#18 Festival Kembang Api

9 3 1
                                    

Di malam festival, Keysha dan Jevan akhirnya berangkat terpisah, Keysha beralasan masih ada tugas yang harus dia kerjakan sehingga dia nyusul, padahal sejujurnya ia mencari alasan untuk membatalkan janjiannya dengan Jevan. Pada akhirnya, Keysha menyerah mencari alasan dan memaksakan dirinya untuk menyusul Jevan ke kampus. Ia tidak bisa membayangkan wajah kecewa cowok itu jika Keysha membatalkan janjian mereka malam ini.

"Hei, tugasnya udah selesai?" tanya Jevan ketika menghampiri Keysha yang sedang duduk di dekat stand penjual es teh. Keysha menoleh, lalu mengangguk sambil tersenyum, berusaha tidak menunjukkan kegugupannya.

"Kok lo nunggunya disini? Jauh banget Sha, Lo ngga mau ke backstage atau gue kasih tempat duduk paling depan aja gimana?"

Keysha menggeleng, "Ngga usah Van, disini aja udah keliatan kok,"

Jevan mengangguk, memilih tidak memaksa Keysha, "Yaudah kalo gitu gue temenin sampe gue manggung,"

"Anyway, setelah gue manggung kita ke rooftop gedung dekanat yuk," sambung Jevan.

"Ngapain?"

"Ntar agak maleman kan bakal ada kembang api. Paling bagus diliat dari rooftop nya gedung dekanat," ucapan Jevan membuat Keysha terbatuk-batuk.

"Kenapa Sha?" tanya Jevan bingung.

Keysha cepat cepat menggeleng, "Ngga papa, cuma keselek es aja," katanya sambil memaksakan sebuah senyum.

Jevan tertawa lalu mengacak rambut Keysha, "Makanya hati-hati,"

"Jevan,"

"Iya?"

"Lo sesuka itu ya sama festival kembang api?"

Jevan tersenyum, "Hmm gimana ya bilangnya, bagi gue festival kembang api ini memorable banget. Ini festival pertama tempat gue manggung bareng band gue, jadi kayak ada kenangan sendiri gitu, dan gue pengen salah satu kenangan gue di festival ini adalah bareng lo," Keysha menelan ludah, bagaimana dia bisa jujur ke Jevan kalau festival ini adalah salah satu event yang memorable bagi cowok itu?

Jevan melirik jam tangannya lalu menepuk pundak Keysha pelan, "Bentar lagi gue manggung, habis itu kita ketemu di dekat gedung dekanat ya?" Keysha hanya tersenyum tipis lalu mengangguk.

Waktu berlalu dengn cepat, tidak terasa, band Jevan sudah selesai tampil. Keysha mengatur nafasnya, berusaha menguatkan diri. Apa salahnya sih nonton kembang api? Emang suaranya agak keras tapi kan ada Jevan, lagian juga cepat atau lambat dia harus menghadapi traumanya, pikir Keysha dalam hati, berusaha menenangkan dirinya sendiri sambil berjalan ke arah gedung dekanat.

"Keysha? Lo ngapain disini?" sebuah suara yang sangat familiar menyapa gendang telinga Keysha.

"Mahen?"

"Lo ngapain disini?" tanya Mahen lagi.

"Gue..."

"Lo tau kan ini festival kembang api? Banyak suara petasan, mana suara konser mahasiswanya keras banget lagi,"

Keysha terdiam, tidak menjawab perkataan Mahen. 

"Ayo gue anter pulang," ucap Mahen.

Keysha menggeleng, "Ngga usah, gue bareng Jevan,"

"Jevan yang ngajak lo kesini?"

"..."

"Dia ngga tau lo punya trauma sama suara keras?"

Keysha memilih diam lalu kembali berjalan ke arah gedung dekanat ketika Mahen menarik tangannya. "Ayo pulang aja, gue anter,"

"Ngga usah, gue bareng Jevan!"

BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang