05. TRAGEDI

43 4 0
                                    

Sebuah trauma tidak akan hilang begitu saja, meski telah berlalu sangat lama.

*****

Selamat membaca, ya🫂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selamat membaca, ya🫂

Semoga suka, jangan lupa tulis di kolom komentar bab ini gimana

*****

Semilir angin menerpa wajah seorang gadis yang tengah menatap ke satu arah. Semburat jingga perlahan mulai muncul untuk menemani suasana sore ini dan menambah keindahan langit kala menjelang pergantian waktu. Nara terus memperhatikan bendungan yang ada di depannya, sambil berdecak kagum melihat keindahan ciptaan manusia itu. Tidak henti-hentinya mulutnya memuji tempat ini, karena saking luasnya bendungan dan letaknya yang strategis.

“Kagum?” tanya seorang laki-laki yang ada di sebelahnya.

“Hehehe, iya Mas,” jawab Nara.

“Gak pernah ke bendungan sebelumnya?” tanyanya.

“Belum pernah, walaupun di sana ada tapi gak seluas ini.”

“Baguslah, biar kamu nikmati tuh lihat bendungan sepuasnya,” kata Putra. Ya, laki-laki yang berada di sebelah Nara adalah Putra.

Sebelum ke tempat ini, mereka sempat berdebat mengenai tempat yang akan di kunjungi oleh keduanya. Banyak pilihan-pilihan yang Putra sarankan, akan tetapi ditolak oleh Nara dengan alasan jangan tempat yang ramai. Katanya, dia tidak begitu menyukainya. Pada akhirnya, bendungan menjadi salah satu dari banyaknya jumlah pilihan yang akan didatangi.

“Ternyata di sini senjanya bagus ya. Nanti ke sini lagi ya, Mas,” ucapnya sambil memandangi bendungan.

“Iya, kapan-kapan,” sahut Putra yang ikut memandangi bendungan.

“Mas, aku mau nanya sesuatu,” ujar Nara dengan raut wajah serius.

“Nanya apa? Kok wajahnya serius banget sih, Cil,” ejeknya sambil melihat wajah Nara yang begitu serius.

Nara yang mendengar perkataan Putra langsung kesal dan bilang, “Aku serius, Mas. Jangan bercanda!”

“Maaf, lanjut mau nanya apa?” tanya Putra. Kali ini laki-laki itu benar-benar serius tampak dari intonasi suaranya yang tegas.

“Setelah tahun berlalu sangat jauh. Apa rasa trauma itu masih ada? Trauma kehilangan seseorang yang paling Mas sayang. Apa itu masih sering mengganggu pikiran Mas setiap harinya?”

“Jujur ya Ra, sejauh ini baru kamu yang nanya gimana hari-hariku setelah peristiwa itu. Peristiwa yang sangat aku benci hingga kini. Jika ada yang nanya, apa aku masih merasakan trauma setelah waktu berlalu cukup lama? Jawabannya masih. Trauma masih sering membawaku ketakutan dan sedih setiap malamnya, aku hanya terus berusaha untuk menghilangkan itu dengan menyendiri di malam hari. Mungkin sebagian orang akan berkata bahwa ini cukup berlebihan, tapi trauma seseorang bukanlah hal yang pantas untuk disepelekan, seseorang memiliki trauma masing-masing akan suatu hal dan tentunya itu berbeda. Selain itu, trauma tidak akan pernah hilang begitu saja meski ditelan oleh waktu.”

Putra MahardikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang