07. KEMBALI KECEWA

29 4 0
                                    

Pada kenyataannya, berharap terlalu berlebihan akan mendatangkan luka yang berkepanjangan.

*****

Selamat membaca, ya🫂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca, ya🫂

Semoga suka, jangan lupa tulis di kolom komentar bab ini gimana

*****

Keesokan harinya, Nara sibuk melanjutkan tugasnya yang belum selesai kemarin malam. Saat ini perempuan itu sedang duduk di teras rumah, mengerjakan tugasnya ditemani oleh beberapa lagu dari Raisa.

Sejak pukul enam pagi perempuan itu sudah duduk dengan anteng di kursi teras, menikmati udara pagi yang tenang dan damai. Sehingga melupakan tugas-tugasnya, yang kini hanya terdampar di atas meja.

Nara memutar salah satu lagu dari Raisa, kemudian dua menatap ke arah depan. Menikmati setiap detiknya dari lagu itu dengan melamun dan berpikir mengenai banyak hal.

Sekarang aku tersadar cinta

Yang ku tunggu tak kunjung

Datang, apalah arti aku

Menunggu bila kamu tak cinta lagi

“Pagi-pagi udah galau, cemen,” sindir Putra yang baru hadir di tengah-tengah lamunan gadis itu.

Seketika Nara membuang muka, mencoba untuk menghindari laki-laki itu. Rasa kesalnya masih ada karena permasalahan kemarin dan yang lebih parahnya lagi, laki-laki itu tidak menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya.

“Kamu kenapa sih, Ra? Dari kemarin kayak ngehindar terus,” tegur Putra. Kemudian dia duduk di samping Nara.

“Enggak, gak ada apa-apa,” balasnya.

Putra pun menghela napasnya sebentar, lalu dia kembali bertanya dengan sedikit memaksa agar gadis itu mau berterus terang padanya, “Coba bilang sama, apa aku punya salah sama kamu, Ra?”

“Mas gak akan paham sama yang aku rasakan, walau dijelaskan sekalipun. Bahkan Mas mungkin akan menganggap aku sebagai anak kecil yang sok tahu.”

“Asal Mas tahu ya, kecewa karena dibohongi itu akan membuat seseorang berhati-hati untuk percaya pada orang lain lagi. Karena sebelumnya dia pernah begitu mempercayai orang tersebut, tapi orang itu malah menghancurkan kepercayaannya.”

“Jadi, apa Mas bisa paham sama yang aku katakan barusan?” tanya Nara.

“Enggak. To the point aja, Ra. Aku enggak ngerti kalau kamu semakin berbelit-belit.”

Putra MahardikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang