10. Menguji Kemampuan (Diri)

444 60 2
                                    


"Gue paham Ron, take your time tapi jangan berlarut-larut. Lo harus bisa ngambil keputusan yang terbaik, Lo yang memutuskan, lo yang harus paham konsekuensinya juga." Daniel menepuk bahu sahabatnya.

Saat ini Daniel dan Rony sedang berada di halaman belakang rumah Daniel. Mereka duduk bersama dengan sesekali menghisap rokok yang berada pada tangannya masing-masing, juga kopi yang terlihat menemani mereka malam ini.

Tadi Daniel meminta Rony untuk menginap di rumahnya, walau sempat di tolak oleh Rony tapi Daniel tetap memaksa. Hanya untuk semalam atau dua malam katanya, supaya mereka bisa saling bertukar cerita setelah mereka lama tidak bertemu.

Setelah pertanyaan Arga anaknya tadi siang, Daniel menjadi terpikirkan untuk bertanya mengenai Rony. Tentang masa lalunya juga keadaan saat ini yang dirasakannya. Dan beberapa waktu tadi, setelah mereka selesai makan mereka menepi ke halaman belakang rumah untuk mengobrol dan bersantai. Rony juga menceritakan kronologi kemarin sampai akhirnya dirinya berada di Surabaya saat ini.

"Gue jadi kepo, emang selama tiga tahun ini gaada cewe yang menarik gitu?"

Rony mengangkat bahunya.

"Really?"

"Kalau perempuan yang terakhir? Yang bikin akhirnya orangtua lo bahas ini lagi gimana?"

"Niel.." Rony memasang wajah sebal.

"why?"

"Lo mah malah sama kayak orangtua gue bahas Salma. Kita gaada hubungan apa-apa Niel, malah dibahas lagi"

"Sekarang coba Lo liat perspektif orangtua lo ya. Kalau gue jadi orangtua lo, kemungkinan yang gue lakuin sama. Gue udah tua, punya anak satu cowo tapi kagak mau nikah, pernah liat anaknya patah hati juga, apa ga seneng liat anaknya bawa perempuan lagi ke rumah setelah sekian lama?

"Umur juga gaada yang tau Ron. Gue paham kenapa mereka terkesan ngebet, di umur mereka tuh mereka pengen liat anaknya ga patah hati lagi, pengen juga punya menantu, pengen gendong cucu.

Gue tau ini ga sesederhana itu menurut Lo. So, manfaatkan waktu disini buat lo mikir jangka panjang Ron. Gue bakalan bantu." Rony mendengar seksama ucapan sahabatnya tadi, menjadi bahan renungan malam ini pikirnya.

"Thank Niel. Udah dengerin gue dan coba ngasih pandangan lain."

"Sama-sama Ron"

"Ron, besok pagi Gue ke Kantor, terus pulangnya mau nganter Syarla belanja. Kalau Lo jemput Arga bisa ga?"

"Lah disini Gue malah disuruh-suruh bangsat." sungut Rony.

"Gue mau nguji Lo. Cobain lah sehari jadi Om nya Arga, Lo juga kagak punya keponakan kan" seringai Daniel kepada Rony.

"Yaudah iya. Gue juga pengen deket sama ponakan gue"

"Besok lo bawa mobil Gue, Gue sama Syarla bisa bawa motor. Sekalian kasih kita waktu quality time lah bro."

"Kalau Arga nangis gimana woy?"

"Ya itu urusan Lo gimana nenanginnya."

"Hmm.. malah dikasih ujian datang kesini"

***

Terhitung sudah lima hari Rony berada di Surabaya, dirinya sudah tidak lagi tinggal di rumah Daniel sejak malam ketiga. Dirinya memilih tempat penginapan yang tidak jauh dari Daniel. Agak sedikit boros untuk perjalanan kali ini,menginap berhari-hari di tempat penginapan. Tapi memang itu yang diinginkan Rony, dia merasa belum siap untuk pulang kembali ke Jakarta.

JodohTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang