"Kalau lo, gimana rasanya punya anak, Ka?" Rooftop di salah satu perusahaan Property ibukota lagi banyak di datengin pegawai. Ada yang lagi alasan cari angin, malas ke kantin, ada juga yang masih ngerjain tugas tapi sambil cari suasana baru. Saka sama temannya, Aksan, sedang duduk berdua saja sambil menyebat. Karena males makan di kantin, jadi mereka cuma beli kopi saja, lagian istirahat mereka sebentar karena kepotong harus selesein deadline.
Ngobrol ngalor ngidul udah jadi kebiasaan mereka, biasanya Saka yang sering jadi pendengar kisah cinta Aksan yang selalu berakhir dengan balasan cuma tepukan dipunggung sambil bilang, "Cewek masih banyak, bro. Carilah yang lain". Agak template tapi Saka sih bodo amat ya, ya dia juga bingung mesti ngasih saran kayak gimana kan? Berbeda sama hari ini, gantian Aksan yang nanya-nanya dan Saka jadi narasumbernya.
"Apanya yang gimana?" Ya Saka juga bingung sama pertanyaan Aksan, rokok yang dia hisap ngga kerasa udah abis setengahnya.
"Ya gimana? Kehidupan lo ada yang berubah pasti kan ya?" Sayangnya, teman Aksan yang paling deket di kantor cuma Saka aja, dengan kebiasaan nanya-nanya randomnya, Aksan jadi penasaran gimana kehidupan temannya ini saat jadi bapak-bapak.
Angin yang berhembus, menerbangkan rambut Saka yang sedang melamun menyusun kalimat untuk menjawab pertanyaan Aksan, "Oh kalo itu jelas beda" jawabnya sambil mematikan puntung rokok ke asbak yang memang sudah disediakan disana.
Sambil menepuk-nepuk kedua tangannya, Saka lanjut menjawab, "Dulu sebelum punya anak dan nikah, yang gue pikirin cuma kerjaan-kerjaan aja. Pulang ke kost langsung tidur. Begitu aja sehariannya"
Tangannya dia tumpuin ke belakang, pandangannya dia alihkan, lebih milih buat liat langit yang entah kenapa siang menuju sore itu keliatannya indah banget. Biru bersih ditambah sama angin yang sepoi-sepoi.
"Kalo sekarang pulang ke rumah udah ada yang nyambut, istri sama anak. Kelakuan gue yang buruk-buruknya juga udah mulai gue lepasin satu-satu. Karena kan anak peniru ulung orang tuanya ya, jadi pengennya ngasih liat yang baik-baiknya aja"
Untuk ukuran Aksan yang memang kerap kali cintanya tidak berujung mulus, pemikiran dia sama pernikahan juga jadi berubah. Tadinya lebih milih buat ga mau nikah, tapi dipikir-pikir lagi pas mendengar cerita Saka kayaknya seru juga. Tumbuh jadi anak yang broken home, Aksan seengganya pengen bikin keluarga utuh punya dia sendiri.
"Gue yakin lu pasti bisa jadi ayah yang baik, Ka. Kapan-kapan ajak main lah, mau ketemu juga gue sama Lendra"
Sambil naikin lengan kemejanya, Saka mengangguk setuju, belum pernah juga Lendra ketemu sama Aksan, "Boleh banget lah, atau lo ke rumah gue aja. Istri gue pinter masak, nanti kita makan bareng aja disana"
"Boleh emang kayak gitu?"
"Kalo ga boleh ga bakal gue tawarin"
"Iya sih"
🏕🏕🏕
Makanan sederhana yang biasa Binar sajikan, sekarang bertambah beberapa lauk karena tau teman Saka akan datang berkunjung. Ada rasa takut sedikit karena masakannya tidak akan cocok di lidah teman suaminya tersebut, tapi Saka bilang, Aksan bukan tipe orang yang pilih-pilih makanan. Semua dia makan asal bukan racun, ya seengganya mendengar itu ada rasa lega dikit dihati Binar.
"Tuh udah dateng, Yang"
Denger sual bel yang dipencet, Saka yang awalnya menemani Lendra nonton Bluey di tv langsung berdiri buat nyambut temennya itu.
"Dateng juga nih perjaka" sambut Saka usil. Meskipun tau kalo kalimat tersebut ga relevan sama Aksan, terpengaruh pergaulan ibukota bikin Aksan cuma senyum aja mendengar sambutan Saka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Life; Keluarga Sadajiwa
FanficKeluarga Sadajiwa ini lahir murni dari imajinasi penulis, karena jenuh melihat isu yang selalu diangkat banyak negatifnya dalam hal rumah tangga, maka keluarga Sadajiwa lahir sebagai penawar. ⚠️Misgendering, Mpreg Kalau kurang berkenan sama tag diat...