06. KEBOHONGAN PUTRA

46 5 0
                                    

Dari banyaknya harapan pada orang lain, hanya padamu kecewa ini hadir.

*****

Selamat membaca, ya🫂

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca, ya🫂

Semoga suka, jangan lupa tulis di kolom komentar bab ini gimana

*****

Suara ketikan terdengar paling keras memasuki indra pendengaran saat ini. Nara tak henti-hentinya memainkan jemarinya di atas papan keyboard dan ditemani temannya yang bernama Tika. Mereka sudah beberapa menit yang lalu berdiam di kafe sambil mengerjakan tugas mata kuliah bahasa Indonesia mengenai sejarah adanya sastra.

“Kalau capek gantian sama aku, Ra,” kata Tika sembari menegak minuman redvelvet yang dipesannya tadi.

“Iya bentar lagi, nanggung hampir selesai nih bagianku,” jawabnya yang masih fokus mengetik.

Nara memang menyukai semua hal yang berkaitan dengan sastra, dan kepenulisan. Baginya dengan menulis semua yang tidak terucapkan dapat tertuang dalam bentuk tulisan. Dalam dunia perkuliahannya, gadis itu sengaja memilih jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia. Meski dia amat menyukai bidang ke sastraan tetapi dia tidak ingin dibuat rumit.

“Tik, nih kamu lanjutin. Aku udah capek,” ujar Nara sambil menyerahkan laptopnya.

“Kamu udah sampek mana, Ra?” tanya Tika lalu beranjak dari duduknya bergeser mendekat ke arah Nara untuk bertanya.

“Sampek sejarah sastra nuncul, nanti kamu lanjutin bagian tokoh sama yang lainnya. Aku udah pusing ini,” sahutnya. Kemudian gadis itu menopang wajahnya sembari menatap ke arah luar kafe.

Ting

Putra: Mas gak bisa nganterin kamu pulang, Ra. Soalnya aku ada rapat pramuka.

Putra: Kamu bisa bareng temanmu dulu atau naik ojek online.

Nara membaca setiap kalimat yang Putra kirimkan melalui pesan WhatsApp, katanya laki-laki itu tidak bisa mengantarkannya pulang karena ada rapat pramuka. Ini bukan kali pertamanya Putra begini, bahkan seminggu yang lalu laki-laki itu lebih parah karena tidak memberitahunya mengenai hal seperti ini.

Bagi Nara itu tidak masalah, karena dia tahu bahwa laki-laki itu pasti sibuk mempersiapkan kemah yang akan dilaksanakan Minggu depan. Selain itu, Putra juga terlibat sebagai panitia jadi tidak salah jika laki-laki itu akan sibuk. Mungkin baginya, pramuka adalah rumah yang sesungguhnya untuknya.

Nara: Iya Mas, gapapa. Biar Nara bareng Tika.

Putra: Oke, sip.

Putra MahardikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang