Aku mengulurkan tangan pada kak Hamish meminta hadiah. Namun, ia malah duduk disampingku lesu.
"Dek..., kakak udah nggak punya hadiah lagi. Rencana kakak, kamu kakak kasi motor dan urus sim bersyarat. Tapi..." ulasnya sedih.
"Nggak papa" sambarku dan pintu terbuka memecah pembicaraanku dengan kak Hamish.
Mama masuk bersama Zane membawa ice cream rasa kesukaanku.
Setelah Mama tersenyum, "Mami boleh bicara sekarang..." ucapnya membuat kak Hamish beranjak.
"Tapi keputusan Hannah nggak boleh dibantah!" balas kak Hamish.
"Princess, Mama mau bicara serius." ujar Mama dengan pakaian glamor.
Mama mengelus rambutku pelan, "Dek, kamu pindah sekolah aja ya... Atau home schooling. Mama kurang setuju, kakak Harbin tidak mungkin menolak Mama." katanya lalu duduk membuatku tenang.
"Mama dirumah sendiri, Mama terus terfikir kamu, Dek. Mau, ya?" tambahnya meyakinkan.
"Kenapa Hannah harus pindah?" balasku benar-benar pasrah.
"Princess, kita tahu semuanya. Kamu sering sakit, dan kata kamu Harbin..." sahutnya kurang meyakinkan.
"Enggak, nggak gitu. Hannah nggak sakit, Hannah juga nggak keberatan sama keputusan kak Harbin. Hannah masih bisa lakuin semua asalkan kak Hamish selalu ada buat Hannah." jelasku.
"Jadi, kamu masih mau balik ke dorm?" cetus Zane terlihat sedih.
Aku mengangguk dan melihat kak Hamish pasrah.
"Serius, Dek? Kamu..." ungkap Mama tak percaya.
Kak Hamish dan Zane saling beradu pandang.
"Mama akan turuti kalian, Mama akan dengar Hannah sesuai kata Hamish." urai Mama meninggalkan ruangan berbau obat ini.
"Besok pulang ke apartemen kakak aja, besok kita buat pesta ulang tahun kamu." beber kak Hamish memberiku ice cream pemberian Zane.
"Kak, kenapa dikasih tahu kejutannya?" protes Zane.
Kak Hamish menatapku dengan sedikit senyum yang kulihat.
Tok tok!
Ketukan pintu menampilkan seorang perawat dan Dokter masuk."Kakak lihat bang Harbin sama temen kamu dikantin dulu. Ayo, Zane!" ajak kak Hamish lantas ditolak gelengan oleh Zane.
Aku sangat penasaran, apakah Aku..., tidak!
"Dokter..." panggilku pada pria dengan kacamata itu.
"Hannah masih butuh sedikit lagi istirahat, dan kakinya juga sudah mulai pulih. Tadi Hannah jalan ya? Harusnya jalan berdua sama kamu..." gurau pria ditujukan untukku dan Zane.
"Yah..." protes Zane serius, ia sangat ingin tahu keadaanku.
"Maksudnya?" singkatku.
Dokter itu tersenyum mengetahui reaksiku dan Zane serius. "Maksudnya, Hannah tidak perlu pakai kursi roda. Kamu bisa jalan pelan karena mulai pulih." balasnya membuatku lega.
~
"Han! Penasaran deh, kakakmu sama Venda udah pernah ketemu? Mereka keliatan udah saling kenal gitu." bisik Rurin terus mendorong kursi roda yang Aku naiki.
"Katanya Hannah nggak perlu lagi pakai kursi roda." gerutuku.
"Kamu harus sembuh total, baru Kakak kasih izin kamu jalan." balas kak Hamish didepanku.
"Mom..." panggilku memegang tas milik Mama dari belakang.
Mama hanya menoleh dan fokus kembali berjalan, "Mama sedih ya? Mama nggak suka, keputusan Hannah?" cecarku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asmara Asrama
Teen FictionKata orang, masa SMA adalah masa paling menyenangkan. Masa yang tak akan pernah terlupakan. Namun sangat berbeda ketika Aku menjalaninya. Aku tidak penah terfikir jika harus sekolah di Asrama. Memang sulit awalnya, tapi sedikit lebih lama Aku mulai...