Hallo all ini novel pertama ku,jika ada kesamaan dan kesalahan kata dan alurnya yang gak nyambung hehe.So
Happy Reading🌻
/ᐠ≽•ヮ•≼マ
Dikota Semarang, ada seorang gadis yang menanggung perasaan trauma dan kesedihan hidup dikota yang penuh persaingan yang keras.
Seorang gadis lugu berambut hitam sepunggung yang berusia 16 tahun, ia digambarkan sebagai pribadi yang baik dan lembut. Namun, tidak di pandangan orang lain termasuk teman-teman sekelasnya yang memandang nya memiliki pribadi yang buruk dan lemah dalam bersosialisasi.
Didalam hati, ia menyimpan luka dan duka yang harus dijalani sendiri karena dia tidak memiliki seorang pun yang dapat mendukung dan menyembuhkannya.
Ia adalah anak pertama dari dua bersaudara dan lahir disebuah keluarga yang sederhana dengan orang tua yang cukup untuk memenuhi kebutuhan.
Walau terkadang kehidupan keluarganya berantakan karna orang tuanya suka bertengkar,tapi ia dan adiknya yang berumur 13 tahun mencoba untuk tenang dan mengerti kondisi mereka.
Kehadirannya dibenci dan dianggap badai yang selalu membawakan masalah.
Tak peduli pedih dialaminya, dia selalu dijadikan barang dan boneka yang seenaknya dirusak untuk melampiaskan benci terhadapnya demi kepuasan.
Selalu salah dan disalahkan.
Seumur hidup tidak pernah merasakan peran ibu yang dengan cinta mencurahkan kasih sayang.
Tanpa ampun selalu dapat kekerasan dan diinjak dari orang lain bahkan dari orang terdekat.
⟨⟨⟨ Prolog ⟩⟩⟩
"Semua punya ego masing-masing. Manusia tanpa ego hanyalah seperti raga tanpa Atma."
—LIFECIDENT—🦋
Suatu malam, ketika ia sedang memfokuskan diri untuk belajar dan membaca artikel-artikel dibuku...
"Naya?"
Naya yang sedang belajar di kamarnya langsung menyorotkan pandangannya ke arah pintu ketika ada yang membuka pintunya dan memanggilnya dengan nada halus
"iya pah?"balas Naya sambil menutup bukunya dan akan berfokus ke Gio yang masih berdiri dibelakang pintu kamarnya
"Naya masih belajar ya?"tanya Gio
"yah"jawab Naya"maaf jika papah mengganggu kamu,tapi papah mau ngomong sebentar sama kamu"
"oh, papah mau ngomong apa?"Naya menjadi heran dan bertanya-tanya"maafkan papah,Naya_"
Naya langsung tercengang tidak bisa berkata-kata ketika Gio mengucap kata maaf ke Naya dan membuat naya heran
"Maaf,papah belum bisa bawa Naya ke optik dan membelikan Naya kacamata"ujar Gio yang tampak sedih dari raut mukanya
Naya menghela nafas dan memancarkan senyum dibibirnya
"Enggak masalah,yah"kata Naya "mata Naya minusnya gak tinggi kok, pah"lanjutnya
"tapi Naya merasa tak nyaman dengan penglihatan buram naya ketika Naya melihat sesuatu dari kejauhan"
"iya sih,tapi Naya tidak masalah kok yang penting Naya masih bisa liat tulisan dipapan tulis"ucap Naya dengan senyum dibibirnya
"hm,papah akan bekerja keras agar bisa membawa Naya ke optik"
"nggak perlu,pah"ujar Naya"Naya tidak mau sampai papah sakit karna kelelahan dan papah jangan memaksakan tubuh papah untuk bekerja terlalu keras"sambungnya
Gio pun mengiyakan dan memahami pernyataan Naya sambil mengangguk"hmm baiklah papah mengerti, Naya jangan bergadang ya"
"setelah belajar Naya harus tidur"pinta Gio dengan tangannya memegang gagang pintu"iya, pah"balas Naya dengan halus
Gio menebarkan senyum lalu bergerak keluar pintu dan menutup pintu kamar Naya.
Usai Gio keluar dari kamar Naya, Naya membereskan buku-bukunya dimeja dan bersiap untuk tidur.
Meski Naya sudah berbaring dan memejamkan matanya untuk siap tidur tetapi pikiran dan perasaannya masih tidak tenang. Naya kesulitan tidur dengan tenang karna membayangkan hari esok dan rasa takut yang masih ia pegang.
"gue takut bertemu pagi yang akan datang lebih cepat dari perkiraan ku"gumamnya dengan sorot matanya menatap atap langit-langit kamarnya
Naya hanya dapat membayangkan hari esok itu tidak lain dari hari-hari sebelumnya yang membuat naya tidak betah disekolah.
Apakah situasi besok akan berubah atau justru akan lebih buruk? Apakah tidak ada satu orang pun yang bisa membantu Naya sehingga membuat Naya betah? Apakah tidak ada satupun yang bisa menyembuhkan Naya?
── ⋆⋅🦋⋅⋆ ──
06.30 AM
Kesenangan kecil yang sesungguhnya untuk Naya adalah ketika tidak disambut tatapan dari teman-teman sekelasnya. Naya merasa sedikit tenang tidak dapat tatapan, Naya merasa lebih nyaman saat tidak menjadi pusat perhatian ketika naya memasuki kelasnya:XI IPS 1
Tatapan teman-teman sekelasnya terhadap Naya seperti tatapan tidak suka sehingga Naya berpikiran bahwa dari tatapan mereka serasa mereka ingin menyakiti dan mem-bully Naya dihadapan seisi kelas.
Tetapi, dibalik ketenangan itu Naya sering kali melihat sampah yang mengotori kolong mejanya yang disengaja oleh teman-teman sekelasnya saat Naya belum memasuki kelas.
Sampah yang disengaja teman-teman sekelas Naya tersebut, bisa jadi simbol dari perasaan Naya yang dikesampingkan dan dianggap sebagai sampah oleh mereka.
Meskipun Naya tau dibalik ketidak pedulian mereka bahwa mereka sengaja melakukannya tetapi, Naya tetap tampil dengan raut wajah tenang walau hatinya tetap berapi-api karena tidak ingin terperosok ke dalam siklus dari emosi.
Beberapa murid cewek dikelas saling berbisik-bisik dan bola matanya melirik ke arah Naya seakan mereka menertawakan Naya.
"sumpah,gua rasanya pengen sumpel mulut mereka pake kertas ini"monolog Naya yang masih berdiri tegar disamping mejanya sendiri dan tangannya mengepal kertas kotor yang dipungut dari kolong mejanya."eh ntar malah ada yang sampai sakit perut"lanjut monolog Naya
(okay aja sih, asal kertasnya gak ketelan masuk ke perut)
/ᐠ≽•ヮ•≼マ
TBC
Maaf segini dulu ya 🌻
jangan lupa voment(vote and coment) ty
next?
KAMU SEDANG MEMBACA
LIFECIDENT: Life & Incident
Teenfikce"Sialnya aku hidup di tempat yang tidak seharusnya aku singgah, dunia terlalu kejam untukku." "Tuhan aku menyerah, bawalah jiwa yang hancur lebur ini setelah engkau membawa jiwa dari seseorang yang sangat berharga untukku." Nayanika Anindya Pradipta...