Chapter 11

972 110 10
                                    

"Bercerai secepatnya, Sakura." Titah Sasuke dengan menatap tajam.

Sakura menghembuskan napas berat sembari duduk kembali di sofa. "Ini akan sulit. Aku tidak tahu harus bagaimana pada nenek Chiyo." Lirih Sakura yang merasa pusing memikirkan masalah mereka.

Sasuke segera mendudukkan dirinya di samping Sakura, tangannya terulur untuk memegang dagu Sakura agar Sakura menatap ke arahnya.

"Biarkan aku mengurusnya." Ucap Sasuke dengan tegas.

Sakura menatap dalam pada mata Sasuke. "Aku tidak tenang jika kamu yang mengurusnya, Sasuke-kun. Kamu orang yang bertindak sangat berani dan terkadang kata-kata mu cukup keterlaluan. Nenek Chiyo berjasa besar di hidup ku, aku tidak mau beliau bersedih karena ku. Walaupun aku memang sudah mengecewakannya lebih awal."

Sasuke ikut memperhatikan pusat perhatian Sakura, yaitu pada perut Sakura yang menonjol. Sasuke masih tidak menyangka bahwa dalam beberapa bulan ke depan anaknya akan terlahir, bahkan anak yang tidak ada dalam rencana dekatnya saat ini benar-benar sudah ada wujudnya di dalam perut Sakura.

"Masalah Nenek chiyo, aku akan memberitahunya dengan perlahan. Kau tidak perlu berpikir terlalu keras, Sakura." Ucap Sasori yang telah kembali dari kamarnya.

Sakura dan Sasuke kompak menoleh ke arah Sasori yang ikut bergabung duduk di sekitar mereka. Tatapan Sasuke kembali menajam, entah mengapa Sasuke tidak bisa santai jika bertemu Sasori.

"Kak, bagaimana dengan penyakit jantungnya? Bahkan, setelah mendengar kehamilan ku, nenek jadi rajin berobat. Aku ..., menghancurkan harapannya, kebahagiaannya." Ucap Sakura menunduk sedih.

Sasuke tidak suka Sakura terlihat lebih akrab dengan Sasori sekarang. Sasuke jadi membenarkan perkataan Naruto bahwa ia tidak begitu cemburu sebelumnya karena Sakura dan Sasori tidak saling akrab. Sekarang berbeda. Seolah Sakura dan Sasori di matanya begitu mesra sebagai suami istri.

"Kita tidak ingin ini terjadi, Sakura. Dalam hal ini aku juga bersalah, aku tidak bisa membahagiakan nenek ku sendiri. Aku membiarkan kita dalam posisi sulit, jadi percayakan pada ku. Agar kita bisa fokus pada kebahagiaan masing-masing. Kau juga tengah hamil, jika kau terlalu stres, itu bisa membahayakan kandungan mu."

Sasuke mengepalkan tangannya, mereka berdua tampak seperti suami-istri yang berdiskusi mencari solusi bersama. Cih.

"Aku tidak mau tahu. Sasori, segera urus nenek mu. Jangan buat Sakura terbebani oleh Nenek mu. Aku bukan orang yang sabar dan hangat!" timpal Sasuke yang tidak tahan dengan keadaan.

Sakura agak terkejut mendengar nada tidak ramah Sasuke. Ketika Sakura menatapnya, Sasuke membalas dengan datar dan dingin.

"Tanpa kau suruh. Aku lakukan, Uchiha!" geram Sasori. "Sudah sadar sekarang kau mencintai Sakura? Seharusnya kau berterima kasih kepada ku, aku tidak merebut Sakura dari mu. Jika aku menerima ajakan Sakura untuk belajar saling menerima di malam pertama kita. Aku yakin kau tidak punya kesempatan lagi sekarang."

Sasuke berdiri dan Sakura menariknya untuk duduk kembali. 'Mengapa Kak Sasori senang membuat Sasuke kesal sih?!' keluh Sakura dalam hati, merasa bingung harus menenangkan Sasuke.

Dalam hati, Sasuke agak membenarkan perkataan Sasori. Jika Sasori menerima pernikahan mereka, akan jadi bagaimana sekarang? Mungkin seumur hidup Sasuke hanya akan mencintai istri orang.

"Jujur, Sakura. Jika aku tidak mencintai Mei, aku pasti akan menerima mu sebagai istri ku. Kau orang yang layak dicintai. Aku merasa seseorang yang memiliki mu akan begitu beruntung." Ucap Sasori kemudian.

Sasuke berdiri sembari menarik tangan Sakura, ia tidak tahan lagi.

"Sasuke-"

"Kau masih berutang penjelasan pada ku." Tegas Sasuke yang kemudian menarik Sakura untuk pergi dari rumah Sasori.

Tough Situation Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang