Desember 2014
Los AngelesSiang itu aku mabuk literatur. Aku membaca 14 artikel dan 2 buku setebal 300 halaman lebih. Rasanya menyegarkan ketika aku meneguk sebotol minuman dingin. Otaku di dalam sana seolah hidup kembali.
"Jadi, dimana kau berada semalam?"
"Aku aman."
"Oh, kau bahkan juga beniat menyembunyikannya dariku."
"Aku baik-baik saja tahu."
"Kau berbohong kepada Hugo menggunakan namaku. Aku berhak tahu kebenarannya."
"Aku kira kita teman."
"Ya, aku mengira seperti itu, tapi kau bahkan pergi bersama Beatrice tanpa memberitahuku." Harin memutar matanya. Jelas ia terlihat jengkel.
Aku bersandar pada loker. "Jika aku memberitahumu, apakah kau ingin ikut?"
"Aku tidak ingin ikut, tetapi teman itu saling berkomunikasi."
"Kau akan melarangku bermain dengan Beatrice."
"Perempuan itu memang membenci Kaigan, tetapi tidak berati kau cocok berteman dengannya."
"Aku berhak berteman dengan siapapun."
"Aku juga berhak memberitahu Hugo kebenarannya," tantang Harin.
"Astaga, jangan katakan padanya. Demi apapun, dia cerewet sekali."
Harin ikut bersandar di sebelahku. "Apa Kaigan menganggumu lagi?"
"Jika dia mengangguku lagi, aku tidak akan berdiri di sini dalam keadaan baik-baik saja."
"Dia di sini," bisik Harin.
Kaigan menyandang tasnya asal di bahu. Ia membawa kelompoknya. Masing-masing memakai jaket hitam yang aku duga sebagai seragam mereka. Setidaknya lebih bagus daripada mereka menggunakan kaos dengan nama geng mereka. Itu alay sekali.
"Tampaknya mereka akan mengadakan rapat."
"Rapat apa?"
Kaigan terlanjur berada di dekat kami sehingga Harin mengatupkan mulutnya. Aku pikir Kaigan setidaknya akan mengumpat padaku, tetapi dia hanya lewat begitu saja.
"Hai, Asian!" Axe mengedipkan mata padaku. Menjijikkan sekali.
"Wow, dia melewatimu begitu saja."
"Itu bagus."
Aku tidak akan repot-repot tersinggung apakah Kaigan mengingat percintaan kami atau tidak. Sudah aku katakan bahwa hal tersebut merupakan momen dangkal. Lagipula Kaigan telah melakukannya ratusan kali. Itu bukan sesuatu yang berharga baginya.
"Lihat, teman sekamarmu sudah ada di sini."
Aku langsung mengerti, karena melihat Hugo. Ia memakai setelan biru muda. Tampak tampan dan dewasa seperti jajaran CEO.
"Kau seharusnya langsung pulang ketika kelas berakhir. Kaigan berkeliaran di sini."
"Aku baik-baik saja."
"Bagus jika begitu. Tetap saja lebih bagus kau bermain di luar kampus."
"Apakah pertemuanmu sudah selesai?"
"Belum, aku akan memaparkan penelitianku sejam lagi."
Hugo melakukan penelitian lagi. Ia mengajukannya kepada beberapa profesor dan sekaligus sponsor. Masing-masing berkumpul di sini, sehingga Hugo harus sebisa mungkin menampilkan presentasi terbaiknya.
"Kau belum memberitahuku tentang penelitian tersebut."
"Ketika itu selesai, kau akan segera tahu." Hugo menatap Harin. "Pergilah makan di restoran depan."
![](https://img.wattpad.com/cover/363660613-288-k955829.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire |18+ END
RomanceJoana Richard seharusnya tidak jatuh cinta kepada Kaigan Wilson. Pria itu tidak segan menenggelamkan kepala Joana di kloset toilet yang kotor, karena tidak menyukai kehadirannya. Kaigan adalah laki-laki yang selalu mendapat apapun yang ia inginkan...