Matanya merah dan sembab, bibir mungilnya tidak berhenti menyenandungkan rengekan, pipi gembilnya ikutan memerah, pun uluran tangan dan goyangan tubuh yang ingin lepas dari gendongan sang ibu.
Lendra, anak bayi yang baru berusia 8 bulan ini bukan main rewelnya sejak pagi buta. Lendra biasanya selalu menjadi anak yang manis, bermain dengan sang ibu sambil menunggu ayahnya pulang. Tapi entah kenapa, pagi ini tepatnya jam 8, tangisan dan rengekan itu menjadi dominasi yang tidak bagus untuk mengawali hari.
Lendra ingin ayahnya, ingin bermain bersama ayah, ingin menghabiskan waktu dengan sang ayah. Bahkan tawaran menggiurkan dari sang ibu berupa nen saja tidak ia hiraukan. Bahaya, itu biasanya selalu menjadi senjata pamungkas untuk membuat Lendra berhenti menangis.
"Ayahnya kerja dulu ya, nak? Adek kan biasanya juga selalu nunggu ayah sama mama ya?"
Uluran tangan tetap mengambang di atas, kepalan jarinya berubah menjadi terbuka tertutup, lucu sekali, berusaha setidaknya sang ayah ada belas kasihan untuk menggendong dirinya barang sebentar saja.
"Ayah gendong tapi sebentar ya?"
Seolah mengerti tangisannya pun berhenti. Bibir mungilnya ia bawa untuk menutup, matanya berbinar penuh harap meskipun masih sedikit berkaca kaca.
"Mhmmm" ujarnya
"Ayah gendong sampe depan ya? Sekalian nganterin ayah ke mobil oke?"
Belum ada jawaban
"Oke ngga?"
"Mhmmm bububu"
"Pinternya anak ayah" jawab Saka sambil mengecup pipi anaknya
Binar yang daritadi mengekori dibelakang suaminya pun menggeleng heran, ada terhitung wajib dari seminggu sekali anaknya ini bertingkah seperti ini. Lengket bersama sang ayah, bahkan eksistensi Binar sebagai mama pun tidak berguna.
✨️✨️✨️
"Kesel banget" keluhnya sendiri.
Binar paling tidak menyukai saat ditinggal sendiri oleh suaminya. Aktifitas yang dia lakukan setelah Saka berangkat bekerja yaitu mengurus Lendra dan melamun. Tidak ada yang perlu dikerjakan karena pekerjaan rumah seperti bersih-bersih, mencuci dan melicin pakaian sudah dilakukan oleh maid.
"Apa aku ke rumah mami aja ya?"
Setelah dipikir berulang kali sepertinya bukan saran yang buruk, di rumah mami setidaknya dia akan ada teman mengobrol hingga akhirnya pasti akan memasak bersama.
Baru masuk ke kamar dan akan mengganti pakaian, dilihatnya Lendra sudah terbangun di baby crib miliknya. Mata jernihnya melihat sang ibu, senang karena ada teman, dia pun mencoba tengkurap, mengajak main.
"Mbuuu nyehh mamamama" racaunya.
"Adek udah bangun lagi, sayang? Siapa yang mau ikut Mama main ke rumah nenek?" Ujar Binar sambil menggendong anaknya.
Belum mengerti apa yang diucapkan sang ibu, tapi bayi itu merespon dengan pekikan senang, pipinya memerah lucu, bulat kecil seperti tomat.
"Adek seneng? Oke kalo gitu kita siap-siap dulu ya"
✨️✨️✨️
Wangi bayi tercium semerbak, tanda bahwa sang bayi sudah selesai didandani. Melihat Lendra sedang anteng dengan mainan miliknya (boneka brachiosaurus kecil hadiah dari Arka, pamannya), kini giliran Binar bersiap-siap.
Saat akan memilih baju di walk in closet, Binar berpikir 2 kali, niat hati ingin memakai dress selutut tapi sadar bahwa hari ini sedang musim dingin, lekas ia membawa baju tangan panjang dengan tambahan mantel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life; Keluarga Sadajiwa
FanfictionKeluarga Sadajiwa ini lahir murni dari imajinasi penulis, karena jenuh melihat isu yang selalu diangkat banyak negatifnya dalam hal rumah tangga, maka keluarga Sadajiwa lahir sebagai penawar. ⚠️Misgendering, Mpreg Kalau kurang berkenan sama tag diat...