39:SILAT, TEMPAT PELAMPIASAN

30 8 0
                                    

Happy Reading 🌻

/ᐠ≽•ヮ•≼マ

Cewek itu melebarkan seringainya lalu berkata"I dare you"Dengan ekspresi menantang.

Ancaman itu tidak berpengaruh pada Jefan yang justru tersenyum miring dan melipat kedua tangan didada."gak ah, lu kan cewe. Kalah doang langsung nangis"ejeknya lagi

Satu tangan mulai mengerat, ia tidak terima dengan ejekan Jefan lagi. Venisa kini sudah naik pitam karena terus-terusan disembur ejekan dan keahliannya diremehkan.

"Pergi sana berlindung di selangkangan ibu lu, dasar pengecut!" gerutu Venisa dengan emosi tinggi.

Umpatan gadis itu membuat Jefan tercengang dan dia tidak menyangka bahwa gadis bertubuh kecil terlihat lemah tersebut memiliki mulut seperti ini.

"Lah malah adu mulut, dasar bibit tukang debat. Siapa yang percaya kalau lu bisa ngalahin gue?" ejek Jefan untuk menutup kecengangannya.

"Nanti aja lah, gue ogak lama-lama sama elu" katanya dengan dingin lalu beranjak meninggalkan Jefan walau sebenarnya ia ingin menghardiknya lebih kasar.

Pemuda tersebut mendelik arah belakang tubuh Venisa dengan sarkasme.

"Heh, takut ya?" Goda Jefan, membuat Venisa berhenti di tempat. Venisa menggertakkan giginya sebelum berbalik menghadap Jefan

"Udah balik sana ke selangkangan ibu lu!"sembur Venisa yang terprovokasi oleh Jefan.

"Cewe jangan sok kuat, tau ga kalau nanti dihajar kayak anak kecil?"

"Lo itu pengecut banget sih. Mulut doang gede, tapi di atas lapangan, ketakutan. Mana berani lu melawan gue"balas Venisa dengan nada sarkas.

"Bisa aja gue lawan, tapi gue gak mau ngelawan cewe"

Gadis itu tidak senang dengan pembelaan yang dikatakan jefan. "Ah sudahlah, gak usah cari alasan. Lu takut aja. Takutnya masuk akal sih, soalnya kalau kita berantem lu bakal lebih banyak luka daripada gue"

Jefan menarik pelan satu ujung bibirnya."Nggak takut. Tapi gue nggak niat nyakitin cewe"

"Bohong. Lu ini pengecut yang takut kalau ngelawan perempuan! Gue jadi ngakak sih ngelihat lo ndadak kek gini"sindir Venisa semakin menjadi-jadi sampai tak digubris.

Mendengar kalimat Venisa membuat semua logika di kepala Jefan hilang.

"Sopankah sama calon ustadz? Cewe itu lemah dan lebih baik disimpan rapi di rumah, daripada ngotot"sahutnya dengan nada pedas.

Venisa menggeleng pelan dan berkacak pinggang."Gak peduli, lu itu calon ustadz atau calon modin! Jangan asumsikan kalau cewe itu lemah dan hanya bisa dijadikan ibu rumah tangga!"

Jefan tertawa terpingkal-pingkal setelahnya."Bohong, cewe akan selalu lemah kalo udah dibawah"Ekspresi cabul jelas terpampang diwajahnya.

Tampaknya otak Venisa masih melakukan loading sehingga ia tidak tau maksud ucapan Jefan barusan. Ia menggaruk-garuk kepalanya bingung, sepertinya butuh waktu untuk mengembalikan logikanya.

Beberapa saat kemudian.

"Eh! DASAR OTAK MES*M!!"

"Heh santai aja, nanti kalo udah lulus bakal gue kawinin lo. Nanti lu bakal jadi ibu rumah tangga buat gue"Jefan terkekeh dengan wajah diangkat tinggi.

Venisa semakin terkejut dengan ucapan tak terduga yang dikatakan Jefan membuatnya semakin risih.

"GAK! GAK SUDI GUE KAWIN SAMA LO!"seru gadis itu langsung berjalan cepat pergi dengan ekspresi jijik tercampur kesal.

LIFECIDENT: Life & Incident Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang