Sadajiwa's 12

1K 51 8
                                    

Jeritan kesakitan terdengar tepat jam 12 malam. Rumah yang awalnya hanya dihuni oleh 2 orang itu mendadak menjadi ada tambahan 2 lainnya yaitu bunda Saka dan Mami Binar. Benar, semakin Binar mendekati HPL nya, 2 orang tua tersebut menawarkan untuk sering menginap, takut terjadi apa-apa jika sudah waktunya.

Dan malam ini terjadi. Ketuban Binar pecah. Raungan kesakitan menggema di kamar yang diisi oleh dirinya dan suaminya. Jambakan kuat diberinya pada rambut Saka, berusaha agar suaminya segera terbangun.

"Sayang sayang udah waktunya ya?" Pertanyaan konyol dari Saka membuat Binar makin kesal. Tidakkah dilihatnya bahwa dirinya sudah meraung-raung kesakitan? Ranjang yang ditempati oleh mereka juga sudah basah. Luapan emosi lepas dari mulutnya, "Ya kamu liat aja, Mas. Aduh aku udah ga kuat"

Saka yang panik sambil berusaha mengumpulkan nyawa akhirnya bawa dirinya untuk membopong binar ke atas kursi roda, "Oke oke kita berangkat ke rumah sakit sekarang ya"

Bunda Saka dan Mami Binar tentunya sudah bangun saat mendengar jeritan Binar. Bersiap-siap menyiapkan perlengkapan yang akan dibutuhkan oleh Binar saat sampai di rumah sakit nanti.

"Abang, mobilnya cepet di siapin. Biar Bunda yang dorong Binar " Bunda Saka terlihat tergopoh-gopoh tepat saat melihat Saka dan menantunya keluar dari kamar.

"Perlengkapannya udah beres semua?" Tanya Saka buru-buru.

Sahutan lain terdengar, "Udah Mami siapin dan udah di cek. Semuanya lengkap. Yuk sekarang berangkat aja, kasihan Binar"

Saka lekas berlari, menyiapkan mobil untuk membawa istrinya ke rumah sakit. Pikiran berkecamuk dikepalanya, takut ada kejadian seperti ini dan seperti itu. Saka lekas menggeleng, berusaha mengenyahkan pikiran jelek itu dari kepalanya, "Ngga, Binar sama Adek pasti bakal selamat. Malam ini juga gue bakal jadi ayah. Saka, tanggungan lo nambah satu. Ayo fokus"

❤️‍🩹❤️‍🩹❤️‍🩹

Tepat jam 1 malam tangisan kencang terdengar dari ruang persalinan Binar. Saka yang ikut menemani sang istri di dalam merasakan jantungnya ikut terhenti, "Selamat Pak/Bu, anaknya lahir dalam keadaan sehat. Setelah di cek jari kaki dan tangannya syukurnya lengkap. Jenis kelaminnya laki-laki" ucap sang dokter obgyn setelah menyerahkan bayi yang masih berlumur ketuban dan darah itu kepada perawat.

Tangisan haru bercampur kelegaan terdengar dari Saka. Dibawanya tubuhnya untuk membungkuk beberapi kali kepada dokter yang telah membantu persalinan istrinya tersebut, "Terima kasih banyak dokter. Terima kasih sudah membantu istri saya"

Sang dokter hanya tersenyum menanggapi, "Sudah menjadi tugas saya pak. Nanti setelah bayi nya selesai dibersihkan, ibunya pun akan turut dipindahkan untuk di rawat inap di ruang nifas"

Saka kembali mengangguk, "Baik dok. Terima kasih"

Setelah sang dokter pergi, Saka lekas memberi perhatian pada Binar yang sedari tadi turut mendengar dalam diam, "Sayang, terima kasih. Terima kasih udah lahirin adek ke dunia dan bikin aku jadi laki-laki paling bahagia. Perjuangan kamu ga akan bisa aku dan adek bayar dengan apapun. Selamat udah jadi Mama, sayangku. Selamat juga untuk kita karena telah menjadi orang tua. Kedepannya mungkin akan lebih susah, tapi kita bisa belajar sama-sama" kecupan-kecupan kecil turut dibubuhkannya pada kening dan bibir Binar.

Melihat Saka tersenyum senang diikuti lelehan air mata yang tidak berhenti, membuat Binar ikut merasakan luapan kebahagiaan juga, dibawa jemari tangannya untuk mengusap lembut rahang sang suami, "Sama-sama, Mas. Dan happy early birthday, sayangku. Ini kado dari aku yang kecepetan satu bulan buat kamu hihi. Doa baiknya semoga kita sama-sama terus buat belajar jadi orang tua yang baik buat adek. Ga harus cepet, yang penting kita sama-sama tumbuh bareng adek"

Our Life;  Keluarga SadajiwaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang