BAB.6

1K 16 0
                                    

Adzan shubuh berkumandang dari toa mushola desa.  Suaranya mengalun membangunkan orang- orang yang masih asik tidur, untuk melaksanakan sholat shubuh

Bowo terbangun  oleh suara ketukan di pintu belakang. Ia bangun dengan gelagapan. Rasa takut kembali melanda. Anak itu mengucek kedua matanya. Semalaman ia tidak bisa tidur. Ia teringat dengan teror monyet di luar rumah.

Suara pangilan Soleka, di barengi ketukan pelan. Terdengar kembali

Bowo buru- buru. Membukakan pintu. Ia memandang Soleka dari ujung kepala ke ujung kaki.  Ia takut kalau ternyata Soleka mahluk jadi- jadian, mengingat apa yang telah ia perbuat semalam.

" Kau sudah bangun" kata Soleka  dengan  suara parau. Perempuan itu masih dalam keadaan telanjang bulat. Mukanya terlihat pucat dan mengantuk.Beberapa kali ia menguap karena kantuk berat.

Soleka bergegas nyelonong masuk menuju ke kamarnya. Dan langsung berbaring di atas ranjang. Tubuhnya yang bugil ia tutupi dengan kain jarik coklat.

Bowo memandang ke luar  ke sekeliling sumur. Memeriksa kalau- kalau masih ada keberadaan monyet yang semalam. Siapa tahu monyet tersebut masih berkeliaran diluar sana.

Jam enam lewat tiga puluh menit. Bowo bersiap untuk berangkat ke sekolah. Dengan mengayuh sepedanya ia melewati ladang tebu menuju ke sekolahnya.  Ladang tebu tersebut  terlihat luas memanjang ke belakang sana. Ladang milik petani- petani warga desa.

Didepan gapura desa pancuran  Bowo  berhenti karena  dicegat oleh aeorang pemuda bertindik dan bertato di lengan tangannya. Bowo tahu pemuda itu bernama Iput. Semua orang mengenalnya sebagai preman kampung.  Kerjanya si pembuat onar.
Bowo kenal dengan Iput karena adik Iput satu kelas dengannya disekolah. Adiknya bernama Cituk. Anak perempuan dengan rambut kerinting persis rambut abangnya Iput. cituk duduk didepan bangku Bowo persis di kelas lima.  Anaknya bawel banyak ngomong dan periang. Suatu hari mereka di persatukan karena mendapat tugas kelompok disekolah. Yang mengharuskan Bowo pergi ke rumah Cituk bersama beberapa teman lainnya, tentu saja untuk mengerjakan tugas. Disanalah ia bertemu dengan Iput. Bowo memanggilnya dengan pangilan mas Put.

Iput orangnya sangar karena memiliki tatto dilengannya , kemungkinan itu yang membuat ia kelihatan garang dan sangar. Belum ditambah dengan salah satu telinganya ditindik dengan sebuah peniti kawat. Menambah kesan seram dan liar. Setahu Bowo Iput kesehariannya sebagai tukang parkir disalah satu bank milik pemerintah didaerah sekitaran pasar weleri. Tempatnya tak jauh letaknya dari tempat ayah Bowo bekerja sebagai satpam di Sebuah showroom mobil.

Selain karena cituk adik Iput, Bowo juga memiliki teman lainya  di desa pacuran. Teman sekelas dan sesekolah. Rumahnya tak jauh dari rumah Cituk. Namanya Bayu.

Karena keseringan bertemu dengan Iput. Bayu menjadi ketularan tabiatnya. Diam- diam anak itu sering merokok secara sembunyi- sembunyi.  Dan parahnya ia juga menularkan kebiasaan merokok pada Bowo.
Dasarnya Bowo masih bocah labil mau saja ikut- ikutan semua yang di ajak oleh Bayu.

Kalau libur sekolah Bayu dan Iput suka mengajak Bowo memancing di sungai atau pergi ke pantai si Kucing didaerah Kreseng.  Ia bisa pergi seharian,  menjelang sore baru pulang ke rumah.

Boleh dibilang ia dan Iput sudah menjadi teman , walaupun usia mereka terpaut jauh. Tapi bagi Bowo itu tidak menjadi masalah. Yang terpenting. Ia merasa nyaman berkawan dengan Iput.

Desa Ngrau tempat tinggal Bowo letaknya bersebelahan dengan desa pacuran .Bedanya kalau  desa pancuran desa besar  sedangkan desa Ngrau desa kecil, Penduduknya sedikit. Selain itu desa pacuran luas dan tentu saja padat penduduknya.

Iput tak segan untuk mencegat Bowo hanya sekedar meminta uang untuk membeli rokok. Bowo pun akan rela menyisihkan uang sakunya untuk berbagi pada pemuda dua puluh tahun tersebut. Suatu hari ia pernah menanyakan tentang tindik dan tatto di tubuh Iput, menurut Iput tatto dan tindik  adalah sebuah anugerah dari ibu kota, dahulu ia pernah merantau ke jakarta selama setahun disana karena pergaulan bebas dan tidak ada aturan ia ikut- ikutan, ditindik  dan ditatto didaerah Blok -M katanya.

Sepanjang pelajaran di sekolah Bowo tak konsetrasi. Pikiranya melayang kemana- mana. Semua berlonjatan . Kejadian pelemparan kaca dirumah Joko atau kejadian semalam dimana Soleka melakukan ritual aneh dan ganjil. Didalam kurungan ayam perempuan itu seperti bersemedi didalam kebun kosong dan gelap. Dan ia melihat sesosok mahluk mirip seekor monyet berekor pajang muncul secara mendadak entah dari mana asalnya. Tapi monyet itu mengejarnya. Mengetuk- etuk dan mengedor- gendor pintu dan jedela.
Sampai lonceng pulang sekolah berbunyi. Bowo masih tergiang- giang semua kejadian yang ia alami.

Joko masih marah kepada Bowo. Anak itu masih tak mau berbicara dan diajak berbicara.  Bowo sudah mencoba meminta maaf pada Joko tapi sepertinya Joko masih tak mau memaafkan. Bowo mahklum akan hal itu melihat luka dimuka Joko kini terlihat hitam dan bengkak.

Bowo pulang dengan mengoes sepedanya.  Di terik siang  melewati ladang tebu.  Bermandikan keringat.
Berapa  anak yang lain berada dibelakang. Termasuk salah satunya Joko.

Sesampainya di rumah Bowo memakir sepeda BMX nya disamping motor milik ayahnya. Anak itu melangkah gotai dan lemah masuk ke dalam rumah.

Baru saja melangkah, telinganya mendengar suara desahan dan erangan dari dalam kamar ayah dan ibu tirinya. Dengan langkah berjingjit ia perlahan mengdekati pintu  kedua orang tuanya. Ia terkejut dan terpana dengan apa yang ia lihatdidalam kamar.

Ayahnya Hedrawan terlihat tengah berbaring di atas kasur dengan tubuh Soleha duduk diatas tubuh ayahnya. Tubuh Soleha naik - turun . Sementara sepasang payudaranya bergoyang- goyang  liar.

Bowo menelan ludah, melihat persetubuhan atara ayah dan ibu tirinya di siang hari yang panas.
Seharusnya tak sepantasnya ia mengintip dari balik kusen pintu. Tapi pemandangan langka itu tak boleh dilewatkan oleh Bowo.

Bowo makin mengigil , tubuh kurusnya bereaksi dengan apa yang ia lihat dan tonton.  Reaksi berlebihan yang tetap saja tak  bisa dimengerti oleh otaknya. Ia merasakan hal yang sama seperti tempo hari ketika perempuan itu menempelkan dua buah dada ke dadanya. Perasaan aneh yang indah. Bowo meremas celana sekolahnya tatkala melihat jari - jemari ayahnya dengan liar dan buas meremas  dua bongkah payudara di susul dengan mulut  ayahnya menghisap ujung payudara Soleka. Soleka mengerang  dan mendesah. Punggung perempuan itu melengkung ke belakang. Tubuhnya tetsengal- sengal  seiring hentakan dan goyangan pinggul.

Bowo mengusap keringat dingin yang menetes di dahi. Tubuhnya berubah menjadi panas dan dingin tak karuan. 

Merasakan  tubuh yang berubah kacau balau membuat Bowo, memutuskan untuk berhenti mengitip aksi kedua orang tuanya. Dengan berjalan perlahan takut ketahuan ,ia menuju kedalam kamar melepar tas sekolah keatas ranjang dan bergegas lari ke sumur belakang rumah. Disana dengan napas ngos- ngosan  ia membuka celana sekolahnya melorotkan ke bawah lantai plester semen sumur. Sedetik berselang bocah itu asik dan sibuk mengocok. Mengocok dengan mata terpejam dan mulut mendesah. Otak kotornya di penuhi oleh bayangan tubuh Soleka yang tersengal-sengal diatas tubuh ayahnya.
Sampai lima menit kemudian bocah itu merasakan sensasi meledak dari dalam tubuh kurusnya,

BOOM!!

Tak lama berselang,  terdengar suara erangan  pajang ayahnya dari dalam rumah.

Dengan tergesa- gesa Bowo, kembali menaikkan celana. Mengaitkan kembali kacing celana.
Dengan dada berdebar- debar,
Ia medesah panjang merasa puas. Setelahnya ia belari kembali masuk kedalam rumah.

 

      AlAS ROBAN 4 (pelet Bulu Monyet alas roban)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang