Kai's Day

203 77 30
                                    

Happy Reading ♡

.
.
.
.
.
.
.

"Woy hali! udah ga waras lo?!" Fang berlari secepat kilat, meraih tubuh hali di tepi pembatas. Hampir saja ia terjun bebas dari rooftop.

"Gue tau lo stress tapi jangan bundir juga b*ngs*t!!" fang berteriak histeris. Jika saja ia melihat halilintar mati di depan mata kepalanya sendiri, ia mungkin akan mengutuk diri selamanya.

Angin semilir menerbangkan anak rambut halilintar, gemerlap cahaya lampu kota di malam hari menyihir pandangannya hingga tak menggubris kalimat fang.

Tak seperti ekspektasi fang sebelumnya, halilintar malah terlihat tenang, menikmati pemandangan dari atas sana.

"seharusnya lo lebih sayang sama diri lo sendiri" halilintar menghela nafas, tersenyum samar.

Padahal ia sudah mengancam fang tadi. Tapi anak ini sungguh keras kepala, sama seperti dirinya.

Ah, harusnya dia tau dari awal akan begini jadinya, kan.
Dasar teman baik.

"Gua ga peduli! Mau lo hajar gua sampe mampus juga, ayo!! Gua ladenin...

... Asal lo ngga pergi ninggalin gue, lin" fang mengepalkan kedua tangannya.

Bugh

Satu bogeman mendarat mulus di perut fang. Fang menahan ngilu sambil tersenyum smirk.

"Bacot bener" hali tersenyum sekilas. Ia telah turun dari pembatas.

"Segini doang?" Tantang fang.

"Udah puas gua hajar solar tadi"

"Parah sih, ga ngajak-ngajak" fang menendang lutut hali hingga sang empu mengaduh sakit.

Sepertinya mood hali sudah membaik. Ia kembali duduk di tepi pembatas, disusul fang yang kemudian duduk disebelahnya.

Fang, dia tahu segala kesulitan yang telah dialami hali demi mengejar ketertinggalan nya dari solar dalam hal pelajaran, karena hali lebih suka kegiatan fisik. Namun ayah hali yang perfeksionis bahkan tega berkata pada hali bahwa lebih baik dia memiliki solar sebagai putranya. Memaksa halilintar mendapatkan nilai sempurna di semua mata pelajaran jika tidak ingin dikurung dalam gudang ataupun tidak mendapatkan uang saku sama sekali.

Hali dan solar, masa lalu keduanya cukup memusingkan. Entah sejak kapan mereka mulai menjadi rival bahkan bermusuhan seperti sekarang ini. Yang fang tau, keduanya pernah sangat dekat bahkan tak terpisahkan. Namun itu dulu. Sekarang, jangankan berbincang, melihat satu sama lain saja bawaannya pengen gelud terus.

Fang menghela nafas pelan, menatap sosok pemuda dengan manik ruby yang terlihat tenang. Andai waktu dapat diulang, ya. Mungkin fang tidak akan mendapat kesempatan menjadi sedekat ini dengan hali.

"Mabar kuy" fang menyikut pinggang hali dengan sikunya. Memecah keheningan di antara mereka.

"hmm?"

Akhirnya, fang dan hali menghabiskan malam mereka dengan mabar di rooftop.

"Tidur dimana kita ntar?" Tanya fang di sela permainannya.

"disini"

"Gila lu, banyak nyamuk ege"

"Ada satu kamar tamu di lantai 10"

"kita sekamar gitu?"

"Iya, gua di kasur lu di sofa"

"Ayay captain"

~~~~❂~~~~


Gedung SOHA Company, Kantor pribadi Sony, pukul 16.30

SUNFLOWER ADDICTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang