🛫(9) Sah!🛫

197 18 5
                                    

Happy Reading ❤️
.
.
.
.
.

Keluarga Ali sudah sampai di kediaman keluarga Prilly, ia sangat bersyukur tidak ada hambatan selama dalam perjalanan. Keluarga Prilly langsung menyambut hangat kedatangan keluarga besar Ali. 

Kemudian Ali diperintahkan untuk duduk di kursi yang menghadap kepada penghulu, keluarga Prilly segera memanggil Prilly dari dalam kamarnya. Wajah Ali memang terlihat sangat tenang, tapi hatinya sangatlah gugup karena ia akan mengucap janji yang sakral di hadapan keluarga besar Prilly dan juga Tuhan yang menjadi saksi pernikahan mereka.

Acara pernikahan mereka tidak mengundang banyak tamu, hanya beberapa kerabat dekat Ali dan Prilly saja yang datang. Mengurus pernikahan Ali dan Prilly dalam waktu dua minggu bukanlah hal yang mudah, keluarga Ali dan Prilly terpaksa mendadak melakukannya karena mereka tidak ingin menunggu lebih lama lagi. 

“Tenang, Nak. Jangan gugup,” ucap ayah Soni yang menepuk pelan pundak Ali yang sebentar lagi akan menjadi menantunya itu. 

Ali hanya mengangguk sambil tersenyum menatap ayah Soni, Ali rasa ayah mertuanya ini menyadari apa yang dirasakannya saat ini.

Akhirnya Prilly keluar dari kamarnya dan berjalan ke arah Ali yang didampingi oleh Dara, Ali yang dari tadi menunduk menunggu matanya tak sengaja menatap Prilly. Sosok calon istrinya begitu sangat cantik dalam balutan kebaya putih walaupun sederhana.

Begitupun dengan Prilly yang sudah duduk disamping Ali, entah kenapa rasanya ia gugup duduk bersebelahan dengan Ali. Prilly tak ingin menatap Ali lebih lama lagi, ia memilih menunduk sampai akhirnya penghulu yang memulai acaranya.

Penghulu itu membaca doa-doa dilanjutkan dengan acara ijab kabul. Inilah hal yang membuat Ali tidak tenang dan ingin segera ia tuntaskan, dalam satu tarikan nafas Ali pun lantang mengucap ijab kabul sambil menjabat tangan ayah Soni.

Semua orang bernafas lega setelah Ali dan Prilly sudah sah menjadi sepasang suami istri, lalu Ali menghadap pada Prilly. Dilihatnya istrinya masih menunduk seperti sibuk dengan pikirannya, entah apa yang sedang dipikirkannya.

“Silahkan istrinya mencium tangan suaminya dilanjut suaminya mencium kening istrinya,” ucap penghulu meminta Ali dan Prilly melaksanakan perintahnya.

Prilly tak bergeming perkataan penghulu itu.

“Prilly …” Ali menggenggam tangan Prilly dengan lembut, hal itu membuat Prilly langsung menepis tangan Ali dengan kasar. Tentu Ali tersentak kaget dengan apa yang dilakukan oleh Prilly.

“Prilly!” bisik ayah Soni menegur sikap Prilly, ia sedikit kesal dan malu juga karena banyak orang-orang yang melihatnya.

Dengan berat hati Prilly meraih punggung tangan Ali yang sudah sah sebagai suaminya dan menciumnya, lalu Ali pun mencium kening Prilly dengan tulus. Prilly masih tidak terima jika akhirnya sudah sah menjadi istri Ali dan akan menjadi anggota keluarga besar Syarief. Sangat lelucon sekali bukan hidupnya menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya sama sekali?

•••••

Ali masih menemui keluarganya di ruang tamu karena mereka harus pamit pulang, Ali berterima kasih sekali kepada mereka karena sudah menyempatkan waktu untuk datang ke pernikahannya. Orang tua Ali juga akan pulang ke rumahnya karena ada hal penting yang harus diurus.

“Mama sama papa beneran mau pulang sekarang?” tanya Ali memastikan.

“Iya, Nak. Maaf kami gak bisa menginap di sini. Mungkin minggu depan kami berkunjung kesini,” kata mama Ayu.

“Ali antar pulang ya,” tawar Ali.

“Gak usah, Nak. Kamu disini aja jagain istri kamu, mama sama papa bareng tante Lusi kok pulangnya,” kata mama Ayu.

“Iya benar, kamu istirahat aja disini,” sambung papa Andra.

Lalu bunda Sofi datang menghampiri mereka, “lho? Mau pulang hari ini?” tanyanya.

“Iya, Sof. Ada yang harus kami urus dan kerabat yang lain juga mau pada pulang,” ucap mama Ayu.

“Padahal istirahat aja disini, besok aja pulangnya,” ucap bunda Sofi.

“Gapapa, minggu depan kami akan berkunjung kesini kok,” ucap mama Ayu.

Bunda Sofi mengangguk, “yasudah kalau begitu, hati-hati ya di perjalanan pulang,” kata bunda Sofi.

Lalu mereka pun berpamitan pulang, Ali pun kembali masuk setelah mengantarkan orang tuanya. Ia pun menjumpai Satya yang sedang duduk di kursi meja makan.

“Lagi ngapain kak?” Ali langsung menarik kursi duduk disebelah Satya.

“Biasa nih, cek email masuk,” jawab Satya sambil menyesap secangkir kopinya, “ngopi juga, Li?” tawar Satya.

Ali langsung menggeleng, “Ali gak ngopi, kak,” jawab Ali yang diangguki Satya.

Satya pun menoleh pada Ali, “btw, jangan panggil kakak. Kita kan satu angkatan,” ucap Satya.

“Gapapa kak, kak Satya kan kakak ipar Ali sekarang. Gak sopan kalau Ali panggil nama sama kak Satya,” ucap Ali.

Satya mengangguk paham, Satya masih tidak menyangka jika teman satu angkatannya ini menjadi adik iparnya sekarang. Satya mengenal baik Ali, Satya juga sempat 1 ekstrakurikuler basket dengan Ali.

“Ali ke kamar dulu ya kak,” pamit Ali.

“Iya, kamu istirahat aja di kamar, Li,” ucap Satya.

Ali pun meninggalkan Satya dan melangkah menuju kamar Prilly. Saat masuk Ali tidak menemukan Prilly di dalam, padahal Prilly sedang tidur saat Ali keluar dari kamarnya.

Ali segera mengambil handuk untuk menyegarkan diri, seharian penuh ia bertemu dengan banyak orang yang mengucapkan selamat kepadanya dan juga Prilly. Kebetulan kamar Prilly memiliki kamar mandi di dalam sehingga ia tidak perlu keluar kamar untuk mandi.

Di tempat lain yaitu di halaman belakang, Prilly sedang memangku laptopnya dan jari jemarinya sibuk mengetik. Semester akhir ini ia disibukkan oleh banyak tugas-tugas yang menumpuk ditambah lagi tugas skripsi yang belum selesai. Banyak beberapa pesan masuk juga yang belum sempat ia balas, rasanya sangat malas sekali karena ia sangat fokus pada tugasnya.

“Lagi ngapain disini malam-malam, Nak?” tanya ayah Soni.

“Cari angin,” jawab Prilly tanpa menoleh pada ayahnya.

Ayah Soni duduk di sebelah Prilly dan ikut menatap apa yang sedang anaknya kerjakan di laptop, “ayah sangat tenang karena ayah sudah mendampingi anak-anak ayah menikah, termasuk mendampingi kamu menjadi wali nikah,” ucap ayah Soni. Prilly tetap fokus mengetik dan tak merespon ayah Soni, “sekarang kamu sudah menjadi seorang istri, dan ayah cuman mengingatkan kamu supaya bisa menjaga diri serta menjadi istri yang baik untuk suami kamu sebagaimana bunda yang menghormati ayah dan ayah harap kamu bisa berpikir dewasa mulai saat ini” ujar ayah Soni.

Prilly menghentikan kegiatannya dan menoleh pada ayah Soni, “ayah kenapa terus membahas hal ini sih!? Ayah gak bosen apa?” Prilly sangat kesal dengan ayahnya.

Ayah Soni malah tersenyum sambil mengusap rambut Prilly, “sampai kapanpun ayah tidak akan pernah bosan menasehati kamu, walaupun kamu sudah menjadi tanggung jawab suami kamu,” tutur ayah Soni.

Prilly memutar bola mata malas sembari mendesah berat, “terserah ayah aja! Ayah udah gangguin Prilly!” Prilly pun beranjak dari duduknya dan masuk meninggalkan ayah Soni sendirian.

Ayah Soni menggeleng pelan sambil mengusap dadanya, ia harap anaknya segera berubah menjadi lebih baik setelah menikah, “semoga saja nak Ali bersabar menghadapi sikap Prilly seperti itu …”



















Jangan lupa vote, comment and share cerita ini yups ✨

Terima kasih 🤗✨

🛫Tbc🛫

The Best My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang