#19 Akhirnya

18 3 3
                                    

*Direct Message Ayra (A) to Keysha (K)*

A: Key

K: Iyaa?

A: Lo berantem ya sama Jevan?

K: Hah? Ngga kokk

A: Ngga usah bohong sama gue

K: Emang keliatan banget ya?

A: Keliatan lahh, lo jadi jarang bareng dia

K: :((

A: Kenapa lagi kali ini?

K: Gitu deh pokoknya, gue males cerita

A: Denger denger Jevan suka cheesecake di bakery depan kampus

K: ???

A: Biasanya kalo lo males cerita berarti lo yang salah

A: Iya ngga?

K: Hmmm

A: Minta maaf gih sono, sogok pake cheesecake

K: Ngga segampang ituu Raa :(

A: Coba aja dulu, lo belum nyoba kan?

K: Yaiya sih...

A: Yaudah

K: Hmmm

A: Minta maaf Key, daripada lo nyesel karena kehilangan dia

*Direct Message End*

Malam itu, Keysha jadi ngga bisa tidur karena memikirkan perkataan Ayra. Ayra benar, ia ngga mau kehilangan Jevan. Ia harus meluruskan permasalahan ini besok, tekadnya dalam hati sebelum akhirnya jatuh tertidur.

Besok siangnya, Keysha pergi ke gedung jurusan Jevan sambil menenteng paper bag berisi cheesecake. Biasanya di jam segini Jevan mungkin sedang makan siang di kantin. Tebakan Keysha benar, ia melihat Jevan sedang duduk di salah satu bangku kantin. Ia menarik nafas dalam-dalam sebelum akhirnya memberanikan diri untuk mendekati Jevan.

"Jevan," panggil Keysha pelan. Jevan mendongak, terlihat terkejut mendapati bahwa yang barusan memanggilnya adalah Keysha.

"Lo ngapain disini?" tanya Jevan. Keysha tidak menjawab, memilih duduk di bangku seberang Jevan sambil menyodorkan kotak cheesecake  yang ia bawa. Jevan mengernyitkan dahinya lalu menatap Keysha bingung, "Ini apa?" tanyanya.

"Cheesecake buat lo. Ayra bilang dia pernah denger kalo lo suka cheesecake dari bakery di depan kampus.

"Oh oke makasi," ucap Jevan canggung. Suasana canggung di antara mereka membuat Keysha meremas tangannya bingung. Ia tidak pernah secanggung ini dengan Jevan sebelumnya. Ia juga baru sadar kalau selama ini Jevan tidak pernah menatapnya dengan datar seperti itu, selalu ada senyum di wajahnya setiap melihat Keysha. Kali ini, Keysha tidak melihat cowok itu tersenyum. Jevan malah sibuk memainkan hpnya, tidak menoleh ke arahnya sama sekali.

"Jevan," panggil Keysha lagi.

"Hm," 

"Soal yang di festival, gue minta maaf,"

"Bukan salah lo kok, harusnya gue yang minta maaf karena ngajak lo kesana,"

Keysha menggeleng, "Ngga, gue yang salah karena gue ngga jujur ke lo dari awal. Kalo gue jujur dari awal lo pasti ngga bakal ngajak gue kesana," Jevan hanya diam, tidak membalas perkataan Keysha.

"Lo masih marah ya sama gue?"

Jevan menghela nafas, "Emang gue punya hak untuk marah?"

Kini giliran Keysha yang terdiam. Jevan tersenyum pahit. "Gue ngga bisa marah ke lo. Apa hak gue untuk marah ke lo di saat gue aja bukan pacar lo? Gue marah sama keadaan karena di saat kayak gini gue ngga punya hak untuk marah sama lo," ucap Jevan, ia menghabiskan minumannya lalu beranjak untuk pergi ketika Keysha menahan tangannya.

"Lo berhak untuk marah. Lo berhak untuk tau segala hal tentang gue. Kedepannya juga lo berhak untuk cemburu, karena setelah gue pikir-pikir, gue juga suka sama lo. Jadi..." Keysha menghentikan perkataannya. Tunggu dulu, barusan itu dia baru aja confess? Ke Jevan?? Semua kata-kata Keysha tadi meluncur dari mulutnya begitu saja.

"Jadi?" tanya Jevan sambil menatapnya. Untuk sesaat, mata mereka saling bertemu, membuat pipi Keysha merona tanpa bisa ia cegah. Keysha buru-buru mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Jadi jangan marah lagi sama gue," ucap Keysha cepat, merasa salah tingkah. Jevan yang melihatnya malah tertawa.

"Harusnya bukan gitu dong jawabannya," ucap Jevan dengan senyumnya. Ada rasa lega yang dirasakan Keysha ketika melihat senyuman itu. Kini ia sadar ia merindukan senyuman Jevan padanya.

"Terus apa?" tanya Keysha, ia berusaha untuk tidak menatap Jevan karena takut kembali salah tingkah.

Jaehyun menangkup pipinya, membuat Keysha mau tak mau menatap ke arah Jevan, "Harusnya: jadi, mau ngga lo jadi pacar gue?"

Keysha melepaskan tangan Jevan yang menangkup pipinya, ia harus menyelamatkan dirinya sebelum wajahnya benar-benar berubah menjadi merah seperti kepiting rebus.

Keysha berdehem, salah tingkah, "Harusnya cowok yang nembak cewek, bukan kebalikannya,"

"Oke kalo gitu," ucap Jevan. Lalu tanpa Keysha sangka, cowok itu menautkan jemarinya di sela sela jemari Keysha. Keysha yang bingung lalu mendongak ke arah Jevan hanya untuk mendapati wajah Jevan yang berseri-seri.

"Keysha Ghislaine, lo mau ngga jadi pacar gue?" ucapan Jevan membuat Keysha merasa perutnya serasa dipenuhi kupu-kupu dan jantungnya berdebar kencang tanpa bisa ia kendalikan.

"Mau," jawabnya lirih.

"Apa? Ngga kedengeran," goda Jevan.

"Mau banget!" ucap Keysha, kali ini dengan suara yang lebih keras karena setengah kesal Jevan justru menggodanya. Jevan tertawa. Mereka lalu bergandengan keluar dari kantin, masih dengan senyuman di wajah masing-masing.

BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang