7. Nadir

68 63 0
                                    

Seperti yang udah direncanain sebelumnya, aku dan Diana berdua pergi ke pengajian dengan gamis couple.

"Itu Nadir," tunjuk Diana sambil menunjuk ke arah depan.

Mataku langsung menyipit, mencoba mencari sosok yang dimaksud Diana. Tapi di tengah kerumunan orang yang sibuk bergerak, aku gak bisa nemuin Nadir.

"Mana sih?" tanyaku bingung.

"Matamu rabun ya? Orang sejelas itu gak kelihatan," ejek Diana dengan nada julidnya yang khas.

 Meskipun aku terganggu dengan sindiran itu, tapi sejatinya aku tahu, memang benar kalau lagi jatuh cinta, seolah-olah dunia di sekeliling kita memudar, dan sosok yang kita suka menjadi fokus utama yang terang benderang di tengah kegelapan.

Rasanya, seperti ada filter khusus yang membuatnya tampak begitu menonjol di antara kerumunan. Aneh memang, tapi begitulah kenyataannya.

"Yang mana sih orangnya?" tanyaku dengan nada bingung, mencoba menemukan Nadir di antara kerumunan.

"Makanya, wudhu dulu," ceplas-ceplos Diana, menggelengkan kepalanya dengan senyum kecil di bibirnya.

"Lah? Apa hubungannya sama wudhu?" tanyaku semakin heran, mencoba memahami keterkaitan antara mencari seseorang dengan melakukan wudhu.

Dengan sabar, Diana menjelaskan, "Wudhu itu bisa menenangkan hati, kan? Jadi, kalau kamu wudhu dulu, mungkin hatimu bisa lebih tenang, jadi bisa lebih fokus nyari Nadir," ujarnya sambil memberi tatapan penuh pengertian.

"Aku udah wudhu tadi, tapi kebablasan kentut," jelasku.

"Pantes tadi di jalan aku sempet nyium bau batang," keluhnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya, ekspresinya campur aduk antara kesal dan tertawa.

Berteman sama Diana tuh bener-bener kayak jalan menuju surga. Aku yakin banget, setiap kali aku nahan sabar ngadepin tingkah polahnya yang khas, ada pahala yang numpuk buat aku.

Dia tuh kayak energizer bunny, selalu penuh semangat dan suka bikin kehebohan.

"Dahlah, ayo masuk. Nanti kalau udah dapat pencerahan dari ceramah, kamu bakalan bisa lihat dia," ajak Diana sembari menyertaku kedalam masjid.

Aku dan Diana duduk di tengah-tengah. Rasanya, gimana ya? Bisa bayangin enggak, udah lama enggak ketemu orang banyak kayak gini? Rasanya energiku kayak kesedot. Padahal cuma duduk doang di tempat ramai, tapi rasanya kayak diserap habis-habisan.

"Ngapain sih?" heranku melihat Diana melirik ke sekeliling dengan tatapan yang agak mencurigakan.

"Cari calon mertua," jawab Diana sambil tertawa.

Diana sibuk cari-cari calon mertua di antara banyaknya orang. Dan mungkin dia enggak sadar kalau sekarang ceramah udah di mulai.

"Bapak-bapak, ibu-ibu, dan muda-mudi sekalian, kita mau ngobrolin hal serius nih, tentang cinta. Iya, itu yang katanya bikin dunia berputar, kan? Tapi, nih, ada satu hal penting yang harus kita sadari, bahwa cinta itu bukan cuma soal nyaman-nyamanan di bumi, tapi juga anugerah dari langit! Beneran, loh!"

Biasanya mataku ngantuk berat kalau denger ceramah. tapi, kalau bahas tentang cinta entah ngapa mataku jadi enggak ngantuk lagi.

"Jadi, bayangin aja, cinta itu kayak makanan gratisan dari surga, yang dibagi-bagiin sama Allah buat kita semua. Jadi, kalo kita dapet cinta, jangan lupa bersyukur ke atas!"

Ya Allah, kok aku kebagian kisah cinta yang nyesek sih? Aku kan juga pengen kisah cinta kayak Aisyah maupun az-zahra.

"Tapi ya, jangan sampe lupa di dunia nyata juga, ya. Kita masih harus usaha, jangan cuma duduk manis di bawah pohon mangga ngarepin cinta dateng dari langit. Kita harus bisa jadi versi terbaik dari diri kita, biar cinta bisa dateng ke kita dengan cara yang tepat.

Jodoh Dan JokesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang