Such A Good Father

209 79 31
                                    


Happy Reading ♡

.
.
.
.
.
.
.

Hary's House, at 00.40 am

Lampu belajar remaja berambut hitam dengan sepasang manik ruby yang terlihat sayu itu masih menyala. Ia sibuk berkutat dengan rumus-rumus kimia di buku latihan. Mengabaikan rasa kantuk yang mulai menyerang tanpa ampun.

Setelah kemarin menghilang di pesta relasi, sang ayah tanpa ampun memberi hukuman atas tindakan ceroboh itu. Hali harus menyelesaikan soal kimia, fisika, dan matematika masing-masing 100 soal. Deadline pukul 1 malam, tanpa bantuan kalkulator apalagi AI seperti yang biasa dilakukan murid-murid zaman sekarang. Semua soal itu harus dikerjakan murni dari pemikiran halilintar sendiri.

Dan bukan hanya itu, hali bahkan bolos sekolah seharian karena terlambat bangun pagi bersama fang. Sepertinya ayahnya masih belum mengetahui fakta tersebut. Syukurlah. Kalau tidak, bisa dipastikan ia tidak akan tidur malam ini.

"Terlambat satu menit menyerahkan tugasmu, bersiaplah untuk hukuman tambahan" raut wajah sang ayah terlihat serius. Ancamannya tidak main-main.

Itulah yang dikatakan Hary beberapa jam yang lalu. Halilintar hanya menundukkan kepalanya. Tidak sanggup menatap wajah ayahnya yang sedang murka.

Haruskah ia tidak mengiyakan ajakan fang kemarin? Atau haruskah ia tidak terpancing oleh ucapan solar malam itu?

Bagaimanapun, semuanya telah terjadi. Hali tidak menyesali apapun, karena ia sadar akan tanggung jawab atas segala tindakannya.

Meskipun didikan sang ayah begitu keras, hali sadar betul bahwa semua ini demi kebaikannya. Ayahnya tidak ingin hali menjadi sosok yang lemah. Sebagai seorang pewaris tunggal bisnis keluarganya, ia haruslah memiliki tekad baja.

Waktu berlalu, hingga tibalah pukul 01.00, hali menyusun kertas jawabannya dengan rapi. Ia bersyukur masih dapat menyelesaikannya tepat waktu.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Sang ayah masuk sambil membawa segelas susu hangat.

"Aku sudah selesai, ayah" hali berdiri menyambut ayahnya, meraih nampan kemudian meletakkannya diatas meja belajar.

Sang ayah memeriksa jawabannya sekilas. Ia cukup puas atas pekerjaan hali, tersenyum tipis.

"Bagus putraku. Lain kali jangan ulangi kesalahan yang sama" sang ayah mengelus pucuk rambut hali yang agak berantakan.

Hali menghela nafas lega. Ia sudah lelah dan ingin cepat-cepat tidur.

"Minumlah susunya. Setelah ini kita latihan sebentar di ruang gym" sang ayah berjalan menuju pintu.

"Ku beri waktu 5 menit untuk bersiap" pintu kemudian ditutup.

Sempat kecewa sesaat, namun ia tidak punya pilihan selain menurut.

Setelah menghabiskan isi gelas, ia membasuh wajahnya di kamar mandi kemudian berjalan terburu-buru menuju ruang gym.

Terlihat sang ayah sedang meninju samsak dengan tangan kosong. Dan tanpa disuruh, hali segera melakukan pemanasan. Rasa kantuknya perlahan menguap.

Sejak kecil, halilintar menyukai olahraga dan juga ilmu beladiri. Selain itu fisiknya juga cukup kuat, ia bahkan menjuarai Olimpiade di bidang olahraga sekaligus bidang fisika.

Karena itu dibuatlah ruangan gym khusus untuknya berlatih. Hary yang menyadari minat hali yang besar terhadap dunia olahraga, bahkan memanggil guru olahraga ataupun olahragawan yang pernah memenangi kejuaraan tertentu, khusus untuk melatihnya di ruangan itu. Terkadang jika sempat, Hary sendiri yang akan mengajari halilintar. Namun ia hanya mengajarkan tinju karena itu satu-satunya yang paling ia kuasai.

SUNFLOWER ADDICTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang