"Perlakuan khusus"

4 2 0
                                    

"Nanti melem kamu nginep dulu di apart kakak, sekarang kan masih minggu. Besok aja baliknya ke asrama." ajak kak Hamish duduk disampingku.

"Sekolah Hannah jauh kak, kalo besok telat?" tolakku penuh pertimbangan.

"Tenang aja, kita bisa bangun subuh kan En?" jawab kak Hamish pada manager sedang mengemudi.

Aku mencibir.

Kak Hamish mengeluarkan kotak berisi ponsel dan memberinya padaku.

"Maaf, kakak telat dan baru kasih kamu..." ucapnya belum usai.

Aku menggeleng, "Hannah udah benerin kak..." balasku menatapnya.

"Dek!" panggil kak Harrist mencoba mengalihkan.

"Jangan ikut osis, ya?" sarannya tak kuketahui maksud.

"Kenapa?" selaku menatapnya.

"Nggak enak, nggak bisa bandel!" singkatnya melepas hoodie.

"Yaudah, saran kakak buat Hannah apa?" balasku bingung.

"Ikut duta-duta, gitu? Kan ada disekolah kamu..." jawabnya lirih.

Kini, mobil berhenti. Aku juga melihat Zane dari kejauhan.

"Yaelah, tau aja gue ajak bocil!" gerutu kakakku mendekati Zane.

Aku turun perlahan dan mendekati mereka berdua.

Bug!
Mobil hitam yang berhenti tepat di belakang mobil yang kutumpangi tadi menampilkan sang tuan.

"Shoot lu dikit kan, hari ini?" suara kak Hamish untuk Zane.

"Habis kakak!" ujar Zane.

Aku masih berdiri dan melihat ternyata kak Harbin menghampiriku.

"Kakak sudah bilang, kembali ke asrama sekarang juga!" tegasnya membuat kak Hamish dan Zane berkumpul.

"Kamu ikut kakak sekarang, atau kakak kirim ke asrama sekarang juga!" perintah kak Harbin tidak bisa ditolak.

Aku melihat raut wajah kak Hamish pasrah, "Nanti pulangin ke apartemen bang, bocil gue!" tegasnya.

~

Aku terus menangis di mobil sepulang dari pemakaman.

"Kakak tahu apa yang Hamish rencanakan, tapi kakak tidak mau kamu absen besok di sekolah!" kekehnya menghentikan mobil di parkiran apartemen kak Hamish.

Aku turun dengan perasaan dan pikiran tak karuan.

Aku terus membayangkan wajah terakhir nenek yang kulihat tadi. Aku berjongkok dan menangis lagi dikesepian itu.

"Dek!" sapa kak Hamish hanya dengan pakaian sederhana dan sandal.

Aku tak bisa berkata lagi, tangisku pecah dipelukan kak Hamish.

"Ssst, udah ya..." saran kak Hamish di waktu maghrib itu.

"Ayo masuk, nanti setelah kita bersih-bersih kakak ajak ketemu temen syuting." rayunya pelan.

"Nggak mau!" tolakku.

Aku sadar wajahku sudah tak karuan. Mataku sembab dan tidak mungkin hilang begitu saja.

"Harus ikut! Sekarang, ayo masuk!" kekehnya semakin tegas padaku.

Kak Harrist menggendongku hingga di kediamannya, Aku juga melihat koperku di pintu masuk tadi.

Zane

|Kamu ikut kak Harrist, Aku harus bicara sama kamu Babe..
19.20

"Dilantai 20, bawah..." ungkap kak Harrist dan perlahan kuikuti.

Asmara AsramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang