#15 Trust Issue

13 4 0
                                    

Setelah kejadian di Urban Coffee, Keysha jadi lebih dekat sama Jevan. Harusnya Jevan merasa senang tapi entah kenapa rasanya Keysha dekat sama dia lebih karena cewek itu ngerasa bersalah bukan karena ia mulai membuka hati untuknya. Jevan tidak mau menerka nerka, jadinya pada suatu siang ia mencoba berbicara dengan Keysha.

"Keysha,"

"Hm?"

"Lo ngapain nemenin gue nugas?"

Keysha mengernyitkan dahi, bingung dengan pertanyaan tiba-tiba Jevan. "Ya ngga papa, biasanya juga kan lo nemenin gue nugas, sekarang giliran gue yang nemenin lo nugas. Ngga perlu alasan kali Van kalo nemenin nugas doang,"

Jevan menghela nafas, "Kalo lo ngelakuin ini gara-gara kejadian tempo hari, lo ngga perlu repot repot Sha,"

Keysha terdiam, "Kenapa lo nyimpulin kayak gitu?"

"Ngga papa, gue cuma ngerasa lo ngga kayak lo yang biasanya,"

"Gue emang ngga kayak gue yang biasanya. Biasanya gue ngelamun terus, ngegalauin mantan gue, tapi yang sekarang gue berubah. Gue mulai mencoba untuk mikirin lo. Salah ya? Bukannya ini yang lo mau?"

"Bukan ini yang gue mau," Jevan menjawab tegas, berusaha untuk menjaga agar suaranya tetap tenang.

"Gue mau lo berhasil untuk move on. Iya, gue emang suka sama lo, tapi bukan berarti lo harus memaksakan diri lo kayak gini,"

"Gue ngga memaksakan diri,"

"Ohya? Sekarang gue tanya, menurut lo, diri lo yang sekarang udah berhasil move on?"

Keysha terdiam, membuat Jevan kembali bertanya, "Sekarang apa yang lo pikirin waktu ngeliat gue?"

"..."

"Menurut lo hubungan kita yang sekarang itu apa?"

"..."

"Apa kita lebih dari temen?"

Keysha masih tetap bungkam, tidak bisa menjawab pertanyaan Jevan satupun.

"Keysha,"

"Van gue ngga mau bahas ini plis?" ucap Keysha pada akhirnya.

"Mau sampe kapan kita kayak gini?"

"Kalo lo capek sama gue, lo boleh pergi ninggalin gue,"

"Gue ngga bakal ninggalin lo,"

"Kayak gue bisa percaya sama lo aja,"

"Lo bisa percaya sama gue,"

Keysha memutuskan mengabaikan perkataan Jevan, ia pura-pura fokus dengan hp di tangannya. Sampai akhirnya Jevan menggenggam tangannya, berusaha menyingkirkan hp itu dari tangan Keysha, "Van lo apaan sih?"

"Gue bilang lo bisa percaya sama gue,"

"Lo yakin? Mantan gue juga bilang hal yang sama-"

"DAN GUE BUKAN MANTAN LO," tanpa Jevan sadari suaranya meninggi. Keysha menatapnya datar lalu berujar pelan, "Bagi gue kalian sama aja," ucap Keysha lalu setelah itu buru-buru beranjak dari duduknya.

"Gue lupa ada urusan di kampus, lo pulang duluan aja,"

"Keysha!!"

Keysha melangkah cepat meninggalkan Jevan, berusaha menulikan pendengarannya. Bukannya Keysha tidak pernah mencoba membuka hatinya untuk Jevan, tapi dia sudah terlanjur jatuh terlalu dalam kepada Mahen, dan membuka hati untuk orang baru tidak pernah semudah itu. Atau mungkin, jauh di dalam hati Keysha sebenarnya takut, takut untuk tersakiti lagi. Takut terlalu percaya kepada Jevan dan pada akhirnya Jevan akan mengkhianatinya, atau meninggalkannya. Ia tidak mau sakit hati lagi. Cukup Mahen orang pertama dan terakhir yang membuatnya seperti ini.

BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang