16

3K 217 7
                                    

Nungguin ya?

HAPPY READING
____________________

"Sia anjing anak terkutuk!" Caletuk Diva latah.

Ketiganya terdiam. Lelah mereka dengan kelatahan Diva saat kaget. Latahnya bukan latah yang baik lagi.

"Biasyalah" ucap Verrel cepat. "Latahnya bisa diilangin gak neng? Kecap begete loh" sambungnya.

"Diem lo anak pak Usman" balas Diva sinis dan segera mendapatkan tabokan maut dari Viona.

"Usman papa gue anjir" Viona menatap tajam Diva yang mengaduh kesakitan sambil tersenyum canggung.

"Bacot lo pada. Dipot di suruh ganti rugi bikin gelas sama piring keramik selusin" ujar Zeyron yang sontak membuat Diva mematung dengan mata yang mulai berkaca kaca.

Bagikan disambar petir di sore hari, Diva menangis lirih memandangi ketiga temannya. Mereka tau Diva sedang meminta bantuan tapi mereka diam saja.

"Ne... Ona... lo kan tau kalo gue tuh paling gak bisa soal prakarya. Bantuin plisss. Masa tega banget Kak Ophi suruh bikin selusin" Diva terisak pelan agar tidak mengganggu pelanggan lain. Dia tidak mau triple kill dengan sendok terbang.

"Bikin sendirian gak boleh ada yang bantuin"

Suara ini... jelas ini suara yang mereka takuti. Ini suara Kak Ophi, istri Arreza, kakak Verrel. Ophi berdiri di belakang Diva membawa cake mactha baru untuk Diva. Arreza sendiri juga ada di sisi sang istri tercinta.

"Lagian udah tau piring buatan kakaknya dirusak" ah, Arreza semakin ingin mengejek Diva. Lihatlah wajahnya itu yang sudah seperti anak anjing yang ditelantarkan pemiliknya.

"Ya.. ya maaf kan Diva gak sengaja" cicit Diva.

Zeyron memutar bola matanya malas, "Mana ada gak sengaja kalo nyuruh Vio buat jatuhin neng astaga" ucapnya tegas. Meskipun dia sudah di bobol berulang kali tetap saja dia masih pujya jiwa kepemimpinan yang kuat. Begilah sisi 'Gilza' yang tidak diketahui orang orang di 'dunia' nya dulu.

"Yaudah deh maap minggu depan kuganti semua" Diva menyerah di bawah tatapan iba teman temannya dan Arreza.

"Nih cake barunya. Jangan di ulangin lagi! Kakak mau jemput my honey baby dulu. Bye ayang" Ophi mencium pipi Arreza lalu melesat pergi. Tontonan mesra itu membuat tiga jomblo memutar bola matanya malas.

Viona dan Verrel kembali melirik ke arah jam 8. Pria itu sudah hilang. Mungkin sidah pergi saat Zeyron, Ophi dan Arreza ada datang tadi. Arreza menarik kursi kosong di meja sebelah ingin ikut mengobrol ringan.

"Kenapa tadi dek, kok pecahin keramik?" Tanya Arreza. "Trus mukanya kayak orang ketakutan gitu. Takut dimarahin Ophi?" Sambungnya.

Diva diam saja tidak tau bagaimana harus menjawab. Saat teringgat tatapan mata pria tadi dia seperti tercekik akan rasa bersalah. Itu membuatnya semakin takut.

Verrel menyadari itu. Dia memang benar benar definisi teman BBS. Dia menyayangi dan mengerti setiap temannya. Jadi dia berinisiatif menjawab pertanyaan abangnya.

"Jadi gini bang---" Verrel menjelaskan semuanya secara singkat. Dia tidak mood banyak bicara hari ini. Kalo bukan karena kena lemparan sendok dari pengunjung mungkin dia akan berceloteh panjang kali lebar.

Dasar, sendok perusak suasana hati orang!

"Hohh" Arreza mengerti sekarang dan oh, dia punya ide nakal sekarang. Dia menyunggingkan senyumnya tipis. "Di pojok sana dek? Tapi dari tadi gak ada yang duduk di sana" ucap Arreza sok spontan.

Posionous Boyfriend's Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang