Asrama

4 2 0
                                    

*

"Adik, jika kakak panggil nama lengkap. Kamu harus senyum dan gembira melihat kakak!" perintah kak Harbin.

"Hannah Ulyana Galadriel..." panggilnya, Aku menuruti perintahnya dan meninggalkan mainanku.

Ia melambai diatas mobil yang mulai melaju, "Daah" pamit Mama riang.

Itu adalah bagian pertama yang akan ku lihat untuk kedua kakakku yang lain.

"Kak, sekolah di Asrama enak ya?" tanyaku pada kak Hamish melepas ransel.

"Kata siapa? Nggak enak, Cil! Nggak boleh bawa hp, internetan aja waktu ada jam ilmu teknologi. Belum lagi tidur dikamar bareng temen. Kakak sih nggak biasa ya, rame-rame gitu. Mana waktu mandi sama makan kudu ngantri lagi. Beneran habis kesabaran kakak 3 tahun ini!" jelasnya tak terima.

Untuk kak Harrist, ia pun berangkat ke asrama setelah lulus sekolah dasar sama seperti kak Harbin.

Aku tidak pernah memiliki teman lain selain Zane, kakakku semua jauh dan sebentar lagi Aku yang akan dijauhkan.

~

"Nggak bisa tidur?" ujar kak Hamish terlihat lelah.

Aku menggeleng pelan berjalan kearah sofa dan memeluknya.

"Ssst!" desisnya membelai rambutku.

"Nggak usah turuti semua keinginan kak Harbin, ya? Kamu nggak usah tinggal di rumah, tinggal disini aja sama kakak. Kamu bisa pilih sekolah dimanapun kamu mau." rayunya pelan.

Aku tidak bisa menolak kak Harbin, "Kalopun bisa, 3 tahun cukup buat Hannah di asrama." batinku dan menggeleng melepas pelukan pelan.

"Kak, Nenek sakit apa? Kenapa Mama nggak pulang-pulang?" tanyaku.

Kak Hamish meletakkan gelas berisi alkohol dan Aku baru menyadari.

"Kak!" teriakku.

Kak Hamish tersenyum, "Kakak nggak mabuk, kakak lupa kalo ada kamu..." sangkalnya.

"Kalo nggak ada Hannah mau diterusin?" tegasku.

Kak Hamish menggeleng, "Nenek sakit ya sakitnya orang tua aja, cuma sekarang nenek butuh didampingi dan Bibi sama Mami gantian jaganya." jelasnya panjang.

"Dek, gambar sana. Nanti kamu juga ketiduran!" perintahnya bersandar di sofa.

"Kak..." lirihku meletakkan kepalaku di pangkuannya.

Kakakku itu lantas menyelimutiku, "Mau cerita apa, adik bocilnya kakak yang paling cantik!" ucapnya membuatku nyaman.

"Tadi pagi, Hannah dimimpiin Papa. Beliau ada diruang kerjanya berdiri sambil tersenyum deket jendela seperti biasanya."

"Kapan-kapan, kalo ada waktu kita ziarah ke rumah peristirahatannya..." balasnya mengelus dahiku pelan.

~

"Sekolah sama asrama Hannah masih di lingkungan yang sama, kan?" tanyaku dalam mobil ketika berangkat.

Broom broom!
Suara motor yang ingin mendahului mobil yang kunaiki bersama semua kakakku.

"Kurang ajar!" gerundel kak Hamish disampingku membuka jendela, "tanjakan nih, gausah nyalib! Sama-sama bahaya!" teriaknya ketika motor dan mobil sejajar.

"Sudah, kak!" ujar kak Harrist dikursi kemudi.

"Nanti kamu juga tahu!" kata kak Harbin menjawab pertanyaanku tadi.

Aku melihat arah luar jendela dan membendung air mata atas jawaban itu.

"Nyebut deh gue, Bang! Orang nanya beneran, bener-bener lu!" sasar kak Hamish melihat kak Harbin sibuk dengan laptopnya.

Asmara AsramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang