18. KELABU DI HARI SELASA

7 3 0
                                    

Terimakasih sudah membuat salah satu penduduk bumi ini di istimewakan oleh salah satu manusia baik yang tanpa terduga memberi luka.

*****

Perpustakaan menjadi pilihan utama bagi Nara dan Tika untuk menghabiskan waktu kosong sambil mengerjakan tugas kuliah yang belum selesai. Setelah kejadian beberapa hari yang lalu mengenai Putra yang sedang jalan-jalan bersama Nayla, sampai saat ini perasaan sedih dan kesal masih meliputi dirinya hingga kini. Meski sudah banyak kegiatan yang dilakukannya rasa sedih masih dominan dalam dirinya, semangat terasa hilang begitu saja.

“Ra, kamu beneran gak papa kan?” tanya Tika memastikan bahwa perempuan itu baik-baik saja atau tidak.

“Gapapa tik, cuman gak semangat aja,” jawabnya.

“Terus gimana, gak ada keputusan pindah hati gitu?”

“Maksud kamu?” tanya Nara tidak mengerti.

“Siapa tahu kamu mau pindah hati ke Lana gitu, siapa tahu kan,” ledek Tika.

“Gak ada rencana untuk itu, tapi kalau dia sungguh-sungguh ya kemungkinan bisa aku terima,” kata Nara. Dia tidak ingin munafik bahwa saat bersama Lana senangnya sering kali berlebihan, dia nyaman saat berbicara banyak hal dengan laki-laki itu.

“Kamu mulai suka ya, sama Lana?” tebak Tika.

“Nggak tik, aku cuman nyaman aja sama dia belum tahap yang lebih masih.” Nara membenarkan perkataan Tika barusan agar tidak terjadi kesalahpahaman.

“Lana itu ganteng loh, baik hati terus pengertian. Kurang apalagi coba?”

“Kurang aku yang belum bisa nerima dia,” jawabnya.

“Eh, hai Ra,” sapa Lana yang tiba-tiba muncul di samping kanan perempuan itu.

“Kamu ngagetin aku aja,” kata Nara sembari memukul pelan bahu laki-laki itu.

“Maaf, maaf.”

“Ngapain disini?”

“Cari angin sama cari ilmu, kenapa emang. Kamu sendiri ngapain?” tanya Nara balik. Pasalnya Lana hanya sendirian dan wajahnya juga tidak meyakinkan bahwa tujuannya kesini untuk belajar beneran.

“Cari angin,” jawabnya kemudian tertawa.

Nara menggelengkan kepalanya setelah mendengar perkataan Lana barusan, laki-laki aneh yang gampang sekali membuatnya tertawa ini terkadang memang rada gila sedikit. Bahkan meski semua ucapan yang keluar dari mulutnya hanya sebatas gurauan semata, tapi dia menyukainya karena tidak dibuat-buat atau di lebih-lebih kan.

Lana duduk di sebelah perempuan itu, memainkan ponselnya entah apa yang dilakukan oleh laki-laki itu dia tidak tahu. Namun beberapa saat kemudian, Lana beranjak dari duduknya dan berpamitan pada Nara. Katanya ada hal mendadak yang harus dia lakukan.

“Aku pergi dulu ya, ada tugas mendadak.” Nara hanya menganggukkan kepalanya tanda merespon ucapan Lana.

Tika sejak tadi yang hanya melihat interaksi keduanya hanya bisa tersenyum, melihat Nara yang bisa senang dengan laki-laki itu.

“Jangan terlalu lama memutuskan sesuatu Ra, keburu pergi orangnya,” ucap Tika.

“Ah, udahlah Tik. Urusan nanti itu, balik ke kelas aja yuk, bentar lagi jam sastra Indonesia di mulai,” ajak Nara bermaksud mengalihkan topik pembicaraan.

Tanpa persetujuan Tika, Nara sudah berjalan terlebih dahulu menuju kelas. Di keikuti Tika yang menyusulnya beberapa langkah di belakang perempuan itu.

*****

Putra MahardikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang