#11 Trauma

11 3 0
                                    

Anehnya, setelah hari itu, Keysha jarang sekali melihat Mahen di gedung jurusan. Bukan berarti Keysha mencarinya ya, tapi karena terbiasa menghindari Mahen, Keysha jadi hafal kapan saja waktu Mahen berada di kampus dan aneh aja rasanya sekarang dia bahkan tidak perlu berusaha keras untuk menghindar karena Mahen yang memang tidak pernah terlihat.

Hingga suatu hari yang lagi lagi sedang hujan, kali ini Keysha pulang sendiri, Jevan lagi ada acara keluarga di luar kota. Masalahnya, Keysha ke kampus pakai motor, dan dia ngga bawa jas hujan. Sebenarnya dia bisa saja pulang jalan kaki lalu meminta Kak Johnny mengambil motornya di kampus tapi sialnya lagi, Keysha bahkan tidak membawa payung. Alhasil dia harus duduk menunggu di dalam gedung dan menunggu hujannya reda.

Ketika sedang melamun sambil melihat jalanan yang diguyur hujan, mata Keysha menangkap sosok Mahen yang mendekat ke arahnya. Keysha buru-buru menunduk, pura-pura sibuk dengan jam tangannya ketika Mahen tiba-tiba menyodorkan jas hujan. Keysha mengernyitkan dahinya lalu mendongak, bertanya-tanya apa maksud Mahen menyodorkan jas hujan ke arahnya.

"Gue juga ngga punya payung, tapi gue punya jas hujan. Pake aja," kata Mahen pelan.

"Ngga usah," Keysha berusaha menolak, tapi Mahen justru meletakkan jas hujan itu di bangku sebelah Keysha lalu pergi begitu saja. Kali ini tidak ada kata ingin balikan, ataupun paksaan dari Mahen untuk mendengarkan penjelasan darinya. Kali ini Mahen benar-benar hanya memberi Keysha jas hujan itu lalu langsung beranjak pergi. Keysha terdiam sambil menatap jas hujan itu lama sekali.

***

Lalu kejadian lainnya adalah ketika Keysha sedang naik lift dan kebetulan Mahen juga mau memasuki lift yang sama. Mahen terlihat ragu-ragu untuk masuk karena itu artinya nanti mereka hanya berdua saja di dalam lift. Melihat Mahen sempat terdiam di depan lift, Keysha buru-buru berkata, "Masuk aja ngga papa," ucapnya pelan.

Akhirnya Keysha dan Mahen diam berdua di dalam lift. Itu adalah naik lift terlama yang pernah Keysha rasakan. Hening dan canggung, mungkin itu dua kata yang tepat untuk menggambarkan situasi mereka saat ini.

"Soal jas hujan yang kemarin... Makasih," ucap Keysha pelan.

"Iya, soal yang kemarin kemarin maaf ya Key,"

"Maaf untuk apa?"

"Selama ini gue selalu maksa lo, ngga pernah bener-bener coba ngertiin posisi lo. Gue ngga pernah minta maaf dengan tulus, gue selalu minta maaf bukan karena gue sadar gue salah, tapi cuma karena gue pengen lo kembali ke gue. Egois ya?"

Keysha terdiam.

"Maaf. Kali ini gue beneran tulus. Gue emang pengen balikan sama lo tapi gue tau cara gue selama ini salah. Harusnya gue perbaikin diri gue dulu baru gue berusaha lagi. Iya kan?"

"Gue terima maaf lo, tapi soal balikan gue udah pernah bilang ke lo kalo gue ngga pernah kepikiran untuk mau balikan sama lo,"

"At least I'm trying Keysha"

"Gue ngga janji gue bisa nerima lo lagi,"

"Gue ngga maksa," ucap Mahen bersamaan dengan denting lift yang menandakan mereka sudah sampai di lantai yang dituju. Keysha memilih tidak membalas perkataan Mahen, ia melangkah keluar lift dengan jutaan perasaan berkecamuk dalam benaknya.

***

Sorenya, Keysha harus tinggal lebih lama di kampus untuk menyelesaikan laporan praktikumnya. Di luar hujan deras, membuat Keysha berharap agar tidak ada guntur yang terdengar.

Ada satu rahasia Keysha yang cuma kakaknya, Mahen, dan Ayra yang tau. Keysha trauma suara keras, karena kecelakaan mobil yang menewaskan orang tuanya dan membuatnya hampir kehilangan pendengaran, semenjak itu Keysha trauma dengan suara keras. Ia akan gemetar dan diserang gejala kepanikan setiap kali harus berhadapan dengan suara keras, suara apapun itu.

Tapi sepertinya harapan Keysha tidak terkabul. Setelah menyelesaikan lapraknya, ia melangkah melalui lorong kampus ketika suara guntur terdengar. Keysha menutup telinganya rapat-rapat, berusaha mensugesti dirinya sendiri untuk bergegas pulang, tapi tubuhnya terasa tidak bisa diajak bekerja sama. Keysha meringkuk di sudut lorong dengan muka pucat dan kaki yang gemetaran. Keringat dingin ikut menghiasi wajahnya.

Tidak lama kemudian, Mahen datang menyampirkan jaketnya ke atas kepala Keysha. Keysha masih diam, terlalu gemetar untuk merespon, sedangkan Mahen kini sibuk memapahnya berjalan ke ruang klub musik. 

Sesampainya mereka disana, Mahen mendudukkan Keysha lalu menatapnya dengan wajah cemas, "Keysha," panggilnya pelan. Keysha tidak menjawab, matanya masih melirik kesana kemari dengan tangan gemetar. Mahen memutuskan untuk menepuk nepuk bahu Keysha pelan sampai gadis itu merasa sedikit tenang. Setelah dirasanya Keysha sudah lebih tenang, ia beranjak keluar ruangan lalu kembali dengan segelas teh hangat.

Mahen menyodorkan gelas itu ke arah Keysha, keheningan yang canggung menguasai mereka. Keysha sudah lebih tenang, tapi kini ekspresi tidak nyaman menghiasi wajahnya. Mahen menatapnya sendu lalu akhirnya meletakkan gelas itu di meja dekat Keysha duduk.

"Gue tau lo bakal ngga nyaman kalo ada gue di ruangan ini. Gue bakal keluar, tenang aja ruang ini kedap suara kok jadi ngga bakal kedengeran suara guntur. Lo boleh disini sampe lo ngerasa tenang," ucap Mahen lalu beranjak keluar ruangan. Keysha menatap punggung Mahen sampai dia menutup pintu.

Setelah merasa cukup tenang, Keysha baru akan beranjak keluar ketika Mahen memasuki ruangan, "Hujannya udah reda, kayaknya ngga bakal ada suara guntur lagi sih," katanya.

Keysha mengangguk, lalu melangkah keluar ruangan ketika Mahen menahan tangannya, "Gue anter ya?" Keysha menggeleng, berusaha menolak. 

"Kalo gitu lo minta kakak lo jemput, gue bakal tungguin sampe kakak lo jemput," ucap Mahen lagi. "Jangan pulang sendirian please? Gue khawatir,"

Keysha memutuskan untuk tidak mendebat Mahen, ia mengeluarkan hpnya untuk meminta Kak Johnny menjemputnya, membuat Mahen bernafas lega.

10 menit kemudian, mobil Kak Johnny memasuki parkiran, Keysha buru-buru masuk ke dalam mobil sedangkan Kak Johnny menurunkan kaca mobilnya untuk menyapa Mahen. Setelah berbasa-basi sedikit, Kak Johnny menaikkan kacanya dan mulai melajukan mobilnya, "Mahen masih peduli ya sama kamu walaupun udah putus," ucapnya.

Keysha hanya membalas ucapan kakaknya itu dengan gumaman tidak bersemangat. "Kakak jadi kepo kenapa kalian putus," ucapan Kak Johnny membuat Keysha menelan ludah, gelisah. Keysha memang sengaja tidak memberitahu kakaknya kenapa ia dan Mahen putus, ia ngga mau Kakaknya justru memperpanjang masalah dengan menonjok Mahen misalnya.

"Ngga usah dibahas Kak, udah lewat juga,"

Kak Johnny malah menggeleng, "Kenapa ngga mau dibahas? Kakak jadi makin penasaran,"

"Kenapa juga kakak penasaran?"

"Ya karena kalian keliatan masih saling sayang," Keysha mendengus, merasa geli mendengar perkataan Kakaknya, walaupun dalam hati ia juga tidak bisa menyangkal kalau dia masih ada rasa dengan cowok itu.

"Kita tengkar terus putus," jawab Keysha berusaha menutup pembicaraan.

"Dan kalian tengkar karena...?" Kak Johnny masih memancing Keysha untuk bicara lebih lanjut.

"Kak please?"

Kak Johnny tertawa, "Iya deh iya Kakak ngga bahas lagi. Kakak percaya kok kamu tau mana yang bikin kamu bahagia dan mana yang ngga,"

Keysha tersenyum lega, "Hehe makasih kaak, love youu,"

BelieveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang