Keheningan malam menjadi saksi bagaimana sebegitu berantakan seseorang yang sedang menyusuri jalan dengan langkah gontainya, tatapan kosong itu menandakan bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja. Kedua kaki itu terus berjalan tanpa tujuan yang jelas, bahkan suara gemuruh dari atas langit tidak bisa menyadarkannya dari lamunan.
Merasa lelah akan semua keadaan yang dia rasakan sekarang, memilih untuk duduk pada sebuah kursi yang tersedia di sudut trotoar. Rasanya ia ingin menangis dengan kencang namun semua itu hanya tertahan pada hatinya. Sebuah Map ditangan yang menjadi pusat masalahnya untuk saat ini dan dia terlalu takut untuk menerima kenyataan yang tidak pernah dia harapan.
Rintikan air mulai turun menetas tepat di atasnya membasahi tubuh yang tidak memiliki perlindungan apapun, tubuh rapuh itu menerima hantaman air ini dengan sukarela, air matanya jatuh bertepatan dengan tetesan air yang menjadi lebih deras untuk menyamarkannya. Semuanya basah, hal-hal disekitarnya menjadi basah begitupun dengan dirinya.
Rasa dingin itu sudah mulai membawa tubuhnya dalam keterbiasaan,memejamkan mata untuk berusaha menikmati suasana malam dengan tetesan air hujan, membayangkan kilas memori kesalahannya yang membawa dia pada tahap yang sangat menyakitkan. Andai saja dulu dia bisa menahan diri untuk tidak melakukannya, pasti tidak akan mungkin terjadi hal sekarang ini.
Matanya terbuka kembali ketika dia merasa tidak ada lagi air yang menetes pada tubuhnya, mendongak keatas melihat seseorang yang berdiri tepat di depannya membawa payung yang diarahkan kepadanya, tanpa memperdulikan dirinya sendiri yang sekarang ikut basah karna tidak mendapatkan perlindungan.
Mata yang lebih rendah itu memicing tajam kearah seseorang yang tengah berdiri, giginya bergerutuk menahan emosi dan tangannya menjadi lebih kuat meremas Map yang ada pada tangannya. Tubuhnya dibawa untuk berdiri dan mendorong seseorang yang ada dihadapannya, emosinya mulai membuncah dan dengan brutal memukul tubuh yang lebih besar darinya itu. Yang diberi perlawanan hanya diam tidak berniat untuk membalas membiarkan tubuhnya menjadi pelampiasan kekesalan.
Tangisnya kembali datang, kali ini menjadi lebih kuat dari sebelumnya, terisak dengan sebegitu hebatnya hingga tubuh itu sudah tidak sanggup untuk menompang berat badannya sendiri. Berlutut meratapi nasibnya yang benar-benar sial.
"Ayo pulang bareng sama gw Fayesha." Seseorang yang dipanggil Fayesha itu mendongak untuk menatap tubuh yang dengan gagahnya masih berdiri tegap didepannya. Fayesha tidak memperdulikan ucapannya.
"Kalo lu cuma mau ngasihani gw mending nggak usah, lu bisa pergi Gardana!" Gardana mendekat kearah tubuh rapuh itu, berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Fayesha yang masih setia menunduk berlutut diatas aspal yang basah. Tangannya dia bawa untuk membuat Fayesha berdiri namun ditepis oleh sang empu.
"Gw bukan mengasihani lu Fayesha, Gw cuma bertanggung jawab atas apa yang udah gw perbuat, dia ada karna gw juga." Fayesha menatap tepat di mata Gardana dengan tatapan sengit bagaimana pun keadaanya Gardana akan tetap menjadi seorang musuh bagi Fayesha.
"Gw nggak butuh tanggung jawab lu, punya apa lu sampe bisa ngomong gitu ke gw?" Gardana menatap lekat mata yang sudah memerah karna amarah dan juga karna tangisan. Menyalurkan kesunguhan melalui matanya untuk meyakinkan seseorang dihadapannya ini.
"Gw emang nggak punya apa-apa, gw emang hanya seorang yatim piatu yang besar disebuah panti sasuhan, tapi gw akan selalu berusaha buat memenuhi semua kebutuhan lu dan membuat lu selalu dalam kebahagiaan. Tolong biarin gw tanggung jawab atas apa yang udah gw perbuat, karna itu juga termasuk kesalahan gw Fayesha." Gardana sepenuh hati mengucapkannya, sebagai laki-laki dia harus selalu meliki rasa tanggung jawab dalam dirinya apalagi ini menyangkut masa depan seseorang. Dia paham Fayesha tidak pernah menyukainya dalam hal apapun, bahkan anak itu selalu menganggapnya musuh yang paling ingin dia singkirkan.
Dia dan Fayesha memang dua orang dengan kasta yang berbeda, Fayesha selalu diliputi oleh kekayaan dari kedua orang tuanya, sedangkan dia? Dia hanya seseorang yang besar di panti asuhan dan membiayai kehidupannya dengan pas-pasan. Namun Gardana beruntung karna ternyata kehidupan dia lebih bahagia dari pada harus hidup kaya tapi menderita. Fayesha dan dia memang sama-sama anak yang bebas, kebebasan itu membawa mereka pada pusat masalah yang menjadi akar permasalahan mereka sedari tadi.
Fayesha tidak memperdulikan semua ucapan Gardana, dia mencoba untuk berdiri dan berusaha untuk berjalan lagi walaupun dia sebenarnya tidak memiliki arah tujuan yang dituju. Gardana mengikutinya dari belakang masih berusaha untuk membujuk laki-laki yang lebih muda dari nya ini untuk mempertimbangkan semuanya.
"Lu harus mikirin anak yang ada didalam kandungan lu Fayesha." Langkah Fayesha terhenti mendengar ucapan terakhir dari Gardana, menoleh kebelakang dimana Gardana tengah berusaha untuk menormalkan nafasnya karna dia terpancing emosi.
"Bahkan gw nggak pengen dia ada disini, gw bakal bawa dia...... Mati bareng gw." Emosi Gardana mulai memuncak mendengarnya, ditarik paksa tangan kecil itu untuk menghadap kearahnya.
"Jaga ucapan lu Fayesha, apa dengan cara lu mati semua masalah bisa selesai? Enggak. Lu malah buat semua masalah jadi makin besar nantinya. Gw tau lu di usirkan dari rumah karna Ayah lu tau lu hamil diluar nikah?" Fayesha tak menjawab pertanyaan Gardana dan juga tak mengelaknya. Gardana masih berusaha sabar, seharusnya Fayesha bersyukur karna Gardana sepenuh hati menawarkan dirinya untuk bertanggungjawab bukannya malah berbicara hal yang tidak-tidak seperti tadi. Gardana menarik tangan itu untuk mengikutinya, berjalan beriringan ditengah derasnya hujan dengan tangan yang terpaut erat, Gardana takut jikalau dia melepaskan tautan tangan ini Fayesha akan lari lagi dan melakukan hal yang seperti dia bilang tadi. Payung yang Gardana bawa tadi sudah hilang entah kemana tidak memperdulikan hal itu dan membiarkan hujan semakin membasahi keduanya. Gardana dengan sepenuh hati membawa Fayesha masuk ke kehidupannya yang sederhana.
.
.
.
.
.
.
Halo haaaaaa
Sesuai seperti kata aku kemarin
Aku kembali dengan cerita baru yang sebenernya udah aku rencanain dari lama heheheheSemoga suka juga dengan cerita aku yang ini ya......
Ikutin dan dukungan aku juga ya biar aku semangat nulis ceritanya
Terimakasih.....
KAMU SEDANG MEMBACA
24/7 Days
أدب الهواةFayesha sadar! sepenuhnya sadar kalau dia adalah seorang yang penuh dengan kesalahan. Tapi dari sini dia tahu bahwa tidak semua kesalahan berakhir buruk, buktinya kesalahan yang dia buat bisa membawanya pada sebuah kebahagiaan. Walau sebelumnya Faye...