03. Sepupu

7 1 0
                                    

Aruna menyeka keringat diwajahnya, ia sangat tidak suka pelajaran olahraga.

Bukan karena malas berolahraga, tetapi karena jadwal kelasnya untuk jam olahraga berada pada jam sebelas siang disaat matahari sedang panas-panasnya.

"Ini siapa sih yang bikin jadwal olahraga siang?" keluh Elsa yang merupakan sekretaris kelasnya.

Aruna memegangi lututnya, lelah.

Bagaimana bisa pak Denis menyuruh mereka berlari mengelilingi lapangan basket disaat matahari seterik ini?

"Pak istirahat bentar apa gaboleh? udah mau meninggal ini pak" keluh Rafael, mendramatisir keadaan.

"Teruskan, dua putaran lagi Raf jangan banyak ngeluh!" tegas pak Denis.

Lima belas menit berlalu, akhirnya tugas mengelilingi lapangan basket sebanyak lima putaran telah selesai.

Sepertinya mereka memang harus protes dan minta pengubahan jadwal kepada kepala sekolah.

Aruna menidurkan tubuhnya dipinggir lapangan basket, ia benar benar lelah bahkan untuk sekedar duduk.

Sedangkan Maya kini tengah terengah-engah dengan wajah merahnya sehabis mengelilingi lapangan basket, sepertinya Maya terkena sunburn.

"Nih buat lo" seseorang menyodorkan sebotol air mineral kearah Aruna yang sekarang sedang nyaman dengan posisinya.

"Widih thanks Div, lo lagi ultah ya?" tanya Aruna yang langsung duduk dari posisi nyamannya.

"Emang gue keliatan kaya orang ultah? ga kan? tadi ada yang nitipin ke gua pas di kantin"

"Siapa?"

Diva mengangkat kedua bahunya, isyarat tidak tahu.

"Mana gue tau, orang ibu kantin yang kasih.
Titipan katanya"

"Woah pasti gue punya secret admirer disekolah ini, akhirnya kehidupan cinta gue mulai muncul di masa sma"

"Tai lo Run" sahut Maya yang sudah tidak tahan dengan tingkat kepedean Aruna.

Padahal belum tahu siapa yang memberikan air mineral tersebut, bagaimana jika ternyata seorang perempuan yang memberikannya?

"Suka-suka lo deh Run. Oh iya, May lo kemaren ditanyain sama Zaki kenapa ga masuk ekskul, lo sakit?"

"Gue ada acara keluarga mendadak kemaren, lupa kasih kabar karna hp gue lowbat"

"Boong tuh" sahut Aruna.

"Semua aja lo bilang boong Run. Mana pernah gue bener dimata lo" dramatis Maya.

Diva hanya merespon dengan tertawa, tidak akan ada yang paham dengan jokes kedua sahabat ini.

"Yaudah deh gue mau ngumpul sama Adel dulu ya" pamit Diva yang langsung pergi tanpa menunggu balasan dari Aruna dan Maya.

"Temenin gue beli minum deh Run"

Aruna berdehem kemudian berdiri dari duduknya untuk menemani Maya membeli minum dikantin.

Sesampainya dikantin bukannya membeli minuman, Maya malah sibuk bergosip ria dengan ibu kantin.

Entah apa yang sedang digosipkan mereka berdua, kantin sudah mulai ramai karna bel istirahat kedua telah berbunyi sejak tadi.

"Gue boleh duduk disini?"

Aruna mendongakan kepalanya, Rafael yang kini tengah membawa mangkuk berisi soto ayam sedang berdiri dihadapannya.

"Silahkan yang mulia"

ONCE AGAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang