🛫(12) Ucapan menyakitkan 🛫

137 12 4
                                    

Happy Reading ❤️
.
.
.
.
.

Ali dan Prilly sampai di apartemen Ali, Prilly menyeret kopernya memasuki suasana apartemen Ali yang begitu rapi dan tertata. 

“Sini, saya yang bawakan,” ucap Ali yang membantu Prilly, Prilly langsung menghindari Ali dan memilih duduk di sofa. Setelah menaruh koper milik Prilly di kamar ia ke dapur dan menghampiri Prilly lagi dengan membawa segelas air putih.

“Minum dulu pasti kamu capek,” ucap Ali dan Prilly langsung meneguknya air putih sampai habis, “habis ini saya akan tunjukkan beberapa ruangan disini, saya mau membawa barang-barang lain dari mobil,” kata Ali yang beranjak dan keluar dari apartemennya. Prilly pun ikut berdiri memperhatikan beberapa piagam penghargaan Ali dan juga foto-foto Ali lainnya. Ada sebuah foto dimana Ali dan Prilly yang memakai gaun pengantin, ia ingat sekali foto itu diambil saat selesai ijab kabul.

“Kenapa ada foto ini disini sih!?” gerutu Prilly, ia pun mengambilnya dan memasukkan ke dalam tas, “gue benci liatnya! Habis ini mau gue buang aja!” ucap Prilly. Kakinya beranjak menuju kamar tidur yang terlihat rapi dan wangi, Prilly duduk di pinggir ranjang dan ia lebih terkejut saat melihat foto pernikahannya yang besar terpajang di atas.

“Sialan banget dia pajang foto nikah segala disini! Memang sengaja banget dia!” gerutu Prilly.

Prilly memilih keluar dari kamar tidur dan kebetulan Ali sudah kembali ke apartemennya, Prilly langsung mengintrogasi Ali.

“Lo ngapain sih pajang foto nikah segala di kamar!?”

Ali mengerutkan keningnya bingung, “kenapa? Memangnya saya salah?” tanya Ali.

“Ya salah lah!” jawab Prilly.

“Kamar itu akan jadi kamar kita, jadi saya gak salah dong pajang foto pernikahan kita di kamar?” kata Ali menjelaskan.

“Kamar kita?”

“Iya kita tidur satu ranjang di kamar ini. Kita kan sudah sah Prilly,” ucap Ali.

“Gak! Gue gak setuju!” tolak Prilly secara langsung.

“Lho? Gak setuju gimana maksud kamu?” 

“Pokoknya gue gak mau tidur satu ranjang sama lo!” jawab Prilly.

“Kenapa? Apa kamu belum menerima saya jadi suami kamu?” tanya Ali yang ingin kejelasan pada Prilly.

“Lo tau kan gue itu nikah sama lo karena terpaksa! Gue gak mau satu ranjang dengan orang yang gak gue cinta! Gue gak sudi!!” ucap Prilly.

Deg

Hatinya begitu sakit mendengar ucapan Prilly seperti itu, memang sulit membujuk Prilly yang sangat kukuh pada pendiriannya.

“Lebih baik gue tidur di tempat lain daripada satu ranjang sama lo!” ucap Prilly.

“Sampai kapan kamu benci sama saya Prilly? Apa kamu tidak bisa sekali saja bersikap sopan sama saya?” tanya Ali.

“Gue gak bisa! Sekalipun lo suami gue tapi gue gak cinta sama lo! Lo udah menghambat kehidupan gue! Kebebasan gue! Pokoknya lo membuat kehidupan gue berantakan tau gak!!!” bentak Prilly menatap wajah Ali, ia tidak peduli lagi karena ia ingin Ali tau bahwa posisinya membuat kehidupannya terganggu.

Ali menunduk membuang nafasnya berat, lalu mendongak menatap mata Prilly yang penuh kebencian kepadanya, “kita memang menikah karena dijodohkan, tapi apa pantas kamu berbicara seperti itu sama saya? Saya juga manusia yang masih punya hati Prilly, kenapa begitu mudahnya kamu berucap menyakitkan sama saya? Saya hanya ingin menjadi suami yang baik untuk kamu, gak lebih,” ucap Ali.

The Best My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang