Senja adalah salah satu hal yang menjadikan dunia ini indah dengan warna orennya, kicauan para burung yang melintas diatas langit untuk pulang kesarang masing-masing membuat suasana menjadi lebih nyaman. Terpaan angin sore yang menyapa kulit membuat tubuh seketika terlena dan merasa terbuai dengan itu. Gardana dan Fayesha menghabisan hari liburnya di tepi danau dengan air yang tenang. Duduk pada pinggiran beralaskan rumput hijau dengan kepala Fayesha yang disandarkan pada dada bidang suami nya. Memuaskan diri dengan waktu berdua sebelum esok kembali pada aktivitas melelahkan yang akan mereka jalani lagi. Kecupan ringan pada kepala Fayesha membuatnya semakin menyamankan posisi, menggenggam tangan besar Gardana yang berada tepat diatas perut bulat itu yang sedari tadi tiada henti untuk mengelusnya. Sedikit bercerita tentang kehidupan mereka masing-masing sebelum bersama, saling tertawa mengingat bagaimana dulu mereka saling bermusuhan memperebutkan keunggulan masing-masing, bukan mereka sebenarnya tapi hanya Feyesha.
Genggaman tangan itu semakin erat seiring turunnya matahari disela-sela pepohonan. Menatap indahnya senja yang menjadi saksi bagaimana indahnya kisah mereka hari ini. Bebek-bebek yang tadi sedang berenang dengan asiknya di atas air mulai naik ke permukaan, berpulang untuk mengistirahatkan tubuhnya setelah lelah seharian bermain.
"Pulang yuk udah makin gelap." Gardana menginterupsi Fayesha yang ada di depannya, mendorong tubuh itu pelan untuk membawa dirinya berdiri tegak dan mengulurkan tangan untuk membantu Fayesha berdiri juga. Tautan tangan terjalin dengan eratnya, berjalan beriringan kearah rumah mereka sama halnya seperti burung dan bebek tadi. Senja ini sungguh indah, dimana Fayesha mendapatkan kebahagiaannya sekali lagi yang diberikan oleh Gardana.
Langit mulai kehilangan cahayanya, terpaan angin mulai terasa begitu dingin ditubuh keduanya, menelusuri jalan berdua bagaikan pasangan muda yang bahagia. Tapi itu memang benar mereka memang pasangan muda yang bahagia. Kedua kaki itu terus dilangkahkan hingga ke tujuan akhirnya, melihat sesuatu dari kejauhan yang mana semakin dekat mereka melangkah maka genggaman tangan itu akan semakin mengerat. Gardana berusaha untuk menenangkan Fayesha yang sekarang sudah mulai menunduk karna takut.
"I-Ibu." Seorang wanita yang sedari tadi menunggu kepulangan sang anak didepan pintu rumah sederhana itu tersenyum setelah mendengar suara yang dia rindukan. Melihat penampilan Fayesha dari atas hingga bawah yang membuat sebulir air mata menetes pada pipinya. Berusaha untuk tidak menangis saat ini dan tersenyum kembali melihat dua orang yang masih setia bergandengan tangan didepannya.
"Apa kabar nak?" Fayesha tidak kuasa menahan tangis, beralih memeluk Gardana untuk melampiaskan tangisnya. Gardana membalas pelukan itu dan menanyakan kearah sang mertua dan mengajaknya untuk masuk kedalam rumah.
"Masuk dulu aja Bu, ngobrol didalam." Dengan Fayesha yang masih setia memeluknya Gardana membukan pintu dengan lebar mempersilahkan sang mertua untuk masuk.
"Udah dulu nangisnya sayang, itu ibu nyamperin loh kok yang di peluk terus dari tadi malah aku." Gardana menangkup wajah manis Fayesha dan menghapus jejak air mata disana. Mengecup dahi itu sebentar sebelum benar-benar membawa tubuh Fayesha untuk masuk menemui sang Ibu. Gardana mendudukkan Fayesha di sofa tepat disamping sang Ibu. Berjalan kearah dapur membuatkan segelas teh hangat untuk sang mertua.
"Pertanyaan ibu belum di jawab nak, gimana kabar kamu sehat?" Fayesha hanya bisa mengangguk, menunduk tak berani menatap wajah sang ibu yang sekarang sedang menatapnya dengan tatapan bersalah.
"Maafin ibu ya nak belom bisa jadi Ibu yang baik, ibu nggak ada disaat kamu bener-bener butuh ibu sampe kamu harus nanggung rasa sakit itu sendiri, maafin ibu yang terlalu sibuk dengan dunia ibu sampe nggak mikirin kamu sebagai anak Ibu." Suara isakan dari keduanya mulai bersahutan, merasakan rasa sedih yang sama yang begitu sangat menyakitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
24/7 Days
FanfictionFayesha sadar! sepenuhnya sadar kalau dia adalah seorang yang penuh dengan kesalahan. Tapi dari sini dia tahu bahwa tidak semua kesalahan berakhir buruk, buktinya kesalahan yang dia buat bisa membawanya pada sebuah kebahagiaan. Walau sebelumnya Faye...