Ya, sendirian.
Karena lelah berjalan, aku duduk di bangku taman dekat air mancur. Menghirup dan menghembuskan nafas secara teratur. Ditemani lagu yang tenang dengan nada nada yang indah. Melihat sekeliling dengan senyuman.
Tampak ada yang mengganjal tak enakkan hati. Pemandangan mesra yang membuat hati ini seketika hancur dan terkejut. Nico dan Selia. Tunggu. Apa? Selia?! Orang terdekatku?
Aku menghampiri mereka. Tak sanggup menahan air mata. Menangis. Tanpa basa-basi ku tampar pipi Nico dengan penuh emosi. "Hey, tunggu! Aku bisa jelasin!" Teriak Nico. Aku berhenti dan membalikkan badan, "I hate you! Don't follow me! Let me go and alone! Bullsh*t!" Aku langsung berlari keluar taman.
Menuju jalan raya. Aku tak bisa mengendalikan diriku. Ini sangat sakit. Mengapa masalahku seberat ini? Apa salahku, Tuhan? "Hey! Awas!" Kulihat truk sudah di depan mataku. Sangat dekat. Kurasakan ada yang melindungiku. Ku tak tahu siapa. Walaupun wajahnya sudah di depan wajahku penuh darah.
Aku tak bisa memfokuskan mataku.Lama-lama buram
Makin buram
Dan, gelap.
Benar-benar gelap.
Gimana readers?
Nice or bad story?
Don't forget to tap the star for my passion to next this story!
Arigatou