04

1.9K 61 0
                                    

"KIAGAN!"

Aku mencengkram lengan Hugo yang terbalut jaket kulit. Dia memaksaku memakai dress hitam bertali spaghetti lengkap dengan riasannya. Dia mengatur bahwa aku harus menggunakan warna lipstik apa dan bagaimana seharusnya aku menata rambutku. Bisa dibilang aku berubah 180 derajat dari yang sebelumnya. Tulang belikatku terekspos sebagaimana kakiku di bawah sana. Aku sempat mengira Hugo akan mengajaku kencan, tetapi dia malah membawaku ke neraka.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Kaigan menatapnya jengkel.

"Seharusnya kau mempersilahkan aku masuk."

Kaigan tampaknya mengenal Hugo. Begitupula sebaliknya. Kami dipandu menuju halaman belakang dimana terdapat sofa kosong. Aku tidak sempat memperhatikan bagaimana rumah Kaigan. Terlalu panik memikirkan apa yang akan ia lakukan terhadapku.

"Kau mau pamer kekasihmu atau apa?" Kaigan menyalakan sebatang rokok.

"Perempuan Asia ini temanku. Kau membullynya seenaknya. Aku benar-benar sedih mendengarnya."

Sekarang Kaigan menatapku. "Oh, ini perempuan Asia sialan itu."

Aku menggeser diri lebih dekat kepada Hugo. Walaupun dia mengenal Kaigan. Tidak ada yang memastikan jika Kaigan tidak akan mengusikku lagi.

"Namanya Joana Richard. Dia temanku. Kau tahu, aku benci jika seseorang mengusik temanku."

"Aku tidak berminat dengan teman-temanmu."

"Kau pernah melakukannya Kaigan."

"Kau memang seorang pahlawan sejati." Kaigan tertawa pendek.

"Aku pikir dia juga bukan tipemu sama sekali. Jadi seharusnya kau tidak mengusiknya."

"Entahlah, kau tahu aku membenci perempuan sepertinya. Apa kau berniat memperkosanya?"

"Shut up, Kaigan! Aku datang untuk memberimu peringatan. Jangan macam-macam."

"Apa kau tidak bosan memakai topeng malaikatmu itu terus menerus? Bukankah orang-orang akan jijik ketika melihat bagaimana brengseknya kau, Walter!"

"Aku sudah mengatakannya. Jangan mengusik temanku."

"Berhentilah menyebutnya teman. Kau benar-benar ingin memperkosanya, bukan?"

Hugo meraih tanganku. "Aku serius dengan ucapanku, Kaigan."

Kaigan hanya tertawa. Dia membiarkan kami pergi begitu saja. Sepertinya Hugo mampu menekannya meskipun aku tidak yakin seratus persen.

"Hugo, apa yang kau lakukan?" Aku baru berbicara setelah mobil kami melesat meninggalkan kediaman Kaigan. Mereka akan mengadakan pesta. Begitu yang aku tahu dari Jean.

"Dia tidak akan berani mengusikmu lagi."

"Bagaimana kau bisa yakin? Kalian teman atau apa?"

"Jangan banyak bertanya, Sayang. Kau aman sekarang."

"Bagaimana jika tidak?"

"Aku akan memukulnya." Hugo memutar stir selagi matanya mengawasi spion.

"Mengapa kau baik padaku? Bukankah kalian tidak menyukai orang Asia sepertiku?"

"Kau tidak mengusikku. Tidak ada alasan bagiku untuk berbuat jahat terhadapmu."

"Meski begitu tidak ada alasan mengapa kau harus berbuat baik kepadaku."

"Aku senang melihat perempuan menyukaiku. Berbuat baik itu ampuh sekali." Hugo tersenyum.

"Kau aneh!" Entah bagaimana aku malah tersenyum ketika mengatakannya.

Desire |18+ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang