Kecewa datang dari mereka yang banyak harapan kepada sesama manusia.
*****
Selamat membaca, ya🫂Semoga suka, jangan lupa tulis di kolom komentar bab ini gimana
*****
Setelah malam itu, hubungan Nara dengan Putra semakin dekat dan akrab. Padahal dulu keduanya tidak pernah sekalipun berinteraksi, bahkan hanya sekadar saling tatap saja tidak pernah. Dulu mereka terlalu jauh meski sekadar menjadi teman, kini jarak itu tidak lagi ada. Semakin dewasa, hubungan mereka justru terjalin dengan baik dan itu menjadi aneh. Teman Nara pernah bercerita kalau dia mempunyai sepupu jauh juga, waktu masih kecil keduanya begitu dekat dan sering bermain bersama. Sayangnya, setelah sama-sama beranjak dewasa hubungan keduanya merenggang dan tidak lagi sedekat dulu, bahkan jarak antara keduanya semakin terlihat jelas.
Kini Putra terlihat serius dengan ponselnya, laki-laki itu sedang bermain game online yang bernama mobile legend. Sedangkan Nara masih fokus membaca setiap kata demi kata yang berada di dalam novel miliknya. Mereka sama-sama sibuk dengan dunianya sendiri, tidak ada pembicaraan apa pun di antara keduanya. Suasana rumah juga tampak sepi, hanya terdengar suara kereta yang melintas dari belakang rumah.
“Putra,” panggil Santi dari arah dapur.
“Iya, Bun,” jawab Putra. Laki-laki itu menaruh ponselnya di meja, lalu menghampiri Santi yang ada di dapur.
“Bantu Bunda, buat roti.”
“Putra gak tahu buat begituan, Bun.”
Seketika laki-laki itu berteriak memanggil Nara. “Ra! Sini bantuin aku.” Baginya tidak ada yang salah waktu memanggil gadis itu. Lagi pula Nara juga seorang perempuan pasti lebih cocok dengan Santi dibandingkan dirinya. Tidak butuh waktu lama, akhirnya Nara dating ke dapur.
“Iya, Mas, kenapa?” tanyanya sambil melihat Putra sedang mengambil tepung yang dituangkannya pada sebuah wadah. Kemudian Nara berinisiatif memegang wadahnya agar tidak terjatuh.
Tiba-tiba Nara kepikiran untuk membuat pertanyaan aneh agar memecah suasana. “Mas, ini bukannya bedak?” Pertanyaan yang barusan dilontarkan mampu mengundang tawa Putra.
“Ra, kamu ini gimana sih. Ya jelas bukan, dari mana kamu bisa menyimpulkan kayak gitu, aneh.”
“Masak sih, Mas. Aku coba, ya?”
Nara mulai melumuri tangannya dengan tepung. Dia mengangkat telapak tangannya untuk menyentuh wajah Putra, mengusapnya seperti seorang ibu yang sedang memberi bedak pada anaknya. Sedangkan laki-laki itu hanya bisa diam dan terima saja dengan perlakuan gadis itu, entah kenapa tubuhnya tidak bisa memberi respon apa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Putra Mahardika
Teen FictionTentang Nara, yang jatuh cinta pada salah satu kerabat jauhnya. Dia Putra Mahardika. Nara berani melakukan hal nekat demi dekat dengan laki-laki itu, tanpa kedua orang tuanya ketahui alasannya. Putra Mahardika, namanya. Laki-laki baik hati yang Nara...