TB14 - Bayangan Kelam

28.6K 2.7K 1.7K
                                    

Follow akun wattpad frasaberliana buat kalian yang mau baca cerita ini sampai tamat.

Tekan tombol bintang di pojok kiri bawah dan berikan komentar baik kalian.

Tiket menuju part 15: 1.3K++ vote dan 1.4K komentar

"Setiap bayi terlahir fitrah, tetapi tak semua berada dalam buaian yang tepat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Setiap bayi terlahir fitrah, tetapi tak semua berada dalam buaian yang tepat. Beberapa dari mereka telah mengalami kenyataan begitu pahit, bahkan sejak dalam kandungan atau saat paru-parunya baru saja bergerak aktif menghirup oksigen di dunia."

-Wattpad Tanah Baghdad by frasaberliana-

***

Tangan dan kaki perempuan itu gemetar hebat. Dia rasakan hawa dingin sampai menusuk tulang. Gelas berisi air putih hangat yang ingin dia raih jatuh hingga pecah. Keisya mengurungkan niatnya untuk keluar dari selimut. Tubuh perempuan itu menggigil tanpa sadar..

"Umi ..." ucap Keisya dalam napasnya yang berembus tak teratur.

"Ab-ah ...."

Saat itu pula matanya memejam dengan kuat. Saat gelap mendominasi pandangan, Keisya seolah-olah kembali mendengar makian dari suaminya beberapa jam yang lalu.

"Lo bisa diam nggak, Keisya!"

Ingatan akan bunyi dentam pada dinding akibat emosi dari suaminya juga kembali mengejutkan batin. "Umi, Mbak Eca takut ...."

"Keisya!" Fikra mempercepat langkah dan mendekat kepada istrinya.

Bersamaan dengan seseorang memanggil namanya, tubuhnya semakin gemetar ketakutan. Alam bawah sadar membawanya ke dalam ruangan yang sangat gelap. Dia mendengar suara langkah kaki yang berlari ke arahnya.

Fikra menyaksikan kening Keisya dibasahi oleh keringat dan istrinya tampak gelisah di dalam tidurnya. "Keisya?"

"Jangan, jangan!" Keisya menutup telinga, sedangkan tubuhnya bergerak di dalam selimut tak tentu arah.

"Keisya ... ini gue."

"Jangan!"

"Keisya!" Fikra berusaha membuka selimut yang kini hampir menutup seluruh tubuh Keisya. "Lo kenapa?"

"Sakit ... panas ...."

Setelah tahu caranya membangunkan Keisya tak akan membuahkan hasil, Fikra mendudukkan Keisya dengan bersandarkan bantal secara paksa. "Kei, bangun dulu. Lihat gue."

Fikra yang panik hanya mampu memegang kedua bahu Keisya. Harapannya, agar perempuan itu segera sadar dan mau menatap ke arahnya. "Keisya!"

Kedua mata yang berair dan merah menatap Fikra ketakutan. Seperti anak kecil yang meminta perlindungan. "Mereka siapa? Mereka, orang-orang yang bawa pisau itu siapa?"

TANAH BAGHDADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang