14. Tergoda

47 31 2
                                    

Aku melangkah masuk ke dalam kosanku dengan langkah ringan, sembari membiarkan diriku bergoyang-goyang dalam kegembiraan yang tak terbendung.

"Uyeeee... uyeeee..." Bisikan itu terlontar dari bibirku

Ya Allah, terima kasih karena Engkau telah mengangkat beban ketakutan hamba selama ini, dan memudahkan semuanya

Aku meraih saklar lampu untuk menerangi sudut ruangan. Segera setelah cahaya menyala, mataku melintas dengan cepat mencari siapa yang ada di sana. Tiba-tiba, detak jantungku berdegup kencang. Di pojok ruangan, ada seorang perempuan yang duduk, memeluk lutunya erat-erat, dan pandangannya menusukku dengan tajam.

"Ya Allah!" Teriakku terkejut dan langsung terjatuh ke belakang.

"Bahagianya..." Ucapnya dengan suara merdu tapi juga terdengar sinis. Tanpa ragu, aku tahu suaranya itu, itu adalah Diana.

"Diana, kenapa kamu ngagetin gitu? Bisa kabarin dulu kan kalau mau main?" desakku dengan nada tegang, mencoba menenangkan diriku dari keterkejutan yang baru saja kurasakan.

Diana melangkah mendekat ke arahku dengan langkah cepat, tangannya mencengkram pundakku dengan kuat, mengguncang-guncangkannya.

"Kamu tahu nggak, aku udah nunggu lama!" desahnya dengan kesal, wajahnya memancarkan ketidakpuasan. Kemudian, dengan tiba-tiba, ia menghentikan gerakannya dan berbaring di atas kasurku.

"Maaf," ucapku dengan suara rendah, merasa bersalah karena lupa akan janji yang telah kuucapkan padanya.

"Kamu bilang mau mengajari aku ngaji," Diana menyampaikan dengan nada sedih di suaranya.

Dan aku pun tersadar, aku telah terlalu terlena dengan obrolan bersama mantan dan teman-temannya sehingga melupakan janji pentingku dengan Diana.

"وَأَوْفُوا۟ بِعَهْدِ ٱللَّهِ إِذَا عَٰهَدتُّمْ وَلَا تَنقُضُوا۟ ٱلْأَيْمَٰنَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ ٱللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ"

Wa aufụ bi'ahdillāhi iżā 'āhattum wa lā tangquḍul-aimāna ba'da taukīdihā wa qad ja'altumullāha 'alaikum kafīlā, innallāha ya'lamu mā taf'alụn

"Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat."

"Din... jangan nakut-nakutin," desakku panik, tubuhku gemetar.

Aku bersumpah, merinding melihatnya membaca ayat itu dengan begitu lancar, seolah-olah maknanya menyatu dengan ruangan ini. Entah mengapa, suasana tiba-tiba terasa mencekam, seakan-akan aku terdampar di dalam sebuah adegan horor.

Aku bertanya-tanya, sejak kapan genre hidupku berubah menjadi horor? Biasanya, ini hanyalah melodrama biasa, tapi sekarang...

Mataku melirik sekeliling kosan, mencari keberanian dalam diri untuk menenangkan diri. Namun, suasana semakin menyelubungi ruangan dengan ketegangan yang tak terhindarkan. Hati dan pikiranku berkecamuk dalam gelombang kepanikan. Apakah ini hanya sebuah lelucon, ataukah ada sesuatu yang lebih dalam dari semua ini?

"Aizaaa..." panggilnya dengan suara yang mengalun merdu.

"Aaaaaa..." Teriakku kencang, hatiku berdebar hebat.

Tanpa berpikir panjang, aku langsung berlari ke luar kosan seperti orang gila. Dengan gemetar, aku menutup pintu kosanku, tapi suara tawa Diana masih terdengar, menggema di dalam keheningan malam.

Jodoh Dan JokesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang