Why About You?

648 59 2
                                    

Akhir-akhir ini Gardana selalu sibuk dengan pekerjaannya, berangkat pagi hari dan akan pulang ketika malam tiba. Lelah itu mungkin ada namun ketika dirinya kembali kerumah dengan sambutan yang Fayesha berikan itu membuat rasa lelah yang dia rasakan hilang seketika. Sekarang ini rasa cemas terus Gardana rasakan karna meninggalkan Fayesha yang sedang hamil besar sendiri di rumah, walau kadang ada Ibu yang datang untuk menemani Fayesha ataupun sebaliknya Fayesha yang akan meminta dirinya untuk menghantarkanya kerumah sang mertua, namun dia selalu tidak tenang, seperti ada hal yang mengganjal dihatinya. Seperti sekarang ini dirinya benar-benar tidak bisa fokus dalam mengerjakan pekerjaan nya, sedari tadi dia berusaha untuk menghubungi Fayesha namun tidak ada balasan, dirinya juga sudah berusaha untuk menghubungi Ibu namun sama saja, keduanya seperti menghilang tanpa kabar.

Tangan yang tadinya masih mencoret-coret sebuah kertas kembali di alihkan untuk menekan dial nomor yang tertera, namun sekali lagi seseorang yang berusaha dia hubungi benar-benar tidak ada jawaban. Kali ini dirinya benar sudah tidak bisa membendung rasa khawatirnya, mengambil jaket dan juga kunci motornya berjalan keluar ruang kerja untuk menemui kedua orang tadi.

Namun sepertinya niat itu dia urungkan ketika melihat seseorang yang sedari tadi dia pikirkan sedang berjalan kearahnya dengan tentengan yang di bawa. Tersenyum cerah dengan tangan yang dilambaikan kepadanya.

"Gardana tumben ada di bawah?" Fayesha berucap setelah berdiri tepat didepan tubuh besar Gardana, mendongak sedikit karna perbedaan tinggi mereka untuk menatap wajah sang suami.

"Kenapa dari tadi nggak bisa dihubungi?" Fayesha semakin melebarkan senyum nya setelah mendengar perkataan Gardana.

"Hehehe tadi sibuk buat kue sama Ibu, aku belajar bikin kue, ini aku buatin khusus kamu." Jadi kalau sudah seperti ini apakah Gardana akan bisa marah? tentu saja tidak, dia ikut tersenyum ketika Fayesha menyodorkan sekotak tempat makan yang dia yakini itu berisi kue yang baru saja Fayesha buat. Menerimanya dan membuka yang mana membuat aroma wangi menyebar keseluruh tempat.

"Wanginya enak banget, makasih ya." Fayesha tersenyum kembali.

"Sama-sama ayo ke ruangan mu, kaki aku udah pegel." Gardana hanya terkekeh dan memberikan kembali kotak itu kepada Fayesha yang membuat Fayesha bingung dengan hal itu.

Dalam sekali gerak Gardana sudah membawa tubuh Fayesha dalam gendongannya. Dengan tangan yang menumpu pada punggung dan lipatan kaki serta Fayesha yang secara refleks mengalungkan tangannya pada leher jenjang Gardana. Semua yang melihat itu pasti akan merasa iri, melihat moments yang begitu manis seperti tiada hari esok.
.
.
.
.
.
.
.
Kaki jenjang seorang wanita berjalan menyusuri koridor kantor yang tampak asing baginya, ini pertama kali dia menginjakkan kaki ditempat ini. Tempat keberadaan sang mantan suami yang masih dengan kurang ajarnya ingin mengganggu kebahagiaan dia dan juga anaknya. Emosi sudah menyelimuti namun dia tetap berusaha untuk tenang. Memasuki sebuah ruangan yang dia yakin itu adalah ruangan yang dituju, dan semakin mengeraskan rahang setelah melihat pemandangan yang benar-benar dia benci sedari dulu.

"Ouhh ada siapa ini Dateng?" Pria tadi berdiri untuk berpura-pura menyambut kedatangannya. Senyum pada wajah itu benar-benar membuat muak siapapun yang melihat.

"Sayang kenalin itu mantan istri aku yang kurang ajar itu." Dalam setiap penggalan katanya terdapat tekanan seakan-akan ingin memberi tahu kepada semua bahwa ucapannya itu benar.

"Kamu keluar dulu ya sayang biar aku urus si lintah darat ini dulu." Wanita dengan pakaian yang sudah berantakan itu berdiri mengikuti perintah sang pria berjalan melalui Ibu Patria dengan sengaja menyenggol bahu tegas itu. Pintu itu telah tertutup kembali, hawa dingin menyelingkupi ruangan yang dominan berwarna abu-abu. Saling memberi tatapan tajam tak ada yang ingin mengalah. Ibu Patria jalan melangkah semakin mendekat, melihat laki-laki yang sudah berkepala 4 ini dengan tatapan yang mengintimidasi, memberikan sebuah berkas dengan memukul tepat pada dadanya. Patria tak mengatakan apapun hanya diam menunggu pria didepannya selesai membaca dan menunggu reaksinya.

"BANGSAT KAMU PATRIA, MAKSUDNYA APA HAH?" Patria hanya tersenyum kemenangan Karna sampai kapanpun pria didepannya ini tidak akan pernah bisa mengalahkannya.

"Itu semua bukti hasil penggelapan dana yang anda lakukan, jangan anda kira saya diam berarti saya tidak tau apa-apa, saya tau semua, semua rahasia anda yang selama ini anda sembunyikan. Jangan pernah ganggu kehidupan saya dan anak saya atau anda sendiri yang akan menanggung semuanya. Ouhh dan satu lagi perusahaan GF starshine pemegang saham terbesar di perusahaan ini adalah milik menantu saya. Jadi jangan pernah anda macam-macam dengan kami Karna nyawa anda sebenarnya ada ditangan kita." Ibu Patria berlalu meninggalkan sang mantan suami yang sekarang sedang emosi besar, memakai kaca mata hitamnya karna misi yang dia lakukan telah selesai. Berjalan keluar ruangan dan mendekat kearah wanita yang dia temui tadi.

"Samperin tuh aki-aki tua yang lagi depresi itu, temenin kasian takutnya nanti jadi gila, bye." Dengan gaya kemenangannya Ibu Patria berlalu dari perusahaan itu dan kembali pulang untuk mengistirahatkan tubuhnya.
.
.
.
.
.
.
.
Sinar mentari senja memang begitu indah, kilauan warna jingga yang memanjakan mata membuat siapa saja akan jatuh cinta dengan dirinya. Sebuah ruangan yang berisi seseorang yang tengah sibuk membuat coretan pada kertas putih serta sesekali akan menggerakkan jarinya pada keyboard yang tepat ada didepannya. Matanya melirik kearah sofa yang terdapat seseorang dengan paras yang manis disana, membereskan semua barang-barang berniat untuk pulang lebih awal hari ini.

Gardana mendekat kearah Fayesha yang terlelap, menelisik setiap inci lekukan wajah suami kecilnya itu dengan tatapan yang begitu lembut, jatuh cinta untuk kesekian kali setiap dia menatap wajah indah ini, memberi elusan pada kepala si manis untuk membangunkan. Sedikit memberikan tepukan pada pundaknya agar Fayesha cepat terbangun.Mata indah itu mulai terbuka dengan bibir yang dilengkungkan kebawah, berniat mengusap matanya namun di tahan oleh Gardana.

"Jangan di kucek matanya nanti sakit, pulang yuk udah mau malem kasian kamu malah tidur disini, yuk." Fayesha hanya mengangguk tak menjawab berdiri dibantu oleh Gardana Karna dirinya yang masih sangat mengantuk. Mengusap sedikit perutnya yang akhir - akhir ini sering merasakannya sakit.

"Kenapa sakit lagi perutnya?" Fayesha mengangguk untuk kedua kalinya, semakin kencang memegang pundak Gardana untuk menetralkan rasa sakit. Gardana pun tak tinggal diam dia memposisikan wajahnya tepat didepan perut bulat suami kecilnya dengan memberikan sebuah elusan dan juga kecupan ringan.

"Sayang, udah nggak sabar ngeliat dunia ya? Tapi nanti dulu ya belum waktunya, besok kalo udah ada waktunya juga pasti bisa main sama Ayah dan Papa. Jadi sekarang tenang dulu ya kasian Papa kesakitan, tenang ya sayang ya." Selalu saja setiap Gardana menasihati sang bayi akan selalu nurut dengan perkataannya, terkadang itu membuat Fayesha iri, namun itu hanya sekedar perasaan sesaat Karna bagaimanapun juga dirinya selalu senang jika Gardana melakukan komunikasi dengan sang buah hati.

"Nurut banget kamu sama Ayah, anak Ayah kamu ya?" Gardana terkekeh dan kembali berdiri, merangkul pundak Fayesha dan mengecup pipi merona itu.

"Anak Ayah sama Papa, udah yuk pulang lanjutin istirahat kamu di rumah." Fayesha mengiyakan perkataan Gardana, berjalan beriringan menuju motor Gardana terparkir. Menikmati waktu senja dengan berboncengan diatas motor dengan Fayesha yang memeluk Gardana dari belakang mencari kehangatan.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hai thukon udah streaming MV Gemini yang To Close To Handle belum, dukung mereka terus ya temen-temen, walau sebenernya aku tau pasti banyak dari kita yang merasa sedikit nggak suka ataupun takut, tapi Kehidupan mereka nggak selamanya sesuai sama keinginan kita, jangan kita jadi egois dan malah ngebuat mereka terbebani. Jadi fans yang baik ya! Selalu bijak dalam mengambil keputusan, jangan cuma gara-gara Gemini main sama orang lain dan bukan Fourth kalian malah tiba-tiba Unfollow Gemini, kasian Gemininya padahal dia nggak salah apa-apa. Yuk mulai sekarang coba lebih dewasa lagi dalam menyikapi sesuatu ya!!! Love you all.

Jangan lupa dukung aku juga supaya semangat buat nulis

Makasih Khunoo❤️

24/7 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang