#9 Kotak P3K

19 3 3
                                    

Terus besoknya, Jevan malah jemput Keysha di rumah, untuk nganterin dia ke kampus. Sampe kampus, Ayra yang ngeliat mereka dateng berdua cuma bisa geleng-geleng kepala.

"Sha,"

"Hm?"

"Kalo gue ngga kenal sama lo nih ya, gue bakal mikir lo sama Mahen putus gara-gara lo selingkuh sama Jevan,"

"Ih apa sih Ra,"

"Asli, lo sama Jevan jadi bareng terus semenjak lo putus sama Mahen,"

"Ra,"

"Iyaa?"

"Lo percaya ngga kalo gue bilang gue mati rasa?"

"Maksud lo?"

"Setelah putus sama Mahen, gue lagi di masa ngga mau pacaran ataupun percaya sama cowok manapun. Same goes to Jevan, gue bakal anggap dia bener-bener cuma temen untuk sekarang. Terserah orang mau mikir apa tentang gue sama dia yang jelas gue ngga ada rasa sama dia dan yang paling penting, gue ngga peduli sama omongan mereka,"

***

Selesai kelas, Keysha sengaja pulang lewat gerbang belakang kampus. Pembicaraannya dengan Ayra membuat dia mendadak malas bertemu dengan Jevan, ia ingin sendiri.

Ternyata di pohon dekat gerbang, Keysha justru mendapati Mahen yang sedang duduk, membuat Keysha sempat mematung selama beberapa saat. Mahen sepertinya tidak menyadari keberadaan Keysha, ia mengeluarkan rokoknya, dan mulai merokok dengan pandangan kosong. Satu hal yang langsung menarik perhatian Keysha bukan Mahen yang kembali merokok setelah putus dengannya, melainkan wajah Mahen yang terlihat memar.

Keysha berbalik badan, melangkah menjauhi gerbang belakang, tidak berurusan dengan Mahen lagi adalah hal terbaik yang bisa ia lakukan saat ini, tetapi entah kenapa hatinya berkata lain, ia justru pergi ke apotik untuk membeli kotak P3K.

"Keysha?? Lo ngapain disini??" tanya Mahen kaget ketika melihat Keysha kini sudah berdiri di depannya. Keysha mengabaikan pertanyaan Mahen, ia mengambil rokok dari tangan Mahen, menjatuhkannya lalu menginjaknya dengan sepatunya. Setelah itu, Keysha duduk di depan Mahen dan membuka kotak P3K yang baru saja dibelinya.

"Lo ngap..." Kata-kata Mahen terputus ketika Keysha mendadak menekan luka lebam di pipinya dengan kapas yang sudah dilumuri betadine, membuat cowok itu meringis kesakitan.

"Sakit Sha..." Keysha hanya diam, tetap fokus mengoleskan betadine pada wajah Mahen. Mahen memandang wajah Keysha lama sebelum bertanya, "Lo ngga tanya kenapa wajah gue bisa bonyok kayak gini?"

"Gue ngga mau tau, dan ngga penting juga gue tau atau ngga," jawab Keysha cuek. Ada yang perih di dada Mahen melihat sikap cuek Keysha, dulu mereka ngga seperti ini, dan itu semua salah Mahen. Ngga lama setelah Keysha selesai mengoleskan betadine di wajah Mahen, ia membereskan kotak P3K nya lalu meletakkan kotak itu di pangkuan Mahen.

"Lo ngasih gue ini?"

"Iya,"

"Kenapa?"

"Biar lain kali lo bisa ngobatin luka lo sendiri,"

"Kalo yang sekarang kenapa?"

"Maksudnya?"

"Kalo yang sekarang kenapa lo mau ngobatin gue?"

"Cuma pengen aja," jawab Keysha datar lalu berjalan pergi, membuat Mahen buru-buru menarik lengan Keysha, berusaha menahan Keysha untuk pergi.

"Lo... masih peduli sama gue, iyakan?"

Keysha menghela nafas, "Bohong kalo gue bilang gue udah lupain lo sepenuhnya,"

"Sha..."

"Tenang aja, setelah ini gue ngga akan peduli lagi,"

"Gue harus apa?"

"..."

"Gue harus apa biar lo mau maafin gue?"

"Gue udah maafin lo, tapi gue ngga mau balikan sama lo,"

"Kalo gitu gue ubah pertanyaan gue, gue harus apa biar lo mau balikan sama gue?"

"Ngga usah ngapa-ngapain,"

"..."

"Karena gue ngga bakal mau balikan sama lo," sambung Keysha lalu pergi meninggalkan Mahen yang masih termangu.

Pada akhirnya, Keysha justru lupa dengan niat awalnya untuk pulang lewat gerbang belakang. Ia jalan sambil melamun ke gerbang depan, yang sialnya membuat ia justru bertemu dengan Jevan. Jevan menyodorkan helmnya ke Keysha, yang cuma gadis itu tatap dengan malas.

"Kenapa?" tanya Jevan. 

"Ngapain sih lo nganterin gue pulang?"

"Selama gue bisa, kenapa ngga?"

Keysha meraih helm dari tangan Jevan, terlalu malas untuk berdebat dengan cowok itu. Lagi pula, ia juga ingin cepat-cepat pulang ke rumah. Keysha bisa saja terlihat biasa saja ketika berhadapan dengan Mahen tadi, tapi jauh di dalam hatinya Keysha rasanya ingin menangis. Ia kangen Mahen, dia ngga bisa mengelak soal itu. Sepanjang perjalanan pulang, Keysha terus melamun sampai tanpa sadar motor Jevan sudah berhenti di depan rumahnya.

"Keysha," panggil Jevan.

"Hm?"

"Mau sampai kapan lo duduk disini? kita udah sampai," ucap Jevan sambil terkekeh geli, Keysha yang tersadar buru-buru turun dengan wajah memerah.

"Key, gue kasitau ya, cara termudah untuk move on itu bukan melupakan, tapi mencari yang baru,"

Keysha mendengus, "Terus yang barunya itu lo gitu?"

"Gue ngga bilang itu gue sih, tapi boleh juga ide lo,"

Keysha memutar bola mata, "No thanks, lagian lo kan bilang lo ngga suka sama gue,"

Jevan mengendikkan bahunya, "Lo tipe orang yang gampang bikin orang lain jatuh cinta,"

Keysha melepas helmnya lalu melemparnya ke arah Jevan, "Simpan gombalan lo untuk cewek lain. Jangan buang-buang waktu lo untuk gue karena gue ngga tertarik," ucapnya lalu masuk ke dalam rumah. Beberapa menit setelahnya, ada pesan masuk dari Jevan.

J: Maaf

K: Kenapa tiba-tiba minta maaf?

J: Lo keliatan kesel tadi

K: Bukan salah lo

J: Maaf karena gue malah bercanda dan
ngegombalin lo padahal lo lagi badmood

J: Gue ngga bisa baca situasi ya?

J: Sorry about that

K: Ngga papa Jevv, gue yang harusnya minta maaf.
Gue udah dianterin pulang bukannya bilang makasih
malah lemparin helm sembarangan

J: No, it's okay. Gue juga salah. Gue bakal
lebih peka lain kali.

BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang