Dendam diatas Ring

3 1 0
                                    

Matahari mulai tenggelam, Aku telah melakukan pemanasan dan kini melepas kemeja yang berukuran lebih besar.

"Lu yakin, Han? Kalo ada apa-apa sama lo, gue yang kena anjrit." ungkap Rion membantuku memakai sarung tinju.

"Lu jangan berani ama cewek aja ya, bang ke!" seru Rion ketika Aku telah berhadapan dengan Tsakif di ring.

Ting!
Bunyi lonceng yang dinyalakan Rion.

Aku tidak selemah itu, Aku diajari kak Harbin tentang kekuatan fisik.

Bug!
Bagian pipi atas rahangku disasar oleh Tsakif.

"Bang, cewek anjrit!" teriak Rion.

Aku tetap bertahan dan sering kali memukul bagian perut dan dadanya.

Ting!
Lonceng kembali berbunyi dan Aku menepi mengambil air dari tangan Rion.

"Han, lu gak kenapa-napa kan?" tanya Rion panik.

Aku terengah dan mengangguk.

Sebenarnya, badan Tsakif tidak sekuat itu. Ototnya masih biasa tidak sekuat saat Aku menyerang kak Harbin.

"Lo ada dendam apasih?" tegur Rion dengan jaket sekolah mendekati kakaknya.

"Rokok..." ujar Tsakif tak sengaja.

"Jadi bener kata bibi, dia nemuin rokok di kamar lu?" tandas Rion membuat wajah Tsakif berubah.

"Udah belum?" sahutku masuk dalam ring.

Ting!
Lonceng kembali berbunyi, Tsakif menyusulku dan ia mendekatkan tangan kirinya untuk tos.

"Pikirkan apapun yang buat kamu kesal, bayangkan hal jengkel itu harus kamu lawan Hannah!" pesan kak Harbin memenuhi pikiranku.

"Ayo, bisa!" desak kak Harbin tiap kali latihan bersamaku optimis.

"Stop!" ujar Tsakif terbaring dengan tanganku tepat di atas perutnya.

"Lu nyerah, Bang? Masih ada beberapa waktu." desak Rion menengahi.

Tsakif mengangguk dan mengangkat kedua tangannya terengah.

Ting!
"Lu pemenangnya, Han! Nggak nyangka gue..." pujinya penuh haru.

Aku segera turun dan melepas aksesori, "Lu nggak ngalah kan sama Hannah, karena dia cewek?" putus Rion.

Aku memakai kembali kemeja berukuran besar dan mengeluarkan uang dari saku.

"Hebat! Ku kira kau lemah, cewek kuat. Setelah dipikir, mungkin karena rokok. Aku bakal bakar rokok supaya lebih kuat." jelas Tsakif menghampiriku.

Aku menggenggamkan uang ditangannya dengan paksa, "Buat gantiin minum tadi, makasih ya. Sekalian lebihnya buat beli rokok lagi." uraiku dan dibalas seringai olehnya.

Aku berbalik dan kembali ke asrama, "Ngapa lu senyum-senyum? Mau beli rokok lagi, lu? Gue tandain lu!" percakapan kakak beradik yang kudengar karena ruangan belum Aku tinggalkan.

"Heh! Kata gue, kalo cewek udah larang cowok buat lakuin hal yang gak dia suka..."

Belum selesai, Tsakif menyahut. "Rokok memang gak baik buat tubuh."

"Nah, lu tau!"

Aku keluar dengan cepat, dan Aku memang tidak setuju dengan rokok ataupun alkohol.

Ngeeek!
"Han! Pipimu..." sapa Rurin ketika ingin berbaring.

"Kenapa?" sambar Brenda mengenakan masker.

Lily lantas menghampiriku dan menuntunku duduk, "Tolong ambil es batu dibawah!" perintah Lily membuat Brenda yang berpenampilan seadanya kalang kabut.

Asmara AsramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang