🛫(16) Menemani Fandy 🛫

60 7 0
                                    

Happy Reading ❤️
.
.
.
.
.

Seperti biasa Ali selalu berkutat di dapur, ia sedang menyiapkan makan siangnya dengan Prilly. Sementara Prilly masih berada di kamarnya sejak tadi.

Tak butuh lama Ali dengan cekatan sudah selesai menyiapkan makan siangnya, dua piring spaghetti bolognese dengan topping ikan salmon langsung ia taruh di meja, Ali mendatangi Prilly ke kamarnya.

“Makan siang dulu Prilly, nanti di lanjut mengerjakan tugasnya,” ucap Ali di ambang pintu.

“Gue gak lapar,” jawab Prilly.

“Saya sudah masak supaya kita bisa makan siang sama-sama,” ajak Ali dengan lembut.

“Yaudah lo makan duluan aja sana! Gak liat apa gue lagi pusing ngerjain tugas banyak!?” sentak Prilly yang malah memarahi Ali. Selama hidup bersama Prilly, Ali sudah biasa dimarahi oleh istrinya, seperhatian apapun yang Ali lakukan untuk Prilly tetap saja Prilly tidak pernah bersikap lembut kepada suaminya sendiri.

“Yasudah kalau begitu saya bawa makan siang kamu ke kamar,” ucap Ali yang kembali ke dapur lalu membawa spaghetti dan juga air putih dan ia taruh di meja. Prilly hanya melirik sekilas lalu fokus menatap layar laptopnya.

“Saya buatnya spesial untuk kamu, jangan lupa dimakan mumpung masih hangat,” ucap Ali yang keluar dari kamar Prilly.

Sesekali Prilly melirik spaghetti buatan Ali yang tampilannya menggugah selera, namun karena gengsi ia mengurungkan niatnya untuk mencicipi masakan Ali dan memilih lanjut mengerjakan tugas kuliahnya.

Prilly yang tadi fokus mengerjakan tugas malah terganggu gara-gara aroma spaghetti buatan Ali yang terus tercium oleh hidungnya. Apalagi perutnya terus berbunyi meminta untuk diisi dari tadi.

“Sial! Malah laper gue! Jadi gak fokus deh!” gerutu Prilly. Ia pun beranjak dari kasur dan mencicipi masakan Ali dan Prilly langsung mengunyah pelan-pelan merasakan rasa spaghetti buatan ali yang sudah masuk mulutnya.

“Ya ampun ini enak banget!” pekik Prilly yang begitu bahagia merasakan makanan lezat di lidahnya.

“Tapi, kalau gue habisin dikira gue suka sama masakannya? Bakalan keenakan dia nanti!” gumamnya yang menatap spaghetti yang hampir habis, “bodo amat lah gua habisin aja! Lagian gue lapar!” Prilly pun melanjutkan makannya sampai habis, lalu ia meneguk minum sampai habis.

Samar-samar Prilly mendengar Ali sedang mengobrol yang membuat Prilly penasaran, ia pun pelan-pelan membuka pintu kamar dan terlihat Ali duduk di sofa yang sedang menelpon.

“Alhamdulillah Ali sama Prilly sehat bunda. Bagaimana kabar bunda sama ayah?”

“Bunda dan ayah sehat kok nak Ali, dari kemarin bunda telpon Prilly tapi gak pernah diangkat makanya bunda nelpon nak Ali takutnya Prilly ada apa-apa.”

“Prilly gapapa kok bunda, mungkin Prilly kecapean karena setiap pulang kuliah suka langsung istirahat.”

“Syukurlah kalau Prilly gapapa, bunda cuman kangen sama Prilly. Oh iya sekarang lagi apa Prilly?”

“Ada dikamarnya lagi ngerjain tugas kuliah bunda, bunda mau bicara sama Prilly?”

“Ya sudah gapapa kalau lagi ngerjain tugas kuliah, bunda gak mau ganggu Prilly. Sampaikan saja salam bunda dan ayah sama prilly.”

“Waalaikumsalam bunda, nanti Ali sampaikan sama Prilly kalau sudah selesai.”

“Bunda boleh bertanya sesuatu sama nak Ali?”

The Best My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang