8. Naughty Girl

4.9K 40 0
                                    

"Daddy akan selalu disini. Tidak akan ada yang merubah hal itu. Aku mencintaimu, Princess."

Dominic menunduk dan mencium kening Bee, kemudian pipi Bee, lalu terakhir, melumat lembut bibir Bee.

Desahan nafas yang keluar dari bibir gadis kecilnya memancing sesuatu dari dalam diri Dominic yang membuat pria itu mendesakkan ciumannya lebih dalam. Lidah Dominic menerjang masuk, dan bibir Bee mengijinkan.

Lidah pria itu melilit dan mengecap. Bee membalas dengan kekuatan yang sama. Terlupakan sudah kesedihannya. Panasnya nafas pria itu memenuhi seluruh indra perasanya, turun hingga ke paru-parunya yang kini dipenuhi oleh aroma kuat dari Dominic.

Gadis itu melilitkan kedua kakinya mengelilingi pinggang Dominic dan menjangkarkan tangannya ke leher pria itu. Desakan dari kejantanan Dominic yang terbangun, terasa diantara kedua paha Bee hingga membuat gadis itu mulai basah.

Dominic meraih kaos yang dikenakan Bee dan mulai melucuti. Begitu membebaskan kedua dada Bee, Dominic memundurkan wajahnya untuk mengamati.

Wajah Bee memerah. Mata gadis itu penuh dengan kabut gairah.

Dominic meraih salah satu benda kenyal di dada Bee dengan tangannya yang lebar dan mengusapkan ibu jarinya melawan ujungnya yang kaku. Getaran dari tubuh Bee dan tarikan nafas gadis itu, benar-benar membuat kejantanan Dominic luar biasa kerasnya.

Wajah Bee ketika menginginkannya terlihat sangat cantiknya. Betapa ia ingin segera membenamkan dirinya ke dalam Bee dan menyetubuhi gadis kecil itu dengan sekuat tenaga hingga jeritan terdengar dari bibir Bee yang merah.

Tapi Dominic menahan. Ia ingin memberi Bee pelajaran karena sudah berani meragukan dirinya.

Diraupnya benda di tangannya dengan mulutnya dan seketika rintihan gadis itu terdengar.

"Oh...!" Bee meremas kepala Dominic yang ada di dadanya. Jemari gadis itu menyusuri rambut coklat lembut milik Dominic dan meremasnya erat ketika ia merasakan jentikan lidah Dominic melawan ujung dadanya yang meradang.

"Kau menyukainya, Princess?" Dominic bertanya dengan suara serak. Geraman dari tenggorokan pria itu terasa geli di ujung dada Bee yang sensitif.

"Y-ya, Daddy. Sangat suka," desah Bee dengan mata setengah terpejam.

Kehangatan basah yang mengelilingi dada Bee membuat gadis itu terhanyut. Lidah pria itu seakan memiliki kehidupan sendiri. Gesekannya yang kasar terasa di ujung dada Bee, membangunkan denyutan di antara kedua pahanya yang sudah belepotan oleh cairan dari gairahnya.

Daddynya benar-benar tahu bagaimana cara memanjakannya. Hisapan mulut Dominic yang keras membuat kerinduan untuk segera dipenuhi oleh tubuh Dominic mucul dalam diri Bee.

Gadis itu ingin merasakan tubuh berotot Daddy diatasnya, menindihnya. Ia ingin merasakan bagaimana kerasnya tubuh pria itu ketika mendesak masuk ke dalam dirinya. Bagaimana panasnya. Bagaimana kuatnya. Meregangnya hingga ambang batas kemampuannya. Memenuhi semua celahnya dengan kenikmatan yang abadi.

"Please... aku ingin dirimu, Daddy." Tanpa sadar Bee melenguh. Ia tidak lagi bisa menguasai dirinya. Dominic bisa memintanya untuk jungkir balikpun sekarang ia pasti akan melakukannya demi bisa dipenuhi oleh pria itu.

Dominic melepaskan hisapannya dan menggeram, "Tidak sekarang, Princess. Daddy masih haus untuk menghisap dadamu."

Pria itu mengalihkan bibirnya ke dada Bee yang lain sementara tangannya mulai bergerak menuruni tubuh Bee. Dominic menyingkan rok pendek Bee ke atas dan menyelinapkan jemarinya ke dalam, mengusap lipatan Bee yang bengkak.

"Mh...!" Bee kembali melenguh. Ia bisa merasakan telapak tangan Dominic yang lebar menggenggam kewanitaannya sementara bibir pria itu tidak berhenti menyesap dan menghisap putingnya.

Ibu jari pria itu mengusap titik pertemuan di kedua paha Bee dengan ritme yang sama, mengelilingi klitoris Bee, terus menerus, hingga cairan hangat dari tubuh Bee keluar semakin banyak dan melumuri tangan pria itu.

"D-d-daddy...." Bee merintih sambil menekannya tubuhnya semakin melekat ke tangan pria itu. Gabungan antara tarikan mulut Dominic yang masih menyesap dadanya, ditambah gesekan kasar dari tangan Dominic, tubuh Bee mencair.

"Lebarkan pahamu, Little Girl," Dominic menggeram.

Tanpa perlu diperintah dua kali, Bee melakukan perintah Dominic.

Jemari pria itu langsung membelah celah Bee dan ia menyelipkan satu jemarinya ke dalam kehangatan gadis itu.

Bee seketika tersentak merasakan desakan yang menusuk tubuhnya. Tapi ia sudah terlalu licin untuk merasa kesakitan. Apa lagi ketika jemari Dominic tentu saja jauh lebih kecil daripada benda yang biasanya di gunakan pria itu untuk menusuknya. Tahu kan yang mana?

Walau begitu, sudah terlalu paham akan tubuh Bee, dengan mudah jemari Dominic menemukan daerah sensitif di dalam tubuh Bee yang membuat gadis itu mendesah semakin keras.

Jemari Bee mencengkeram rambut Dominic lebih erat sementara jeritan kecil terlepas dari bibirnya.

"Ah, yes Daddy. Ya... ya....," Bee sudah tidak tahu lagi suara apa yang kini dibuat oleh bibirnya. Apalagi ketika Dominic mulai menggerakkan jarinya perlahan, menyelinap keluar dan masuk, menggesek bagian sensitif di dalam rahimnya tanpa berhenti.

Begitu celah gadis itu meregang terbuka, ia kemudian menambahkan satu jemari lagi masuk.

"OH, DADDY!" Kali ini Bee menjerit dengan keras. Jeritan yang sama dengan yang membuat tetangga mereka memutuskan untuk pindah rumah.

Tangan Bee kini meraih pundak Dominic dan meremasnya sangat erat hingga kukunya memutih.

"Kau sempit sekali, Princess," Dominic menggeram tertahan.

"A-aku tidak bisa menahan lagi, Daddy. Bagian Princessku mulai terasa geli. Se-sepertinya sebentar lagi aku akan selesai," Bee berkata di sela rintihannya. Ia bisa merasakan pelepasan mulai mengumpul di dalam perutnya, tergulung erat dan siap untuk meledak. Hanya sedikit lagi sebelum mencapai tepian dan ia siap melayang dalam klimaks penuh kenikmata.

Oh, ya.... Bee bisa merasakannya.

Mendadak, Dominic menarik tangannya keluar dan pria itu melepaskan hisapan mulutnya.

Percikan api yang baru saja akan menyala di dalam dada Bee mendadak lenyap dan ia pun membuka matanya menatap ke arah Dominic.

"Me-mengapa berhenti, Daddy?" Bee bertanya sambil terengah-engah. Frustasi terlihat jelas di mata gadis itu.

Dengan suara serak Dominic menjawab, "Hukuman karena sudah mengira bahwa Daddy berbohong dan melupakanmu, Princess. Jangan pernah berpikir bahwa Daddy tidak menyayangimu atau berniat meninggalkanmu. Mengerti?"

Bee mengangguk keras-keras.

"Bee paham, Daddy. Bee janji tidak akan mengulanginya lagi. Sekarang...bisakah kita lanjutkan permainannya?" gadis itu merengek dengan wajah merah padam.

Dominic bangkit dari tubuh Bee dan berdiri.

"Tidak, Princess," pria itu menjawab. Nada suaranya tegas dan tidak ingin dibantah. "Seperti yang Dady bilang, ini adalah hukuman. Daddy ingin kau tidak melupakannya. Sekarang... benahi dirimu dan ikut Daddy untuk makan siang."

Dominic meraih kaos dan pakaian dalam Bee lalu mulai mengenakannya ke tubuh Bee. Seluruh tubuh Bee masih terbakar oleh gairah yang dimunculkan oleh pria itu. Gairah yang kini ia tidak tahu hendak dikemanakan. Dan Bee yakin Dominic bisa melihatnya di wajahnya yang memerah.

Tapi pria itu tidak peduli. Ketika melihat Bee hanya mampu menatapnya dengan mata membelalak dan bibir terbuka, Dominic tahu bahwa pelajaran yang baru saja diberikannya untuk Bee, selamanya akan membekas dalam kepala gadis mungilnya itu.

Naugthy Girl!

***

***

bersambung...


Daddy's Princess [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang