Follow wattpad frasaberliana
Follow instagram @frasaberliana dan @ceritaberliana untuk membaca versi AU (pov) Tanah Baghdad
Baca sampai akhir, kali ini ada syarat untuk dobel up :)
"Sebuah takdir dapat saling bertemu dan bersilang. Tanpa sengaja hati jatuh padanya yang berbeda keyakinan. Saat itulah seseorang akan diuji atas pembuktian cinta. Mana yang lebih menundukkan hatinya? Nafsu hati atau Tuhannya."
-Wattpad Tanah Baghdad by frasaberliana-
***
Dua salam telah terucap. Perasaan tenang di hatinya bertambah-tambah. Rasanya sudah lama tidak dia rasakan solat tanpa ada ketergesa-gesaan dalam pikiran. Senyum tipis terulas dari bibirnya. Fikra terbayang perempuan yang dia peluk dan cium keningnya sebelum pergi bekerja.
Lonjakan bahagia membuatnya ingin cepat-cepat pulang. Apalagi saat bisikan hati Fikra berkata, "Cuma gue yang tahu seberapa cantiknya dia di dalam rumah."
Saat itulah pipinya memerah dan Fikra segera beristigfar menyadari keanehan tingkahnya. "Astagfirullah hal 'adzim."
Sementara seorang perempuan yang baru saja menyelesaikan solat dalam musola lantai 2 Lembayung Coffee Shop memperhatikan begitu lekat laki-laki dengan tingkah aneh beberapa meter di depannya.
Zalina bergumam, "Dia Gus Fikra bukan, sih? Suaminya Keisya."
Zalina mengendikkan bahu. Tak begitu peduli juga. Dia tidak terlalu hafal wajah Gus Fikra karena tak sempat hadir di pernikahan sahabatnya. Selain itu, rasanya Zalina terlalu sibuk untuk mengetahui siapa nama pemilik toko kopi favoritnya. Dia menuju cermin dan membuka kantung alat make up. Zalina mengaplikasikan ulang krim pelindung sinar matahari ditambah cushion serta pelembap bibir warna natural.
***
"Terima kasih, Pak," ucap Keisya saat turun dari taksi online yang ditumpanginya.
"Pas banget jam makan siang." Keisya melihat jam di pergelangan tangan sambil berjalan. Persis di depan pintu toko kopi, langkahnya terhenti begitu saja. Perempuan berwajah pucat dengan rambut cokelat kepirangan panjang kembali berjumpa dengannya. Dialah Alenta.
Alenta sama terkejutnya dengan Keisya. Mata biru keabu-abuannya sampai menyipit karena memastikan perempuan berkerudung panjang cokelat tua dengan kain yang menyatu dengan penutup separuh wajah adalah Keisya Khaizuran.
Mereka tidak saling sapa. Hanya ada satu pikiran positif bahwa bisa saja salah satu di antara mereka memang memiliki janji dengan orang lain di tempat yang sama atau kebetulan sedang ingin mencicip kopi di tempat ini. Jadilah keduanya sama-sama menuju kasir dengan pelayan yang sudah menyapa pelanggan begitu ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
TANAH BAGHDAD
EspiritualMenikah dengan seseorang yang pernah kamu cintai dalam diam saat hatimu sedang dirundung kecewa? Bukankah itu indah? Begitulah harapan Keisya saat menerima lamaran Fikra, usai kecewa menghadapi kenyataan dia hanyalah anak angkat Umi dan Abah yang sa...