Semuanya berawal dari kedatangan Renjun sebagai tamu dari kerajaan seberang, omega dengan wajah cantik dan manis itu begitu menarik banyak perhatian. Ditambah aromanya yang manis, gawatnya itu semua tidak luput dari perhatian sang pangeran.
WARN!🔞
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suara hewan malam terdengar bagaikan melodi tersendiri dimalam hari, dengan bulan sebagai penerangan dilangit gelap menyendiri. Memancarkan cahaya indahnya kepada seluruh belahan benua, menunjukkan ke elokan sang penerang kala malam tiba.
Kriet--
"... Amelie, kau bisa pergi." Suara berat tanpa nada didalamnya, mampu membuat orang-orang merasa candu mengalun diruangan gelap tanpa penerangan lilin. Mengandalkan cahaya rembulan, yang menerobos masuk ruangan nya.
Pelayan pribadi sang pangeran agung ini membungkuk hormat dan mengundur kan diri dari ruangan tuannya.
Pintu tertutup, sosok pria matang disana segera melepas pakaiannya. Menyisakan kemeja putih dan celana yang berwarna senada dengan kemeja yang dikenakan. Tangannya bergerak, menaruh pakaian luarnya dibahu sofa panjang diruangan pribadinya.
Kepala pangeran pertama bergerak, menoleh kearah selatan. Melirik terasnya sejenak, kemudian tubuhnya berputar. Kaki jenjangnya mulai melangkah menuju teras, tidak lupa suara ketukan yang dihasilkan dari setiap langkahnya.
Begitu sampai pandangan nya berpendar-- mengamati pemandangan malam hari yang selalu dinikmati tatkala yang mulia ini merasa frustasi.
Matanya terpejam, menikmati angin malam yang menerpa wajah dan menembus masuk kedalam pakaiannya tidak tahu malu. Ketenangan yang begitu candu. Pangeran Griffiths pertama menyukai rembulan dan bintang.
Lama terpejam, menikmati sapuan angin yang berhembus. Sampai tidak menyadari sesosok yang berpakaian sama seperti dirinya tengah berjalan-jalan ditaman yang menghadap langsung menuju terasnya.
Sruk--
"Wah..."
Kening yang mulia pangeran mengkerut, merasa ketenangan nya terganggu dan juga merasa kenal suara penuh kelembutan itu.
Kelopaknya terbuka dengan indah, langsung melirik sosok pemuda yang dengan lancang memasuki taman kepunyaan milik pangeran ini tanpa izin.
Pemuda disana membelakanginya, pangeran pertama memperhatikan punggung tersebut. Merasa familiar dengan bahu sempit dan pinggang rampingnya.