Aku mulai membuka mataku pelan dan melihat dinding putih.
"Princess..." panggil Mama dengan mata berbinar disamping kiriku.
Aku melepas alat bantu pernapasan dan sadar dengan infus yang tertancap.
"Hannah kenapa, Ma?" tegurku lemas.
Mama masih tertegun, dan kak Harrist datang lantas memelukku.
"Kak Hamish mana?" lirihku melepas pelukan.
"Kakak baru temani kak Hamish ke kantor polisi, kak Hamish langsung ke lokasi syuting." beber kak Harrist membuatku lega, setidaknya kakakku itu baik-baik saja.
Tapi, "Ini hari apa?" tanyaku aneh.
"Ini hari sabtu, kamu udah koma selama 3 hari. Apa kamu ingat, kejadian terakhir?" desak kak Harrist ku angguki.
"Nak, hari ini ulang tahun kamu princess. Selamat untuk usia 15 tahun yang berharga." pesan Mama dan masih kurenungi.
Aku yang memegang kepala dengan perban dan pakaian pasien itu mulai mengingat kejadian nahas beberapa hari lalu.
*
Aku melihat mobil kak Hamish tepat didepan bus. Aku menghampirinya dan masuk disamping kemudi yang kak Hamish kendarai sendiri.
"Kakak sayang Hannah, nggak?" ucapku memeluk kakak yang kurindukan.
"Tentu aja, kenapa tiba-tiba?" balasnya melepas pelukan dan memeriksa keningku.
Kakak memberiku air minum dan mulai menghidupkan mesin.
"Kita mau kemana?" cecarku dan kakak mengeratkan sabuk pengamanku.
"Kita pulang aja, Mami mau bicara serius..." jawabnya belum usai.
"Katanya Mama mau jenguk weekend." sahutku melihat arah luar pemandangan hijau.
"Nggak! Kakak nggak bisa lihat kamu gini. Dek, kamu kalo sakit nggak pernah gini loh. Kamu kalo sakit biasanya dikamar terus, dan makanan kamu terjamin. Sekarang..." ujarnya tak dilanjutkan.
"Kak..." pasrahku melihat jalanan menurun berkelok dan arah berlawanan amat ramai.
"Hannah nggak begitu, Lily selalu bantu Hannah kayak kakak kakak semua..." cetusku melihat kak Hamish sedang bingung.
"Kenapa?"
"Remnya, blong!" singkatnya, kak Hamish langsung melepas topi dan merogoh ponselnya dalam hoodie yang dikenakan. "Telpon polisi, minta tolong alihin lalu lintas sekarang juga!" perintahnya.
Aku takut dan panik, kak Hamish sering menatapku dan mulai tak berkonsentasi.
Tuuuut!
Suara dering yang belum juga terangkat.Seorang pesepeda motor dari arah berlawanan menyalib mobil bak ditikungan, dan ini mengingatkanku pada Tsakif kala itu.
"KAK, AWAS!" pesanku melihat kak Hamish hampir kehilangan keseimbangan dan akan melewati jembatan berlawan arah.
Saat itu, untungnya jalanan sudah landai dan Aku memutar setir kearahku dan kami menabrak pembatas jalan.
Tiin tin tin tiiiin!
Suara mobil yang kulihat asapnya dari arah depan dan Aku tak mengetahui kejelasan selanjutnya.~
Aku terus menangis mendengar kak Hamish memelukku amat erat.
"Kenapa kamu lakuin itu?" cecarnya dengan tangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmara Asrama
Teen FictionKata orang, masa SMA adalah masa paling menyenangkan. Masa yang tak akan pernah terlupakan. Namun sangat berbeda ketika Aku menjalaninya. Aku tidak penah terfikir jika harus sekolah di Asrama. Memang sulit awalnya, tapi sedikit lebih lama Aku mulai...