2. Oh, Daddy

15.2K 84 1
                                    

Dominic menggelengkan kepalanya dan berlalu keluar dari kamar. Pria itu berjalan menuju kulkas dan meraih sebotol air dingin yang kemudian dilekatkannya ke dahinya yang panas.

Tidak mudah rupanya mengurusi anak gadis. Ketika teman lamanya meninggal dan menyerahkan hak asuh putri mereka kepada Dominic lima tahun yang lalu, Bee baru berumur 14 tahun. Sudah remaja, tapi tidak terlalu merepotkan.

Sekarang gadis itu berumur 19, barulah Dominic sadar bahwa ia tidak bisa lagi membedakan apakah dirinya sosok seorang ayah bagi gadis itu, ataukah seorang kekasih.

Benar Bee masih memanggilnya Daddy. Benar ia masih memanggil Bee sebagai Princess. Dan tentu saja ia menganggap gadis itu segalanya. Tapi semakin berjalannya waktu, posisi keduanya semakin mengabur. Apalagi ketika ia membiarkan dirinya mencintai gadis itu lebih dari seorang anak yang diadopsinya karena terpaksa.

Dominic memaksakan dirinya untuk melakukan pekerjaannya. Butuh semua konsentrasi yang dimilikinya untuk bisa menghilangkan jejak tubuh Bee dari benaknya. Pembicaraan tentang retail dan perluasan cabang departemen store yang dimilikinya, untungnya menyita perhatian Dominic dari putri angkatnya. Tapi, begitu pekerjaannya selesai, hanya ada satu hal dalam benak pria itu.

Ia bergegas keluar dari kantornya dan mencari Bee.

Pria itu menemukan Bee sedang berada di dapur, masih mengenakan pakaian yang sama dengan sebelumnya tapi sudah memakai bra walaupun Dominic ragu gadis itu mengenakan celana dalam di balik roknya yang pendek.

Bee sedang berdiri membelakangi Dominic dan tampak sedang membuat makan siang untuknya sendiri.

"Apa yang sedang kau buat, Princess?" Dominic menyandarkan bahunya ke pinggiran pintu dapur dan mengamati dengan tangan terlipat.

"Roti dengan selai kacang dan jelly."

"Oh, kesukaanku," Dominic berkomentar. "Apakah Princess akan membaginya dengan Daddy?"

"Tidak."

Dominic mengerutkan dahinya.

"Tidak? Mengapa?"

"Daddy memarahiku tadi pagi," Bee membalas sambil membungkuk mengambil sesuatu dari rak bawah lemari, menampakkan pantatnya yang putih dan... tebakan Dominic benar, masih tidak mengenakan celana dalam.

"Lagipula Daddy sendiri yang bilang kalau selai kacang rasanya seperti vag—"

"Bee!" Dominic memotong ucapan gadis itu dengan erangan.

Gadis itu langsung menegakkan punggungnya dan menoleh dengan wajah meringis.

Dengan dua langkah lebar, Dominic sampai di belakang tubuh Bee dan menaikkan gadis itu ke atas bahunya, memanggulnya layaknya membawa sekarung beras.

"Okay, waktunya Daddy menghukummu, Princess."

Dominic membawa gadis itu ke kamarnya dan menidurkannya ke atas ranjang dengan hati-hati. Ia langsung menindih tubuh Bee dan menarik kedua tangan gadis itu diatas kepalanya.

"Apa yang akan Daddy lakukan padamu hari ini, Princess," Dominic menggumam pelan sambil mengamati wajah Bee yang kini memerah.

"Entahlah, Daddy," Bee menjawab sambil mengigit bibirnya sendiri. "Mungkin Daddy mau bermain-main dengan bagian privat milik Princess?"

Bee melebarkan kedua pahanya dan mengaitkan kakinya mengelilingi pinggang Dominic.

"Ia sudah tidak sabar untuk bermain dengan Daddy," Bee berbisik dan mulai menggerakkan pinggulnya, menggesek ke kejantanan Dominic yang saat itu sudah benar-benar berdenyut.

Oh fuck... Dominic tidak bisa lagi menahan dirinya. Ia melepaskan tangan Bee dan melucuti pakaian gadis itu hingga habis. Hanya tiga helai. Tank top, bra, dan rok.

Daddy's Princess [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang