Sebuah ruangan dengan bau obat-obatan menjadi saksi bagaimana seorang Fayesha yang sedang berjuang mempertaruhkan nyawa untuk memberikan kehidupan baru pada sang buah hati, dengan Gardana di sampingnya mendampingi dan juga memberikan semangat untuk sang suami kecil tercinta. Tangan itu terus terpaut tak ingin lepas dengan tetesan air mata yang terus mengalir dari kedua mata Gardana menyaksikan bagaimana perjuangan Fayesha saat ini. Fayesha hanya tersenyum melihat sang suami yang tiada henti mengucapkan kata semangat dengan luluhan airmata pada pipinya, berusaha untuk menggapai pipi itu dan mengelusnya pelan.
"Kenapa jadi kamu yang nangis?" Dengan suara parau setengah sadar Fayesha berujar kepada Gardana yang sekarang malah semakin kencang dalam tangisnya.
"Aku takut Fay, hiks aku takut kamu sama baby kenapa-napa, kamu harus semangat ya." Elusan pada pipi Gardana semakin Fayesha berikan memberikan ketenangan dan membuktikannya bahwa dia baik-baik saja.
"Aku gpp, baby juga gpp, ada dokter yang tangani, kamu yang tenang ya!" Gardana hanya mengangguk, mencoba untuk menarik nafasnya agar dia sedikit lebih tenang. Nafasnya masih memburu, menatap kearah Fayesha yang menatapnya juga dengan mata sayu itu, saling melempar senyum untuk menenangkan satu sama lain.
30 menit berlalu, suara tangisan bayi menggema di seluruh ruangan, Fayesha meneteskan air mata tepat ketika dia mendengar suara tangisan itu, menangis tersedu karna telah berhasil membawa sang buah hati pada pelukan mereka. Gardana tak kalah senang dengan Fayesha, air mata yang luluh jatuh membasahi bumi adalah air mata bahagia, kebahagiaan yang melingkupi melihat bagaimana sang buah hati di keluarkan dengan begitu hebatnya. Gardana mengecup pucuk kepala Fayesha sambil mengucapkan rasa terimakasih. Saling menangis Karna kini mereka telah berhasil menjadi orang tua.
.
.
.
.
.
.
Fayesha kini sudah berada pada ruang rawat dengan bayi yang berada pada gendongannya. Gardana dan juga yang lain ada disana menyaksikan bagaimana lucunya ciptaan tuhan yang kini sedang tertidur dalam rengkuhan sang pria manis itu."Matanya Gardana banget."
"Bibirnya mirip Fayesha."
"Lucu banget perpaduan yang pas banget ini mah."
Semua kata yang terucap dari teman-teman Gardana membuat mereka tersenyum, menatap kembali kearah sang buah hati yang memang benar-benar perpaduan antara mereka berdua.
"Kamu udah punya nama buat anak kalian Gar?" Sang mertua bertanya setelah diam beberapa saat, melihat kearah Gardana yang sedang tersenyum sambil menganggukkan kepalanya. Gardana mengambil alih sang buah hati dari Fayesha, menggendongnya dengan hati-hati takut akan melukainya.
"Gardana udah nyiapin ini dari kemarin, Gavin Fadana Arthayasa, putra kecil yang akan selalu membanggakan kita dengan semua prestasinya." Semua yang ada disana tersenyum haru, mendengar nama yang begitu murni di ucapkan oleh Gardana untuk putra pertamanya. Meletakkan kembali sang buah hati pada rengkuhan Fayesha dan mengecup dahi itu lembut untuk ucapan terimakasihnya.
"Makasih ya Fayesha udah hadir dalam hidupku dan ingin menjadi bagian dari kisah perjalanan ini. Terimakasih karna telah memberikan anugerah yang terindah, walau kita tau awal perjalanan kita bukan dari hal yang baik." Fayesha mengangguk dan tersenyum menangis menatap kearah Gardana yang juga menatapnya dengan perasaan tulus.
"Aku juga berterima kasih sama kamu Gardana, terimakasih Karna telah sabar menuntun dan sabar dalam menghadapi sifat ku yang selalu seenaknya. Terimakasih Karna telah memberikan arti dari kehidupan yang sesungguhnya. Kesalahan tak selamanya buruk, dari sini kita dapat membuktikan bahwa kita bisa bahagia dari kesalahan yang kita perbuat."
.
.
.
.
.
.
"Uuwihhh ganteng banget anak Ayah, ayo kita berangkat!""Yayah Buna untuk Papa dimana? Gavin mau bawa." Suara lucu dari anak umur 3 tahun itu membuat siapa saja ingin menculiknya. Penampilan yang terlalu elegan dengan balutan jas kecil pada tubuhnya membuat kesan tampan dalam dirinya semakin menguar.
"Ouhh bunga nya ada di mobil Ayah, nanti Gavin yang bawa dan kasih ke papa ya, sekarang kita berangkat dulu yuk." Si kecil mengangguk dan merentangkan kedua tangannya meminta agar dirinya di gendong. Gardana dengan senang hati menerima permintaan itu membawa Gavin dalam gendongannya dan beranjak keluar menuju mobilnya yang terparkir apik dalam garasi.
.
.
Suara ricuh mulai terdengar di telinga Gardana, berjalan semakin mendekat pada sumber suara yang berisik akan orang-orang yang gembira akan pencapaian mereka. Matanya menelisik ke setiap tempat mencari sesuatu. Pandangannya tertuju pada seorang pria manis yang sedang berbincang kepada teman-temannya, saling mengambil gambar dengan topi wisuda di kepala mereka masing-masing. Pandangan mereka bertemu, si pria manis melambaikan tangan pada pria tampan yang dengan gagahnya berdiri menggunakan setelan Jas yang menarik perhatian seluruh mahasiswa yang ada disana."Papa ini Gavin bawain buna buat Papa." Gavin si kecil dengan riangnya memberikan sebuket bunga kepada Fayesha setelah mereka berhasil mendekat. Diterima dengan baik oleh sang Papa dengan ucapan terimakasih yang diberikan, Fayesha mengangkat Gavin dan mencium pipi kecil itu. Mengecup wajah itu karna saking gemasnya dengan sang anak.
"Gemes banget ini gemes banget anak siapa hah anak siapa?" Gavin tertawa karna merasa geli dengan tindakan yang Fayesha lakukan untuknya. Menggeliat menggerakkan tubuh kecilku meminta bantuan kepada sang Ayah.
"Papa geli papa hahahah stop Yayah toyong Gavin."
"Hahaha udah Pa udah Gavin nya udah kegelian itu." Gardana mengambil alih Gavin dari Fayesha, berpura-pura melindungi sang anak dari serangan sang suami manisnya, mereka tertawa bersama menciptakan moments indah lainnya. Saling menggoda satu sama lain menunjukkan betapa bahagianya keluarga kecil mereka.
"Selamat ya sayang atas kelulusannya, aku bangga banget sama kamu."
"Makasih, ini juga berkat kamu yang selalu ada buat aku, nyemangatin aku kalo aku lagi nggak semangat."
Mereka saling bertukar pandangan dan tersenyum dengan Gavin yang berada ditengah-tengah mereka yang menatap dengan tatapan heran.
"Yayah Papa, kenapa cuma iyat-iyat an aja? Gavin Ndak tau kalian Agi ngapain." Gardana dan Fayesha tertawa mendengar ucapan Gavin yang merengek. Mencubit pipi gembil Gavin yang mana membuat sang empu mengeluh Karna sedikit sakit.
"Sakit Papa."
"Hahaha iya iya maaf ya, salah siapa kamu gemes banget ihhh pengen Papa makan rasanya."
"Tapi Gavin bukan makanan, Gavin Ndak bisa di makan Papa." Lagi-lagi mereka di buat tertawa oleh Gavin, walau Gavin baru berusia 3 tahun namun pengetahuannya sangatlah luas dan Gavin juga cepat dalam belajar.
"Gavin, Gavin mau adik nggak?" Pukulan didapatkan Gardana dari Fayesha, tidak terima akan hal yang di tanyakan Gardana kepada Gavin sang buah hati.
"Kamu yang hamil si gpp ayo gas aja."
"Dih mana bisa gitu, menyalahkan kodrat itu namanya."
"Aku bisa hamil juga udah menyalahkan kodrat bukannya?"
"Iya juga si, tapi enggak si itu namanya kamu spesial. Jadi Gavin mau punya adek nggak? Nanti kamu bisa main sama adek gimana?" Fayesha mencubit pinggang Gardana dengan keras hingga membuat Gardana berpekik kesakitan.
"Nggak usah ngeracunin anaknya ya Gar."
"Mau Gavin mau punya adik Yayah, biar Gavin bisa main sama adik." Mendengar jawaban dari Gavin membuat Gardana bersorak kemenangan, menatap kearah Fayesha yang sekarang sedang membuat ekspresi garangnya menentang ucapan Gardana.
"Nggak boleh nolak permintaan anak ya nggak Papa?" Fayesha hanya bisa pasrah, membiarkan tangannya ditarik oleh Gardana menuju mobil, melaju menuju rumah untuk mengabulkan permintaan sang anak tampannya.
End
.
.
.
.
.
.
.Marhaban ya Ramadhan semua,
Selamat menjalankan ibadah puasa bagi yang menjalankan.Cerita ini telah selesai sampai disini, sebenernya belom mau aku end in tapi berhubung besok udah puasa jadi aku bakalan berhenti nulis dulu selama satu bulan full. Puasa takut dosa wkwkwkwk.
Terimakasih yang udah dukung aku, dan maaf kalau misalkan cerita yang aku buat ada kata yang menyinggung kalian.
Eitss tapi kalian tenang aja aku ada projek baru setelah lebaran, jadi tungguin aja ya, jangan lupa follow aku juga biar kalian nggak ketinggalan kalau aku up cerita baru.
Khopkhun kha thukon...
Salam sayang dari aku
Okta_Ay
KAMU SEDANG MEMBACA
24/7 Days
FanfictionFayesha sadar! sepenuhnya sadar kalau dia adalah seorang yang penuh dengan kesalahan. Tapi dari sini dia tahu bahwa tidak semua kesalahan berakhir buruk, buktinya kesalahan yang dia buat bisa membawanya pada sebuah kebahagiaan. Walau sebelumnya Faye...