Selepas makan, mereka berdua kembali ke kamar, hari ini dan hari esok hanya akan mereka habiskan untuk beristirahat dari hiruk pikuk kehidupan. Tidak ada siapapun yang mengganggu, di sini hanya ada mereka berdua dan satu nyawa mungil di perut Sakura. Tampaknya ibu hamil itu begitu menikmati kebersamaan dengan papanya dari janin di perutnya, melihat bagaimana mereka menonton film bersama dengan tangan kiri Sasuke merangkul pinggang Sakura dan tangan kanan Sasuke memegang perut Sakura, sedangkan kepala Sakura bersandar di pundak Sasuke. Sakura menonaktifkan ponselnya, sedangkan Sasuke hanya mengubah ke dalam mode senyap. Untuk saat ini, tidak ada siapapun yang bisa mengganggu waktu mereka.
Sebuah tendangan kecil mengalihkan perhatian Sasuke, pria itu melirik tangannya yang berada di perut Sakura. "Dia menendang?" tanyanya terkesiap.
Sakura mengulum senyum kepada Sasuke sembari menganggukkan kepalanya singkat. "Tendangannya masih ringan, nanti kalau lebih besar, kamu lebih jelas merasakannya, Sasuke-kun."
Sasuke turut mengulum senyum, kehangatan menjalar di tubuhnya, ia merasa bayi mereka turut merespons kehadirannya di sini. Sungguh membuat Sasuke tidak sabar mengajaknya bermain secara langsung.
"Kamu senang papa di sini?" ucap Sasuke sembari mengusap lembut perut Sakura.
Senyum Sakura semakin lebar, merasa senang Sasuke tidak sekaku sebelumnya, bahkan terdengar lebih ramah dan penuh kasih sayang.
Sakura tidak menimpali, ia hanya memperhatikan dan membiarkan Sasuke berinteraksi dengan bayi mereka. Lucu baginya melihat Sasuke tampak lebih ramah dan penyayang, hampir tidak pernah pria itu bersikap hangat seperti ini. Sembari memperhatikan reaksi Sasuke, Sakura yakin Sasuke sudah menyayangi anak mereka.
Sasuke tertegun agak lama, menunggu pergerakan lain dari janin di dalam perut Sakura. Namun, tidak ada lagi pergerakan saat dirinya sengaja menunggu. Sasuke kemudian menghembuskan napas pasrah, mungkin anak mereka sengaja mempermainkannya karena tidak bergerak lagi.
"Aku sengaja menunggu, dia tidak bergerak lagi, Sakura." Celetuk Sasuke dengan menatap Sakura.
Sakura tertawa renyah melihat ekspresi Sasuke seperti tengah mengadu kepadanya, benar-benar lucu dan menghibur untuknya. Pria yang biasanya berwajah serius, kini tatapannya tampak polos seperti anak kecil yang sedang mengadu.
"Kenapa tertawa?" tanya Sasuke yang merasa tersinggung Sakura menertawainya.
Sakura tertawa hingga merasa puas, ia balas tatapan mata Sasuke yang menunggunya berbicara. "Aku jadi teringat cerita ibumu tentang dirimu saat kecil Sasuke-kun, katanya kamu sangat menggemaskan. Karena itu, aku jadi melihat gambaran seperti apa Sasuke-kun yang menggemaskan saat kecil."
Alis Sasuke menekuk, tampak ingin memprotes, "Aku tidak semenggemaskan itu, Sakura." Bantahnya
"Iyakah?" untuk sesaat Sakura terkekeh, sudut matanya berlinang air mata akibat tertawa sebelumnya. "Kenapa sih Sasuke-kun anti sekali disebut menggemaskan? Padahal itu normal lho, Sasuke-kun. Aku masih ingat Itachi-nii, sering jahil menyebutmu begitu."
Sasuke mendengus sesaat, ia kembali teringat kelakuan sang kakak yang sering mengejeknya dengan kata itu. Sejak dirinya masih kecil, Sasuke merasa terganggu mendengar siapapun memujinya menggemaskan, ia merasa tak layak disebut begitu.
Sasuke mendekap erat Sakura dengan memberi sedikit ruang di perut Sakura, ia membenamkan wajahnya di tengkuk Sakura. "Kamu juga jangan ikut-ikutan Itachi-nii, Sakura." Bisiknya dengan suara rendah.
Sakura mengerang tatkala merasakan bibir Sasuke mengecup tengkuknya, menghisapnya juga memberikan gigitan kecil di sana yang memicu kulitnya memerah. Sakura tidak menolak, ia membiarkan tubuhnya menikmati rangsangan Sasuke, membiarkan tubuhnya meremang kegelian akibat sentuhan intim Sasuke.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tough Situation
Fanfiction《21》 21+ Pernikahan terpaksa antara Haruno Sakura dengan Akasuna no Sasori tampak berjalan baik di hadapan semua orang. Terkecuali oleh Sasori dan kekasihnya, juga Sakura dengan sahabatnya. Akankah semua akan baik-baik saja ke depannya?