21

2K 220 20
                                    

Hari-hari berjalan sebagaimana mestinya, tak ada yang berbeda dari kehidupan Aldo yang dipenuhi oleh kebohongan itu, Aldo selalu berandai-andai kapan ia bisa hidup menjadi dirinya sendiri? yang bisa bebas melakukan apapun yang ia suka. Tak harus sembunyi-sembunyi untuk pergi ke galeri,tak harus pura-pura mengikuti club basket,tak harus memakan makanan yang ia tak suka,dan banyak hal lainnya yang membuatnya hidup menjadi orang lain. Lelah sudah pasti yang Aldo rasakan namun apaboleh buat, demi mendapatkan kembali kasih sayang sang bunda Aldo rela melakukan apapun meski melukai hati dan dirinya sendiri





Flasback on


Aldo kecil yang kini berusia 5 tahun merupakan anak yang sangat pintar, super aktif dan memiliki rasa keingin tahuan yang tinggi, terkadang orangtuanya pun merasa pusing menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang Aldo lontarkan seakan tak ada habisnya, disisi lain Aldo juga memiliki sifat lemah lembut dan penyayang

"Bun kenapa kalau telur ayam itu di dalam kandangnya harus dikasih lampu warna kuning?"

"Biar dia tetap hangat, biar cepat menetas juga"

"Kenapa harus lampu? Kan ada mamah ayam yang udah mengerami telurnya lagian pake kompor juga bisa kasih kehangatan bun, kenapa gak pake kompor aja? suhu komporkan juga bisa diubah jadi telurnya bisa cepat menetas"

"Kalau pake kompor nanti bukannya menetas malah jadi telur rebus dong" ucap Shani yang diakhiri oleh kekehannya

"Kan gak pake air bun, jadi gak bakal jadi telur rebus"

Shani hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya mendengar celotehan Aldo

Jam menunjukan pukul 10 pagi, di hari minggu keluarga Aldo memang selalu menghabiskan waktu bersama di rumah

Namun pada hari itu ada hal yang mengharuskan Gerald untuk pergi ke kantor

"Bun ayah pamit ke kantor sebentar ya, tadi Arya telfon katanya aku harus ke kantor karena ada masalah sama salah satu proyek" ucap Gerald yang menghampiri Shani dan Aldo yang sedang duduk di ruang tamu rumah mereka

"Harus banget sekarang mas? kita kan mau ke rumah mamah jemput Bian sama Ella"

"Iya harus sekarang bun, biar nanti Bian sama Ella aku aja yang jemput"

"Ado mau ikut ayah boleh?" sambar Aldo yang menunjukan puppy eyenya

"Ado di rumah aja ya temenin bunda, ayah cuma sebentar kok"

"Tapi kan ayah udah janji sama Ado mau nemenin Ado baca buku dino"

"Nanti ya sayang, ayah ke kantor dulu" ucap Shani mengelus lembut surai hitam milik Aldo

Mendengar jawaban Gerald dan Shani seketika wajah Aldo menjadi murung

Merasa tak tega melihat sang anak bersedih Gerald pun mengizinkan Aldo untuk ikut dengannya

"Yaudah yaudah, Ado boleh ikut ayah, gih sana ganti bajunya"

"Gak usah mas, nanti kalo kerjaan kamu keganggu gimana? anak mu itu kan gak bisa diem" sambar Shani

"Gak akan kok, paling anaknya anteng main mobil-mobilan"

"Ado janji sama bunda disana jangan nakal ya?" ucap Shani

"Janji bun, Ado gak akan nakal" ucap Aldo yang mengacungkan jari kelingkingnya

Shani tersenyum manis lalu menautkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Aldo

Setelah Aldo mengganti bajunya ia pun langsung ikut dengan Gerald menuju kantornya





Sesampainya di kantor Gerald langsung sibuk dengan pekerjaannya, mengecek beberapa email yang masuk serta mengecek beberapa berkas perihal masalahnya itu, sementara Aldo dengan posisi tengkurap di lantai ruangan Gerald sedang asik memainkan mobil mainannya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Imperfect Life.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang