Now We Are Together

708 64 7
                                    

Sesuai dengan ucapannya, Gardana benar-benar membawa Fayesha masuk lebih dalam ke kehidupannya. Dengan cincin yang tersemat pada jari manis masing-masing dari mereka, keduanya seutuhnya menjadi pasangan yang sah.

Pernikahan ini sederhana, hanya mengucapkan janji suci didepan pendeta dan hanya ada dua orang saksi tanpa adanya pesta yang selama ini Fayesha selalu impikan. Tetesan Air Mata mulai menetes dari kedua matanya, bukan ini yang dia inginkan, bisakah dia memutar waktu lagi? Sungguh Fayesha tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya ke depan dengan Gardana.

Gardana paham betul dengan apa yang Fayesha rasakan, hidupnya yang tadinya selalu serba berkecukupan tiba-tiba jatuh begitu drastis berada disisinya. Namun Gardana juga selalu berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan selalu memberikan kebahagiaan untuk Fayesha, hal yang selama ini tidak pernah Fayesha rasakan dari orang tuanya.

Mereka kembali pada rumah minimalis ini, Fayesha langsung berangsur masuk pada kamar yang dari pertama kali dia datang sudah menjadi miliknya. Meninggalkan Gardana dengan sejuta rasa yang tidak bisa dijelaskan. Merebahkan dirinya beristirahat karna terlalu lelah melakukan semua adat pernikahan dengan Gardana tadi. Tangannya dia angkat, melihat tepat pada jari manisnya yang berhiaskan cincin yang Gardana pasangkan untuknya. Tidak pernah terlintas dari pikirannya bahwa dia kan menikah dengan musuh bebuyutannya sendiri. Fayesha tidak pernah suka dengan Gardana, di kampus maupun di arena Gardana adalah musuh yang paling ingin Fayesha singkirkan.

Mereka selalu bersaing dalam segala hal, menjadikan sesuatu yang sepele menjadi pertandingan. Sebenarnya hanya Fayesha, Gardana tidak pernah merasa dirinya bersaing dengan anak itu, Fayesha yang benar-benar ambisius ingin mengalahkannya. Entah awal mulanya berawal dari apa, tapi yang Gardana tau Fayesha tidak pernah suka jika dirinya lebih unggul dibanding dengan Fayesha.

Kaki kecil itu dia bawa melangkah ke luar kamar dan berlari menuju kamar mandi dengan terburu, perutnya benar-benar mual, memuntahkan semua isi perutnya yang membuatnya merasa lemas sekarang. Tangannya dia letakkan pada dinding yang dingin untuk menopang tubuhnya. Berusaha untuk menormalkan kembali rasa pusing yang tiba-tiba datang.

Sebuah tangan melingkar apik pada pinggangnya, membantu tubuh kecil itu agar bisa berdiri dengan tegak. Fayesha tidak menolak karna memang saat ini dia sedang sangat membutuhkan bantuan seseorang. Gardana di sisinya menatap dengan tatapan yang terlihat khawatir, tangan yang berada di pinggangnya diarahkan menuju perut dan mengelusnya perlahan. Fayesha menyukai itu, elusan yang Gardana berikan membawanya pada rasa nyaman, dan mungkin ini yang di sebut hubungan naluri seorang Ayah dengan anaknya. Secara tiba-tiba rasa mual yang Fayesha rasakan tadi berangsur menghilang bagaikan sihir. Dia menyenderkan kepalanya yang masih terasa pusing pada dada bidang Gardana, berusaha untuk terlihat biasa saja padahal dalam hatinya sungguh sangat merasa malu.

Gardana terlampau peka dengan sifat Fayesha, dia menuntun tubuh kecil itu untuk kembali ke kamarnya. Menyuruh Fayesha untuk beristirahat sebentar sementara dia menuju kearah dapur untuk membuatkan segelas susu hangat. Sebenarnya Fayesha menginginkan sesuatu namun dia terlalu gengsi untuk memintanya kepada Gardana. Hatinya bergemuruh merasakan perasaan aneh. Seperti hal yang sangat diinginkan namun sangat sulit untuk didapatkan. Padahal keinginannya ini sangat sederhana, tapi kembali lagi Fayesha sangat Gengsi untuk memintanya.

Gardana kembali dengan segelas susu ditangannya, diarahkan kepada Fayesha dan diterima baik oleh anaknya. Tangan Gardana terulur untuk mengelus rambut Fayesha namun dia urungkan, takut jikalau nanti sang empu tidak suka dan malah semakin membuat keadaan semakin canggung. Susu pada gelas Fayesha telah tuntas habis, ingin memberikan kepada Gardana namun dia terlalu malu untuk melakukannya. Gelas tadi hanya Fayesha letakan pada meja kaca tepat disamping tempat tidurnya, kembali duduk dengan tegang merasakan situasi canggung di seluruh ruangan ini.Gardana melihatnya, melihat bagaimana Fayesha terus bergerak gelisah dalam dudukannya seperti ingin menyampaikan sesuatu padanya.

24/7 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang